Kembali Kerumah

121 10 0
                                    

Pesawat mulai mengudara di langit Jakarta, terbang jauh meninggalkan semua kenangan yang pernah tercipta. Rasa berat untuk pergi jelas ada, namun tidak mungkin selamanya dia akan seperti ini. Didalam ingatan hanya ada Anya dan kehidupannya, tidak ada orang lain yang Abian kenal dan memenuhi pikiran Abian selain gadis itu.

Tapi, dia harus kembali. Kembali ke kehidupan yang sebenarnya. Ada keluarga yang menunggunya dirumah, ada tanggung jawab yang harus dia selesaikan. Tidak mungkin dia memilih Anya sedangkan banyak orang yang merasa kehilangan atas dirinya selama beberapa bulan ini.

Nanti, ketika semua sudah selesai dan kembali. Abian pasti akan datang lagi ke tempat ini. Tempat dimana dia menemukan seorang gadis berhati malaikat. Meski Abian tidak tahu bagaimana rupanya, namun Abian yakin, jika Anya pasti secantik hatinya. Jika pun tidak, itu juga bukan masalah, karena hati Abian sudah terikat dan jatuh pada gadis itu.

'Selamat tinggal Anya, sampai bertemu lagi. Tunggu saya kembali, saya pasti akan datang untuk menjemput kamu,'

***

"Kak, minum dulu," ujar Raga sembari menyerahkan sebuah botol air di tangan Abian.

Abian mengangguk, dia meraih botol minum itu dan meminum isinya beberapa teguk. Rasa dingin air itu bisa sedikit mengurangi rasa dahaga dan kegundahan hatinya.

"Apa masih lama?" tanya Abian.

"Enggak kak, setengah jam lagi kita mendarat," jawab Raga sembari meraih botol minum dari tangan Abian.

"Apa kamu benar, jika orang tua saya punya biaya untuk membuat saya sembuh?" tanya Abian. Sejak semalam, itu yang selalu dia pikirkan. Dia takut, jika dia pulang kondisinya akan terus seperti ini.

Raga langsung mendengus senyum mendengar itu, "Kakak jangan khawatir, apapun akan dilakukan oleh uncle Raymond untuk kesembuhan kakak. Jangan khawatirkan soal biaya. Kakak itu penerus perusahaan besar di Belanda. Bahkan uang yang kakak dan keluarga kakak punya tidak akan pernah habis untuk tujuh turunan," jawab Raga.

"Benarkah itu?" tanya Abian. Dia merasa jika ini seperti sebuah lelucon saja.

"Tentu saja benar. Aku sudah tidak sabar untuk membawa kakak ke rumah, aunty Zeylin pasti sangat senang melihat kakak kembali. Hanya dia yang selalu yakin jika kakak masih hidup, dan sekarang semua keyakinannya itu memang terjawab," ungkap Raga.

"Apa dia ibu saya?" tanya Abian.

"Ya, dia Mommy mu kak, kesehatannya memburuk semenjak kakak pergi. Dia sudah sering sakit-sakitan karena terus memikirkan kakak," jawab Raga.

"Mommy," gumam Abian, Panggilan itu benar-benar tidak asing, dia sungguh merasa sangat mengenal dan dekat sekali dengan wanita itu. Ya, Raga pasti benar jika itu adalah ibunya.

"Kenapa kak?" tanya Raga ketika melihat raut wajah Abian yang berubah.

"Entahlah, setiap kali mendengar kata-kata yang asing saya merasa ada bayangan-bayangan yang membuat kepala saya pusing," jawab Abian.

Raga mengerjapkan matanya sekilas, dia langsung mendengus senyum memandang Abian. Sebagai calon dokter, tentu sedikit banyaknya Raga tahu jika ingatan Abian pasti akan mudah kembali tanpa harus menjalani operasi atau hal medis lainnya. Hanya sedikit terapi dan psikologi yang membantu, Raga yakin jika ingatannya akan segera pulih.

"Jangan terlalu dipikirkan, kak. Itu hal yang wajar. Untuk saat ini kakak tenang dulu. Nanti jika sudah tiba dirumah, kita akan tahu pengobatan apa yang cocok untuk kakak," ujar Raga.

Abian mengangguk lemah. "Apa saya juga punya saudara?" tanya Abian kembali.

"Ya, kakak punya saudara kembar. Zevna, yang biasa kita panggil Zeze," jawab Raga.

MEMORI CINTA ZEYVANNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang