Kebahagiaan Keluarga Bartles

117 12 0
                                    

Suasana yang tadinya tenang kini berubah menjadi tegang. Apalagi ketika Zeyna membuka masker yang ada di wajah Abian. Gadis itu nampak mematung, wajahnya terperangah, bahkan matanya juga berkaca-kaca. Dia menggeleng pelan dan memperhatikan wajah Abian dengan lekat. Sangat lekat penuh rindu dan juga rasa bahagia yang begitu mendalam.

"Kak Vanno," lirihnya.

Abian masih terdiam, dia tidak tahu apa yang terjadi sekarang. Namun, dia langsung mematung saat gadis itu memeluk erat tubuhnya. Tiba-tiba saja ada perasaan hangat yang membuat Vanno merasa berbeda. Perasaan sedih, bahagia dan semua yang bercampur menjadi satu.

"Kakak, kakak masih hidup. Ini kak Vanno kan, Zeze rindu, kak. Rindu sekali,"

Zevna menangis dalam pelukan Vanno. Menangis meraung dan memeluk erat tubuh Abian yang masih mematung.

Raga tersenyum, dia mundur perlahan membiarkan Zeze memeluk Abian dengan erat. Bahkan, Tuan besar Raymond Yevs de Bartles juga sudah beranjak dari duduknya, begitu pula dengan ayah Raga.

Wajah Raymond tidak terbaca, dia masih memandang Abian dengan lekat. Antara percaya atau tidak putra yang dia sangka telah tiada kini berdiri di hadapannya kembali. Putra yang dia sangka tidak akan lagi dia temui kini hadir kembali.

"Vanno," gumam Raymond. Suaranya tercekat, wajahnya tegang dan sedikit memerah. Mungkin karena dia tidak bisa berekspresi untuk mengungkapkan perasaannya saat ini.

Zeze mundur dan melepaskan pelukannya dari Abian. Dia membiarkan ayahnya yang mendekat kearah Abian sekarang.

Raymond nampak memegang kedua pundak Abian, memandang wajah putranya yang nampak kurus, lusuh dan juga berbeda.

"Ini kamu, nak? Ini benar kamu?" tanya Raymond. Suaranya terdengar bergetar. Dia langsung memeluk Abian dengan erat. Sangat erat bahkan sampai membuat Abian merasa sesak. Tapi lagi-lagi dia merasa jika pelukan ini terasa sangat menenangkan. Pelukan yang rasanya tidak pernah dia dapatkan tapi dia tahu ada perasaan sayang yang begitu besar di dalamnya.

"Daddy sangat merindukan mu, nak. Kamu kenapa tidak pulang? Daddy sudah mencari mu kemana-mana," ucap Raymond. Dia terus memeluk Vanno. Hal yang tidak pernah dia lakukan selama ini. Bahkan terakhir kali dia memeluk putranya mungkin di saat Vanno masih sekolah dasar, disaat Vanno merengek dan menangis karena sesuatu. Dan kini, dia kembali memeluk putranya, memeluknya karena perasaan rindu dan takut yang luar biasa.

Dia memang keras, dia kejam, dan dia banyak menuntut. Tapi ketika kehilangan Vanno, Raymond adalah orang yang paling gencar dan paling peduli untuk terus mencari keberadaan putranya.

Abian terdiam, dia tidak tahu harus berkata apa. Rasanya benar-benar bingung. Bahkan pelukan dari Raymond dan Zeze saja tidak dia balas. Dia hanya seperti patung yang diam dengan perlakuan mereka.

"Apa dia memang Zeyvanno?" tanya Zeno. Dan pertanyaannya itu membuat Zeze dan Raymond tertegun. Bahkan Raymond langsung melepaskan pelukannya dari Vanno. Memandang wajah lelaki itu dengan lekat. Dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Apa uncle tidak percaya jika dia memang kak Vanno?" tanya Raga, yang bahkan dia tidak menjawab pertanyaan Zeno, ayahnya.

Raymond terdiam sejenak, matanya masih menelisik seluruh penampilan Abian. Hingga akhirnya dia berkata, "Dia memang putraku."

Abian tertegun mendengar jawaban itu.

"Tapi... kenapa berbeda?" tanya Raymond, kali ini terdengar begitu lirih.

Zeze langsung menoleh pada Daddy-nya dan kembali memandang pada Abian. Ya, Abian memang berbeda, dia seperti orang linglung dan pandangan mata yang tidak fokus.

MEMORI CINTA ZEYVANNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang