🍁
Ada berbagai cara untuk mencintai, sehingga timbul kesalahpahaman dan ketakutan. Tetapi jika kita melakukannya dengan keberanian dan kejujuran bukankah tidak apa-apa? Kita mudah mengeluh karena kita adalah keluarga, kita mudah frustasi juga karena kita adalah keluarga.Kita terkadang tidak bisa memaafkan dan kadang bisa memaafkan. Entah dengan kecanggungan dan kesalapahaman dalam segala hal, jika yakin bahwa kita saling mencintai, kita pasti akan mengatasinya 'kan? Bukankah itu yang dinamakan keluarga?
Begitulah cara Hana menjaga keluarga.
Ia berpikir bahwa setiap keluarga memiliki peran, dan saat inilah perannya sebagai perempuan, pasangan hidup, dan istri yang sedang dihadapi. Hana bukannya tidak mengerti bahwa kini hubungannya dengan Reyhan sudah mulai mengarah pada arah yang salah, mungkin ia hanya tidak mau tahu.
Berpikiran naif dan percaya bahwa suaminya akan berubah, Reyhannya. Cinta pertamanya, penyelamatnya, kekasihnya, seseorang yang mencintainya... mungkin?! Kini Hana tidak yakin lagi karena entah kapan kalimat itu terakhir Reyhan ucapkan. Ia bahkan sudah lupa.
Pengajuan Perce|
Hana terdiam dalam ketikannya. Ia merasa ragu, takut, tidak sanggup dan tidak percaya diri.
Siapkah? Dirinya sebagai seseorang yang mendambakan keluarga kini sedang mengancurkan rumah kecilnya. Melalui sebuah kertas, keluarganya bisa hilang dalam semalam. Mimpinya, impiannya, hidupnya, Hana terlalu banyak berpikir sampai akhirnya memutuskan kembali menutup tab tersebut dan tidak melanjutkan rencananya.
Bagaimana ini tuhan? Hana butuh jawaban, ia bimbang dan tidak tahu harus mulai dari mana. Karena tidak peduli sekeras apapun kita terikat oleh nama keluarga, kita masing-masing adalah manusia yang berbeda. Tetapi pemikiran itu tidak sedikitpun meringankan Hana untuk membuat keputusan.
"Han.."
Hana tersentak kaget saat suara Arya memasuki pendengarannya dan dengan canggung segera menggerakkan kursi kantor ber-rodanya untuk berhadapan langsung dengan sang pria yang sudah berdiri bingung dibelakangnya.
"Kenapa?"
Hana berusaha mempertahankan kepolosannya bertanya balik, "Kenapa apanya?"
"Itu sampe kaget gitu. Lagi mikirin apa?"
"Hah, engga tuh."
"Bohong banget, tadi aja kayak kaget parah."
"Kepo banget, udah deh langsung intinya aja. Kenapa?"
Arya hanya mengehela nafasnya melihat bagaimana Hana terlihat tidak mau membicarakan hal itu. Padahal ia yakin sekali tadi Hana sepertinya sedang memikirkan sesuatu. "Ck, iyadeh terserah. Ini buat dinas rabu depan aku oper ke kamu ya." Lanjut Arya tanpa basa-basi sambil menyodorkan berkas-berkas yang menjadi penunjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Doesn't Bargain
Fiksi PenggemarWarning: 18+ (terdapat kekerasan dalam cerita, mohon tidak untuk ditiru) And just like before, i can see that you're sure.. you can change him but I know you won't. The devil doesn't bargain.. He'll only break your heart again It isn't worth it, dar...