"Nayara."
Pemilik nama langsung menoleh ke sumber suara begitu nama nya terpanggil. Langkahnya begitu lunglai jadi saat ia berbalik, ia hampir jatuh.
Pesan Tian beberapa jam yang lalu benar-benar mempengaruhi mentalnya. Nayara sudah terlalu jauh. Dia sudah menggantungkan kebutuhan emosional dan kebutuhan kasih sayangnya kepada Tian. Maka tindakan sekecil apapun dari Tian, akan berdampak besar pada gadis itu.
Seorang wanita paruh baya mendatangi nya. Sorot mata nya meneliti Nayara dari atas sampai bawah. Tatapan keheranan. Mungkin ia mempertanyakan tampilan Nayara yang tampak tak bersemangat.
Nayara mencoba tersenyum pada pemilik Kost, ia sudah menduga cepat atau lambat, wanita itu akan menemui nya. "Besok pagi saya bayar ya, Bu."
Wanita dihadapan nya mengerutkan kening. Ia meraih kedua bahu Nayara seraya tersenyum menenangkan. "Kamu kenapa, Nay? Kamu lagi ada masalah ya?"
Nayara tersentuh dengan perhatian Ibu Kost nya yang ia ketahui adalah istri dari seorang Bupati. Seorang istri pejabat yang mencari kegiatan diwaktu luang dengan membangun Kost-kostan mewah ini. Namun ia tak punya tenaga untuk menceritakan nya. "Ga ada, Bu. Cuman sedikit mumet aja sama pekerjaan. Makanya kelupaan bayar Kost."
"Makanya ibu juga heran. Kamu udah hampir 4 tahun nge-Kost disini ga pernah telat, jadi kalo telat terasa aneh." Ibu tersebut menggelengkan kepala nya samar. "Kamu lupa mungkin, ya. Kost kamu udah dibayar."
Mata Nayara yang tadi nya terlihat lesu dan mengantuk seketika langsung terbuka lebar, membelalak kaget. Tubuhnya menegang, terlihat tatapan Ibu Kost yang merasa aneh merasakan tegangnya tubuh gadis itu.
"Kok udah dibayar, Bu? Siapa yang bayar?" Nayara tanpa sadar sedikit meninggikan suara nya saking kagetnya.
Ibu kost diam sejenak. "Tadi ada laki-laki nama nya Pak Christian, dia yang—"
"Pak Tian?!" Nayara merasa suara nya langsung melemah.
Ibu Kost mengangguk. "Dia yang bawa surat tagihan kamu dan bayar Kost kamu tiga bulan ke-depan."
Nayara langsung menggerogoh saku celana kerja nya, berusaha mencari kertas yang ada dipikiran nya namun nihil. Ia langsung menduga bahwa kertas tadi terjatuh di mobil Tian saat ia hendak memasukkan nya ke saku.
Nayara meringis, ia memejamkan mata nya lalu memaki diri nya dalam hati.
Nayara menarik napas panjang lalu menatap wanita dihadapan nya. Nayara mencoba tersenyum. "Makasih ya bu, udah ngasih tahu. Saya belum ada buka Hape, makanya saya ngga tahu Kost nya udah dibayar."
"Iya, Neng. Gapapa." Ibu Kost tersenyum manis. Khasnya Istri pejabat. "Kamu banyak-banyak istirahat ya. Itu cemilan ada di lantai satu, ambil aja. Tuh muka kamu," dia menunjuk wajah Nayara. "Udah capek banget, kayak zombie."
Nayara terkekeh paksa sebelum akhirnya menunduk sekali dan berbalik, melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti sambil memikirkan alasan kenapa pria itu mau membayar uang Kost nya.
Nayara membuka pintu dan masuk ke kamar nya yang begitu hening. Mata nya menatap kasurnya beberapa detik lalu,
bug.
Nayara menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, membiarkan busa-busa kapuk itu memakan dirinya. Wajahnya tenggelam disana. Tak mau menghadapi dunia.
Terlalu banyak hal yang terjadi hari ini membuat energi nya terserap habis sampai hampir ke titik nol. Pagi dia merasakan banyak kupu-kupi di perutnya, seperti bisa membawa nya ke langit ke tujuh. Untuk beberapa saat, ia merasa menjadi perempuan paling beruntung di dunia karna di cintai begitu terang-terangan oleh pria yang ia sukai.
Tak sampai satu hari. Nayara mulai mempertanyakan kepantasan dirinya dicintai. Mulai mempertanyakan, apakah dia memang tidak sepantas di perjuangkan. Sialnya, pikiran nya mendukung semua gagasan-gagasan nya.
hiks.
Terisak. Tak pernah terbesit dibenak Nayara bahwa ia akan menangisi pria itu. Menangisi pria yang sudah menjadi suami wanita lain. Pria yang dia pikir, akan bisa bermain bersama. Namun Nayara kalah di medan tempur ketika perasaan nya ikut andil disana.
Tangan nya meraih dada nya lalu mencengkram kemeja nya kuat-kuat. Begitu ngilu di sana membuatnya hampir tak bisa bernapas. Isakan demi isakan memenuhi ruangan.
Sampai kapanpun, dia takkan pernah menjadi satu-satu nya untuk pria itu. Dia hanya perempuan penghiburnya di kala bosan. Di kala ia jenuh dalam rumah tangga nya dan kebetulan ada Nayara disana.
Ini memang seharusnya sudah bisa ia prediksi dari awal.
Ketika dia memutuskan untuk jatuh pada pria yang membuktikan pikiran nya tentang cinta dan kesetiaan itu omong kosong.
Bunyi ponsel berhasil menarik perhatian nya. Ia tahu benar, itu berasal dari Group WhatsApp kantornya dari dering yang sudah dia setel khusus.
Nayara menelan ludahnya kasar dan memaksakan diri untuk tetap membuka nya.
Pak Is : Istri lo gimana?
Pak Tian : Udah aman, udah gue bawa pulang.
Pak Is : Temenin dia malam ini, pasti mentalnya masih keguncang.
Pak Tian : I will.
Nayara memandang bubble terakhir dari Tian. Dari ketikan nya terlihat jelas bahwa pria itu memang mencintai istri nya. Memang akan memilih istrinya dalam keadaan apapun. Ia akan selalu kembali pada istrinya.
Lalu dengan bodohnya Nayara berharap bahwa ada kesempatan dimana Tian lebih memilih dirinya.
Dimana Tian akan rela mengorbankan semua nya demi bisa bersama nya.
Tidak ada laki-laki seperti itu di dunia ini.
Tidak untuk perempuan seperti Nayara.
*.*.*.*.*.*
Sinar cahaya pagi menembus paksa tirai jendela kamar Nayara. Gadis yang baru tertidur dua jam yang lalu karna kelelahan menangis terpaksa bangun. Alarm pun ikut andil membangunkan nya.
Ia menoleh ke arah jam. Jam 5:30.
Ia menghela napas berat, terlalu banyak menangis membuat kepala nya menjadi sangat berat dan mata nya terlihat bengkak.
Nayara memaksa bangkit dari tidurnya namun ketika ia duduk di kasur. Ia mengeluarkan bersin.
Baru Nayara sadari, badan nya panas. Ia menoleh ke arah kaca, hidung dan dibawah mata terlihat merah.
Nayara tidak akan bisa ke kantor dengan keadaan seperti ini.
Lantas ia meraih ponselnya dan mencari nomor sang rekan kerja.
Nayara : Mbak, aku izin kerja ya.
Dewi : Loh, kenapa Nay?
Nayara : Kepala ku pusing, Mbak. Mau demam ini kayaknya.
Dewi : Yaudah, istirahat. Nanti tak izinin.
Nayara mengetikkan terimakasih lalu melemparkan ponselnya dan kembali menatap cermin. Ia perhatikan wajahnya lekat-lekat kemudian berkata dalam hati.
"Segini parah efek suka sama suami orang."
Nayara menghela napas sekali lagi kemudian bangkit dari kasurnya untuk mandi dan menyiapkan sarapan. Lalu meminum obat untuk meminimalisir sakitnya sebelum lebih parah.
Nayara meneguk air putih saat baru saja menegak obat ketika ia meraih ponselnya dan melihat beberapa pesan terkirim kepada nya.
Namun jantungnya langsung berhenti ketika melihat Tian ada di sana.
Pak Tian : Kamu sakit?
Pak Tian : Saya ke Kost kamu nanti malam, saya bawain buah.
Pak Tian : Kamu mau dibawain apalagi?Nayara menelan ludahnya kasar, ia mematung memandangi pesan itu untuk beberapa saat. Bagaimana bisa pria ini mengkhawatirkan selingkuhan nya saat istrinya baru saja selamat dari resiko kematian?
Nayara menggertakkan giginya kemudian mengumpulkan keberanian nya membalas pesan pria itu.
Nayara : Saya butuh waktu sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/357354232-288-k444865.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS SIN
General Fiction"I am his sin." Nayara, perempuan muda, berbakat, centil dan menggemaskan takkan pernah mengira akan punya sekelibat hubungan dengan atasan tampan di saat istri nya sedang hamil.