Cerita Di Pasar Malam

90 9 0
                                    

Anya memandang Abian dengan heran. Sejak tadi Abian hanya diam dan terus mengikuti setiap langkahnya berkeliling pasar malam itu. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh lelaki ini. Namun, setelah Anya berbicara tentang Dokter Raga tadi, Abian memang lebih banyak diam dan tidak lagi banyak bertanya.

"Mas," panggil Anya.

Abian sedikit terkesiap, dia mengarahkan kepalanya kearah Anya. Dahinya nampak mengernyit, apalagi suasana di pasar malam itu terdengar begitu berisik dan sangat ramai. Abian benar-benar bingung.

"Mas Abi diem aja dari tadi? Mikirin apa sih?" tanya Anya.

"Tidak ada," jawab Abian dengan singkat.

"Bohong banget," dengus Anya.

Abian tersenyum tipis sembari mengusap tangan Anya yang masih merangkul lengannya sejak tadi. "Tempat ini sangat ramai, saya hanya bingung dan sedikit risih," jawab Abian.

"Iya, disini lumayan ramai. Padahal bukan malam minggu. Mas Abi nikmati aja ya, udah lama Anya nggak jalan-jalan begini," ungkap Anya.

Abian mengangguk tipis. Langkah kaki mereka berjalan cukup pelan. Anya takut jika Abian akan terjatuh atau menabrak orang-orang yang sedikit berdesakan disana.

"Kenapa disini ramai sekali? Apa ada sesuatu yang menarik?" tanya Abian.

"Ada, disini banyak wahana permainan," jawab Anya. "Seperti biang lala, motor cros, permainan anak-anak, dan juga lempar bola. Banyak deh, Anya juga bingung mau nyebutin satu-satu," jawab Anya dengan tawa kecilnya.

"Kamu tidak mau coba?" tanya Abian.

"Nggak lah, kan kita cuma jalan-jalan aja, lagian mahal kalau naik kesana. Sayang uangnya. Anya juga nggak mungkin ninggalin Mas Abi, disini ramai," ungkap Abian.

Abian terdiam mendengar ucapan Anya. Rasanya kehidupan gadis ini benar-benar menyedihkan. Empat bulan lebih tinggal bersama Anya, dia bisa merasakan kesulitan yang dialami oleh Anya dan neneknya. Abian benar-benar kagum dengan mereka, karena sampai sekarang mereka tidak pernah sedikitpun mengeluh tentang kehidupan. Padahal bukan hanya kesulitan dalam masalah ekonomi saja, namun mereka juga dikucilkan oleh seluruh warga desa.

Ah itu terasa begitu menyedihkan.

"Anya," panggil Abian tiba-tiba.

"Ya," sahut Anya yang masih fokus memandangi suasana pasar malam itu.

"Apa impian terbesar dalam hidup kamu?" tanya Abian.

Anya langsung mendengus senyum mendengar pertanyaan Abian. "Kenapa Mas Abi bertanya seperti itu?" tanya Anya.

"Saya hanya ingin tahu," jawab Abian.

Mata Anya kembali memandang orang-orang yang nampak tertawa lepas ketika menaiki salah satu wahana seperti kapal besar yang di ayun dengan kencang.

"Impian terbesar Anya cuma ingin bahagia dan tenang," jawab Anya.

Abian mengernyit bingung, "Hei, bukannya semua orang menginginkan hal itu," sahut Abian. Namun, Anya malah tertawa kecil dan menggeleng pelan.

"Iya memang, tapi Anya sendiri kadang nggak tahu apa impian Anya. Apa gadis miskin seperti Anya ini masih pantas memiliki impian?" tanya Anya.

"Kenapa kamu berbicara seperti itu?" tanya Abian terdengar tidak suka.

"Karena memang begitu kenyataannya kan. Hidup Anya dan Nenek sudah susah sejak dulu, bahkan kami dimusuhi satu desa karena kesalahan yang sama sekali nggak pernah kami perbuat. Jadi, Anya cuma pengen hidup tenang dan bahagia sama Nenek. Punya uang banyak supaya nggak di rendah-in sama orang-orang lagi," ungkap Anya.

MEMORI CINTA ZEYVANNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang