Rencana Ke Pasar Malam

119 12 0
                                    

Anya berlari mendekati Abian yang jatuh terduduk di kamar mandi kecil rumah mereka. Lelaki itu nampak meringis menahan sakit, bahkan keringat sudah mengucur di dahinya.

"Mas, Mas Abi kenapa bisa disini? Mau ngapain?" tanya Anya yang langsung berlutut dihadapan Abian.

Abian langsung meraih tangan Anya untuk berpegangan agar dia bisa berdiri. Karena sepertinya kakinya sedikit keseleo sekarang. "Tadi saya mau buang air kecil, tapi tidak sengaja malah tersandung," jawab Abian.

Anya langsung tertawa kecil mendengar itu. Meski dia cemas namun ketika melihat Abian yang baik-baik saja membuat Anya bisa bernafas dengan lega sekarang.

"Mas Abi ini, buat Anya cemas saja. Untung Anya pulang," ucap Anya. Dia menunduk dan memeriksa kaki Abian yang sepertinya memang tidak apa-apa. Hanya sedikit memerah dibagian tumitnya.

"Kenapa kamu pulang cepat?" tanya Abian.

"Anya merasa terpanggil," jawab Anya seadanya.

"Kamu kira saya setan," sahut Abian sedikit ketus. Hingga lagi-lagi membuat Anya tertawa geli melihat wajah kesal lelaki itu.

"Memang seperti itu kan, Mas Abi bukan setan tapi Mas Abi udah menghantui hidup Anya sekarang," ucap Anya.

"Ya, saya memang tidak berguna sama sekali," gumam ah terlihat sedih. Dia berjalan keluar disaat Anya merangkul lengannya dan menuntunnya untuk keluar dari dalam kamar mandi itu.

"Ck, kenapa malah ngomong begitu sih," protes Anya yang tidak senang mendengar ucapan Abian yang seperti itu.

"Untuk mengurus diri saya sendiri saja saya tidak bisa. Selalu saja merepotkan kamu. Kamu pasti lelah harus kesana dan kemari merawat saya dan nenek," jawab Abian.

Anya mendudukkan Abian disebuah kursi. Dia mengambil minyak pijat di atas meja dan kembali berlutut dihadapan Abian. "Anya nggak merasa lelah sama sekali kok, Mas Abi aja yang sensitif. Nanti, suatu saat ada masanya kita gantian. Mungkin untuk sekarang Mas Abi yang masih membutuhkan bantuan Anya," ujar Anya.

"Tapi entah kapan, saya benar-benar merepotkan kamu, Anya," sahut Abian.

"Nggak, jangan kayak gitu lagi deh. Anya nggak suka Mas Abi ngomong gitu," ujar Anya.

Abian terdiam, dia merasakan usapan lembut tangan Anya di kakinya.

"Maaf," ucapnya kemudian.

"Anya cuma pengen Mas Abi itu jadi lelaki yang kuat, yang selalu yakin kalau suatu saat nanti Tuhan pasti kasih kembali ingatan dan penglihatan Mas Abi," ujar Anya.

Abian mengangguk lemah. "Iya, saya juga berharap seperti itu. Saya sangat ingin melihat wajah kamu dan nenek," jawab Abian.

Wajah Anya yang tadinya tertekuk kesal, kini langsung mendengus senyum mendengar ucapan Abian barusan.

"Iya, makanya Mas Abi berdoa terus supaya semua cepat kembali, harus tetap yakin meski keadaan kita masih seperti ini terus," ujar Anya. Dia beranjak dan memandang wajah Abian yang sudah kembali tenang dan tidak lagi merasa bersalah.

"Ya, terimakasih," jawab Abian.

"Nanti kalau nenek udah sembuh, Anya mau bawa Mas Abi jalan-jalan. Udah lama sekali Anya nggak keluar. Selagi ada Mas Abi yang jadi teman Anya," ucap Anya.

"Jalan-jalan kemana?" tanya Abian.

"Pasar malam," jawab Anya.

"Pasar malam?" gumam Anya kembali.

"Iya, kata Kang Satria di desa sebelah ada pasar malam. Tempat hiburan gitu, Anya pengen kesana. Ya, walaupun cuma lihat-lihat aja gak papa deh," jawab Anya.

MEMORI CINTA ZEYVANNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang