Kesedihan Keluarga Bartles

160 13 0
                                    

"Walaupun aku tak bisa melihatmu, tetapi hatiku lebih dari mampu untuk bisa merasakan setiap keindahan yang ada pada dirinya." Zeyvanno Chaiden de Bartles

***

Belanda, waktu setempat.

Di kediaman keluarga Bartles seorang pria paruh baya terduduk di kursinya dengan wajah frustasi. Tak jauh dari sana juga ada beberapa orang lain anggota keluarganya juga sama. Wajah mereka diliputi kecemasan, ketakutan, kesedihan, dan rasa kehilangan yang begitu besar.

Sudah satu bulan lebih putra semata wayangnya menghilang. Tentu saja itu membuat seluruh keluarga besar sangat terpukul. Kepergian Zeyvanno Chaiden de Bartles untuk meninjau proyek malah harus berakhir tragis.

"Tuan, semua jalur sungai yang ada di daerah itu sudah dijelajahi, namun sampai sekarang pihak tim SAR dan orang-orang kita belum juga menemukan keberadaan tuan Vanno," ungkap Been, asisten setianya yang sudah cukup tua.

"Bahkan kabar buruknya, pihak tim SAR sudah menyerah. Sudah satu bulan lebih mereka mencari-cari dan menelusuri sungai dan titik-titik tertentu. Namun tidak membuahkan hasil sedikitpun. Apalagi mereka juga berkata jika di sana masih banyak hewan liar seperti buaya dan..." perkataan Been langsung terhenti saat melihat Raymond memandangnya dengan tajam.

"Sebaiknya kita kembali lagi kesana Tuan," ujar Kevindra pula. Teman baik dari tuan besar Raymond Yevs de Bartles.

"Ya, aku yakin putraku masih hidup. Atau jikapun dia sudah mati, aku ingin melihat jasadnya," ungkap Raymond. Kali ini dia terlihat tertunduk dengan wajah yang begitu terpukul. Sebulan lebih perjuangan yang dia lakukan untuk menemukan putranya. Semua usaha sudah dia lakukan. Pulang pergi Belanda-Jakarta setiap saat bukan hal yang mudah. Apalagi karena kejadian ini membuat kesehatan istrinya menurun. Mereka sangat terpukul dan begitu kehilangan.

"Tenanglah, Tuan. Sekarang kita harus tetap bekerja sama. Semoga ada keajaiban untuk Tuan Muda. Tuan bisa pergi mencari keberadaan Tuan Muda dan mengurus semuanya di sana. Biar perusahaan dan Zeylin saya yang mengurus disini," ujar Zeno pula. Saudara istri Raymond, atau lebih tepatnya uncle Zeyvanno.

Raymond langsung menoleh kearah Zeno yang duduk tidak terlalu jauh dari tempatnya, "Aku benar-benar melimpahkan semuanya padamu, Ze. Sungguh aku benar-benar tidak fokus dengan perusahaan sekarang." Raymond berkata dengan wajah lesu. Pamor tuan angkuh yang melekat dalam dirinya kini telah hilang. Dia hanya seorang ayah yang begitu kehilangan putranya.

"Jangan pikirkan itu, kita harus bisa bekerja sama sekarang. Hidup atau mati, Tuan Muda pasti akan kita temukan," jawab Zeno. Raymond dan semua orang yang ada di sana langsung mengangguk lesu.

"Pergilah, tuan. Orang-orang dari Tuan Melvin juga sudah siap membantu. Rein sudah meminta orang-orangnya untuk pergi ke Jakarta siang ini," ucap Zeno kembali, membuat Raymond kini menoleh kearah menantunya.

"Benar, Dad. Masih ada jalan untuk kita berusaha. Daddy tidak perlu risau. Aku akan ikut menemani Daddy ke Jakarta jika perlu," sahut Reindha.

Namun, Raymond langsung menggeleng pelan. "Jangan, kau tetap di rumah jaga Zevna dan Mommy-mu. Aku titip mereka, mereka sangat terpukul sekarang," ujar Raymond

Rein mengangguk pelan, "Baiklah, aku pasti akan menjaga mereka, Dad," jawab Rein.

"Baik, kalau begitu biar aku yang akan pergi menemani anda, Tuan. Been masih harus mengurus semua disini bersama Zeno. Apalagi Ped masih belum sadar," ujar Kevin pula.

"Ya, baiklah. Aku sangat berterima kasih pada kalian," ucap Raymond.

"Zeyvanno juga putra kami," jawab Zeno dan Kevin bersama-sama.

Sementara didalam kamar utama. Zeylin, mommy Zeyvanno duduk melamun dan terus memegang foto Zeyvanno. Matanya sembab, wajahnya juga pucat. Sudah satu bulan lebih dia mengkhawatirkan keadaan putranya. Meski banyak yang berkata jika putranya sudah tewas, tapi entah kenapa hatinya mengatakan putranya masih hidup.

"Mommy," suara Zevna, saudara kembar Zeyvanno membuat Zeylin menoleh lemah. Dia datang dengan nampan makanan di tangannya.

"Mommy makan dulu ya," ujar Zevna. Wajahnya juga menyiratkan kesedihan yang mendalam. Bagaimana tidak, sejak dari dalam kandungan mereka bersama, hingga kini sudah berusia 25 tahun, mereka harus berpisah dengan cara seperti ini. Tentu membuat Zevna begitu terpukul.

Kakak yang menjadi kebanggaannya, kakak yang selalu ada untuknya, dan kakak yang berjanji akan hadir di pesta pernikahannya kemarin malah menghilang tanpa kabar. Tentu saja itu membuat Zevna begitu terpukul.

"Mommy," panggil Zevna kembali.

"Daddy-mu kemana, Nak?" tanya Zeylin.

"Daddy masih diruang kerja bersama uncle Zeno dan dan Rein juga ada uncle Kevin," jawab Zevna.

"Belum ada kabar juga?" tanya Zeylin.

Zevna menggeleng lemah.

"Mommy rindu kakak kamu, kasihan dia, dia pasti kesepian sekarang," Zeylin berucap deng dengan air mata yang kembali menggenang. Membuat Zevna langsung memeluk Mommy-nya. Menyembunyikan kesedihannya yang juga membuat dia ingin selalu menangis setiap saat.

"Kita berdoa supaya kakak tetap selamat ya, Mom," pinta Zevna.

Zeylin mengangguk pelan, sembari mengusap pundak putrinya, "Ya, kakak kamu pasti selamat, sayang. Dia pasti masih hidup." jawab Zeylin.

Zevna terdiam, diam tertunduk menahan isak tangis yang akan keluar lagi. Kata-kata terakhir Vanno sebelum pergi kembali terngiang di kepalanya.

'kakak janji ya harus cepat pulang, Zevna mau kakak ada di pernikahan Zevna nanti' pinta Zevna

'Tentu saja sayang, kakak juga ingin melihat kamu menikah. Kakak pasti pulang, kakak janji,' ucap Vanno

Zevna menangis tertahan, Vanno sudah berjanji untuk pulang. Tapi ternyata sampai sekarang dia malah tidak kembali. Apa benar kata orang-orang yang mencarinya, jika kakaknya... Sudah tewas tenggelam di sungai itu?

*****

Jakarta, waktu setempat.

"Mas Abi!" teriakan seorang gadis membuat Abian yang sedang duduk termenung di depan rumah sedikit bereaksi. Dia menoleh kesana kemari mencari-cari asal suara cempreng itu.

"Hayo!" Seru Anya yang mengejutkan Abian dari belakang.

"Mengapa kamu seperti hantu," ucap Abian sedikit ketus.

Namun, Anya malah tertawa dan duduk disamping Abian sembari membawa sepiring ubi goreng ditangannya.

"Mana ada hantu secantik Anya," jawab Anya begitu bangganya.

"Memangnya kamu cantik?" tanya Abian. Nada bicaranya datar, bahkan sedatar wajahnya sekarang.

"Mas Abi ini, jelas saja Anya cantik. Nanti jika Mas Abi sudah bisa melihat, Mas Abi pasti langsung jatuh cinta sama Anya," jawab Anya tanpa malu.

Abian hanya mengedikkan bahunya saja. Membuat Anya sedikit kesal. Sudah dua minggu berlalu dan pria ini juga sudah mulai pulih. Dia sudah bisa berjalan-jalan dan melakukan apapun sendiri meski tetap dengan bantuan Anya. Tapi, sudah dua minggu ini pula Anya tidak pernah melihat Abian tersenyum sedikit saja. Beban hidupnya seperti bertumpuk begitu banyak hingga membuat wajahnya selalu datar tanpa ekspresi.

"Ayo coba ini." Anya meraih tangan Abian dan meletakkan sepotong singkong goreng ditangan pria itu.

"Hangat," gumam Abian.

"Iya, ini singkong goreng. Nenek baru cabut dari kebun," ungkap Anya.

Evan memakan singkong itu dengan pelan, dia sedikit mengernyit karena rasa ini begitu asing meski sudah pernah dia makan beberapa hari yang lalu.

"Ini agak aneh, tapi saya suka," ucap Abian.

Anya langsung tertawa mendengar itu, "Memang harus suka. Karena untuk kedepannya selama Mas Abi ada disini, Mas Abi akan sering memakan ini. Beras sedang mahal sekarang, jadi kita tidak bisa membeli beras setiap waktu," ungkap Anya tanpa beban.

Namun, jelas perkataan itu membuat Abian tertegun. Seberapa susahnya kehidupan gadis ini?

MEMORI CINTA ZEYVANNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang