Chapter 12

239 38 4
                                    

🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁

Hari Minggu.

Menjadi harinya bagi para pekerja. Hari dimana kalian bisa bermalas-malasan, berkumpul bersama keluarga bahkan liburan. Weekend yang paling ditunggu bagi setiap orang, tetapi tidak bagi Hana.

Hari minggu ia libur bekerja. Dengan kata lain, kini waktunya bersama Reyhan harus meningkat menjadi 24 jam. Hampir seharian penuh jika dikurangi waktu tidur dan lain-lain. Dan Hana sudah kehabisan alasan, alasan untuk keluar dari rumah dan menjauhi Reyhan sehingga kini dirinya harus menerima semua kejadian yang kemungkinan menimpanya.

Tidak ada ketenangan.

Hal itupun terjadi hari ini, dimana Hana sedang terisak, terduduk menyedihkan di pelataran ruang tamu. Kondisinya kacau, memar dimana-mana, pecahan vas bunga berceceran, hiasan rumah juga sudah berantakan. Hana menunduk, masih sambil menyeka matanya yang terus saja mengeluarkan air mata.

Perih.

Tangannya yang memerah akibat cengkram kencang Reyhan memerih. Kepalanya berdenyut kencang akibat menangis yang tidak henti-henti.

Brummm..

Suara mesin mobil yang dinyalakan terdengar, Reyhan sepertinya berniat pergi menggunakan itu dan tidak lama kemudian suara mesin itu semakin mengecil di pendengaran yang membuat Hana mengambil kesimpulan bahwa pria itu telah pergi.

Hana bersyukur.

Hari ini penyiksaannya berhenti dengan cepat, walaupun lukanya tetap sama.

Sakitnya, perihnya, sedihnya, kecewanya, terlukanya.

Semua Reyhan berikan hanya dalam beberapa jam.

Semua bermula dari saat Reyhan mengetahui televisi diruang keluarga menghilang, Hana yang saat itu baru keluar dari kamar setelah semalaman menguncinya juga sempat kaget. Tidak menyangka dan juga harus memproses dengan cepat dari kejadian itu.

Tanpa perlu pikir panjang, dia tahu siapa yang membawanya. Sialan! Bagaimana bisa mereka dengan tidak tahu malunya membawa televisi milik orang lain begitu saja? Kemarin yang di maksud Hana tentang mencuri bukan berarti dia berharap keluarganya benar-benar mencuri! Apalagi ini barang miliknya dan Reyhan?

Bagaimana bisa.

Hana sampai tidak bisa berkata-kata. Bahkan saat Reyhan menudingnya yang seenaknya memberikan televisi itu pada keluarganya, Hana tidak bisa membantah apapun. Terlalu syok dan tidak tahu bagaimana harus bereaksi.

Sehingga beginilah jadinya. Hana yang harus menanggung akibatnya. Dipukuli. Lagi. Oleh Reyhan yang marah, tidak terima, dan kesal dengan Hana yang seenaknya karena berpikir istrinya itu yang memberikan televisi itu dengan cuma-cuma.

Gila ya?

Mana mungkin!

Hana menyeka air matanya kembali, dengan kaki yang bergetar, ia mencoba berdiri dengan bantuan sofa di dekatnya. Setelah berhasil berdiri, ia berjalan menuju kamarnya dengan tertatih-tatih, berusaha menguatkan kakinya.

Devil Doesn't BargainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang