BAGIAN 1

8.6K 100 13
                                    

"Istri pak Tian cakep banget yak."

Nayara menoleh ke arah perempuan di samping nya lalu mengikuti arah pandangan teman satu tim nya itu. Seorang wanita cantik memakai dress merah menenteng tas yang ia tebak di atas dua puluh juta keluar dari ruangan atasan nya sampai akhirnya hilang di balik pintu lift.

Nayara menarik napas kembali menatap layar laptop di depan nya. "Iya ya."

Dewi ikut-ikutan menarik napas seraya menatap laptop miliknya. "Tapi pak Tian selalu dingin sama istri nya. Ga bersyukur banget ya, dapet istri cakep begitu."

Nayara tergelak kecil, "Bukan nya pak Tian emang dingin ke semua orang?"

"Ya masa sama istri sendiri juga dingin?"

Nayara mengerucutkan bibirnya mendengar argumen itu, "Iya sih."

"Gue jadi istri nya udah minta cerai, ngapain nikah sama manusia es."

Nayara menoleh sambil tertawa kecil. "Yakin lo?"

Dewi membalas tatapan teman nya, "Iyalah! Emang lo mau punya pasangan kayak gitu?"

"Pak Tian itu CMO, Kak Wi."

"Terus?"

"Ya duitnya banyak lah! Udah gitu Pewaris tunggal yang punya pabrik kertas lagi. Ganteng? Reno aja sampe mau nge-gay kalo sama dia. Dan yang paling penting, gue yakin kontol nya gede." Nayara menatap laptopnya kembali, "Ga heran sih istri nya gamau pisah. Kapan lagi dapet laki-laki kaya dengan kontol gede?"

Dewi memukul kepala Nayara dengan Apple pencil di tangan nya. "Otak lu ya, bener-bener."

Nayara terkekeh, "Fakta kak."

Tiba-tiba pintu kaca tembus pandang itu terbuka menampilkan pria yang mereka bahas sejak tadi. Pria yang memakai kemeja putih garis-garis dengan dua kancing atas terbuka, alis tebal dengan sorot mata tajam dan bakal cambang di rahang nya membuat kewanitaan semua perempuan di ruangan inu berkedut.

Dia berjalan menuju meja Desainer Grafis sambil menenteng iPad di tangan nya. Dari sorot mata nya, semua orang tahu, akan ada badai besar di sana.

Dewi langsung fokus menatap layar laptopnya, "Mampus, Harimau Sumatra mau tantrum."

Nayara juga melakukan hal yang sama. Namun ponsel di samping nya memunculkan satu pesan.

"Nanti malam ke bar skuy!"

Nayara mau mengambil ponselnya namun di tepis oleh Dewi bersamaan suara iPad yang di banting ke atas meja memenuhi ruangan.

Dewi berbisik, "Jangan sampe pak Tian liat lu lagi main hape waktu dia lagi marah. Yang ada kita kena imbas nya. Mumpung kali ini yang di marahin bukan kerjaan kita, cari aman aja."

Nayara mendekatkan kepala nya ikut berbisik, "Ga boleh lihatin dia lagi marah juga?"

"Iyalah!" Kening Dewi berkerut. "Ngapain lo liat bayi gede tantrum?"

"Kayak gini yang kamu bilang kerjaan?!"

Suara CMO itu menggelegar membuat semua orang menunduk namun Nayara malah meliriknya kemudian kembali menatap Dewi, "Cause i bet he's so fucking hot when he's mad."

"Anak anjing!"

*.*.*.*.*.*

"Bokap lo masih jodohin lo terus?"

Nayara meneguk Vodka di gelas nya dalam sekali teguk lalu meringis untuk menetralkan panas di tenggorokan nya. "Kemarin sama anak nya Om Wira."

"Bagus dong!" Freya menepuk pundak Nayara, "Anak jendral bro!"

HIS SINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang