Happy reading ~~~
*
*
*Saat ini Alfarez dan Zarina berada di perpustakaan sekolah. Mereka berdua asik dengan buku mereka masing-masing.
Ditengah tengah keheningan Zarina berkata, "Za, aku gak ngerti bagian yang ini...".
"Gak ngerti yang mana? Sini aku ajarin" ucap Alfarez sembari mendekatkan tubuhnya.
Zarina menunjuk bagian yang tidak ia pahami. Sedari tadi ia mencoba memahami namun tetap tidak paham.
Alfarez pun menjelaskan apa yang tidak di pahami oleh Zarina dengan serius. Bukan nya melihat ke arah buku, Zarina malah menatap wajah tampan Alfarez.
"Ngerti gak?" tanya Alfarez dengan senyuman hangat.
Wajah Zarina memerah bak tomat merah yang siap di panen, ia mengangguk tanda paham.
"Kamu sakit? Muka kamu merah..." tanya Alfarez sembari menempelkan punggung tangan nya ke jidat Zarina.
"Aku gak sakit" jawab Zarina sembari menepis tangan Alfarez pelan,
"Ayo, belajar lagi" sambungnya.
Alfarez mengangguk dan kembali fokus ke buku yang ia pelajari, begitu pula dengan Zarina.
Keheningan menyelimuti, hanya ada suara lembaran buku. Mereka sangat fokus belajar. Tidak heran mereka selalu menjadi juara kelas.
Setelah cukup lama belajar, Alfarez menatap ke arah Zarina yang sedang tertidur. Ia tersenyum,
'Gemes banget, pengen gue cubit pipinya' batin Alfarez.
Perlahan Zarina membuka matanya dan mata mereka bertemu. Pipi mereka berdua memerah seperti tomat, mereka pun mengalihkan pandangan dan salah tingkah.
"Ayo, balikin buku nya" ajak Zarina memecah keheningan.
Alfarez mengangguk dan membawa buku yang mereka pinjam untuk di kembalikan. Setelah mengembalikan buku mereka pun pergi ke kantin sekolah untuk mengisi perut mereka yang sudah terasah lapar.
"Mau makan apa?" tanya Alfarez begitu mereka sampai di kantin.
"Mie ayam sama teh es aja" jawab Zarina.
Setelah selesai memesan makanan mereka pun duduk ditempat yang masih kosong. Bel istirahat baru saja berbunyi sehingga kantin di penuhi oleh siswa dan siswi yang mengantri untuk memesan makanan.
***
Narendra meletakkan tangan nya di kepala Daisy begitu melihat wajah pucat perempuan tersebut.
"Lo demam" ucap Narendra.
"Terus?" Balas Daisy.
Daisy menatap datar Narendra yang tiba-tiba menghalangi jalan nya dan mengecek suhu tubuhnya tanpa izin.
Narendra menghela nafas."Ke UKS sana, lu kek mayat pucet banget" ucap Narendra lalu meninggalkan Daisy.
Daisy menatap Narendra jengkel. Ia melanjutkan langkahnya yang tertunda.
'Cowok gak jelas' batin Daisy.
Daisy kembali menghentikan langkahnya begitu sampai di taman sekolah. Ia melihat Alfarez yang menyanyikan lagu untuk Zarina.
Daisy menatap sendu,
'Seandainya gue terlahir sebagai Zarina' batin Daisy.
"Gausah galau mulu, cowok yang baik dari dia banyak" ucap Anna sembari menarik tangan Daisy menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skylove 2
Teen Fiction"Langit selalu menjadi saksi tentang cerita kita, tentang kesedihan, tentang kerinduan, tentang penderitaan, tentang kenangan kita, tentang semuanya"