Kedatangan Dokter Magang

102 10 0
                                    

Siang itu di desa Wareh, sebuah klinik kecil yang berada di desa itu kedatangan seorang dokter magang yang akan bekerja untuk beberapa waktu disana. Desa Wareh adalah sebuah desa kecil dan jauh dari kota, dimana disana untuk tenaga kesehatan masih kurang memadai. Jadi dengan kedatangan dokter magang itu mereka akan sangat merasa terbantu.

Meskipun hanya seorang dokter magang yang masih menjalani study kedokteran, namun dia sudah memiliki izin untuk bekerja. Lelaki tampan yang masih berusia 21 tahun itu terlihat bersih dan begitu klimis khas seorang dokter pada umumnya. Jelas saja kedatangannya disambut baik oleh warga disana.

Raga Rajendra Bagaskara, dia tersenyum ramah saat menyapa kepala desa yang menyambut kedatangannya. Rasanya lelah sekali, tapi ini demi misi dan tujuan mulianya yang ingin membantu sesama.

"Selamat datang di desa kami, nak. Semoga kamu betah ya," ucap Pak Janos.

Raga tersenyum tipis dan mengangguk pelan. "Tentu, Pak. Terima kasih sudah menyambut saya dengan baik," jawab Raga.

"Ya, tentu saja. Tapi maaf ya, nak. Fasilitas disini hanya seperti ini. Rumah ini kecil, kliniknya juga hanya seadanya. Semoga saja dengan kedatangan kamu semua bisa berubah," harap Pak Janos.

"Iya, pak. Saya datang kemari memang untuk memajukan dan membantu kesehatan di desa ini. Semoga dengan kedatangan saya bisa sedikit membantu warga desa yang kesusahan," jawab Raga.

"Itu pasti, kami memang sangat merasa terbantu. Oh iya, jika memerlukan sesuatu kamu bisa meminta tolong sama bapak ya. Ini putri bapak, Desita. Dia juga pasti akan membantu kamu nanti," Pak Janos langsung memperkenalkan Desita yang sejak tadi sudah tidak sabar untuk mendekati dokter tampan itu. Bahkan dia langsung menjulurkan tangannya pada Raga dengan senyum secerah mentari.

"Halo dokter, saya Desita. Kalau dokter butuh teman atau butuh bantuan, jangan sungkan beri tahu saya," ucapnya.

Raga hanya tersenyum tipis dan mengangguk pelan. "Ya, terima kasih." jawabnya cukup singkat. Malas sekali dia menanggapi gadis ini yang benar-benar terlalu berlebihan.

"Oh iya, nak. Di klinik kamu juga akan dibantu oleh Dian, dia perawat yang biasanya bertugas di klinik kita setiap hari." Kali ini pak Janos memperkenalkan seorang gadis manis dengan pakaian putihnya yang sejak tadi hanya diam di dekat mereka.

"Salam kenal dokter, saya Dian," ucap Dian yang langsung memperkenalkan dirinya pada Raga. Dan kali ini Raga menyambutnya dengan ramah.

"Halo Dian, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik," jawab Raga.

Dian hanya mengangguk dan tersenyum ramah pada Raga. Sikapnya yang menjaga pandangan membuat Raga suka. Mungkin gadis ini bisa menjadi partner kerja yang cocok untuk Raga nantinya.

"Jika begitu kami tinggal dulu ya, nak. Semua keperluan kamu juga sudah disediakan oleh Dian. Jadi kamu bisa berdiskusi dengan Dian nanti," ujar pak Janos kembali.

"Tentu pak, terima kasih," jawab Raga.

"Biar saya temani ya dokter, siapa tahu butuh bantuan," tawar Desita. Namun, Raga langsung menggeleng pelan.

"Tidak, Desita. Terima kasih. Saya ingin beristirahat dulu sekalian ingin membahas tentang kesehatan di sini bersama Dian saja," tolak Raga dengan halus. Membuat Desita menjadi kesal sekarang.

"Sudahlah, biarkan dokter Raga beristirahat dulu. Sudah ada Dian," sahut Pak Janos.

Desita langsung berdecak kesal. Tidak Dian, tidak Anya, kedua gadis ini adalah gadis yang selalu bisa membuat Desita merasa emosi.

Hingga mau tidak mau, Desita pergi bersama pak Janos dan yang lainnya meninggalkan Dian bersama dokter Raga.

Dian membantu Raga memasukkan barang-barangnya kedalam rumah kecil. Rumah yang tidak jauh dari klinik mereka berada.

MEMORI CINTA ZEYVANNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang