Matahari sudah menampakkan sinarnya, menembus celah-celah gorden kamar gadis yang sedang terbungkus dengan selimut tebal. Siapa lagi jika bukan Alma. Ini sudah siang, waktu menunjukkan pukul 11.00, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu akan terbangun.
Sementara dilantai bawah terjadi keributan antara seorang wanita paruh baya dengan salah satu maid yang tidak lain adalah Juni. Adu cekcok terus berlangsung hingga tiba-tiba Alma berteriak menghentikan perdebatan itu. Ya, Alma terbangun mendengar kebisingan yang menggangu indra pendengarannya. Ia berlari dan berhenti tepat di samping mereka berdua.
"STOOPPP!" teriak Alma dengan nyaring dan menggebu-gebu.
Wanita paruh baya dan Juni menoleh kearah sumber suara, Juni menundukan kepalanya karena ia merasa bersalah mengganggu Nonanya tidur.
"Ada apa ini?" Tanya Alma.
"I-ini Mon ada Nenek-nenek gak jelas, tiba-tiba masuk gitu aja kedalam rumah."
"HEHH berani sekali anda bicara seperti itu! Anda tidak kenal saya siapa? Saya sudah bilang saya Nyonya besar dirumah ini, Melinda, Ibu dari Majikan anda Jemmy! Dia anak saya!"
"Hilihh saya sudah tau motif tukang tipu itu gimana, mana ad--"
"Dia Nenek saya." Ucap Alma menyela ucapan Juni.
Juni dibuat melongo atas perkataan Alma. Jadi benar dia keluarga rumah ini? Ahh sial, ia lupa bahwa semalam ada yang menelponnya lalu mengaku sebagai nenek Alma dan ingin berkunjung sekarang. Tamatlah kau Juni, batin Juni.
Wanita paruh baya itu pun tersenyum tipis, ia menoleh ke arah Juni. Lihat? Sepertinya aku harus memecat orang ini, batin Melinda.
"Maaf Nyonya, saya maid baru dirumah ini saya tidak tah--"
"Berani sekali tadi anda mengatai saya, ternyata hanya seorang maid, kurang ajar!"
"Nenek mau apa kesini?" Tanya Alma dengan ketus.
"Wah wahh liat sekarang. Kamu juga! berbicara ketus kepada nenek? Tidak sopan!"
"Ya-yaa mau apa kesini? Kemana aja nenek selama ini? Kenapa gak datang waktu pemakaman Mommy dan Daddy? Nenek masih gak tau malu datang gitu aja sekarang?"
"HEHH DA-"
"Apa?! Nenek gak bisa gitu aja marahin aku karena gak ada Mommy Daddy. Seharusnya Nenek gak disini!"
"Sekarang Nenek akan tinggal disini!"
"Gak! Ini rumah Daddy, Mommy dan aku! Tempat Nenek bukan disini."
"Berani sekali kamu Alma, lihat dokumen ini!"
Melinda menyerahkan sebuah dokumen kepada Alma dan menyuruh Alma untuk membaca isinya. Begitu terkejutnya Alma saat ia baca ternyata isinya adalah penyataan bahwa rumah ini setengahnya milik Nenek singa itu. Ya, Alma memberikan gelar singa sejak dirinya masih kecil. Melinda selalu saja marah-marah seperti singa. Tapi yang lebih penting sekarang, bagaimana bisa setengah dari rumah ini adalah milik Nenek singa? Ah sial. Hari-harinya pasti tidak akan tenang.
"So, sudah kamu lihat kan Alma? Setengah dari rumah ini milikku."
Alma terdiam, memandang terang-terangan Melinda dengan tatapan tidak suka. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal, Alma sudah terbawa emosi, Ia pun berjalan cepat ke arah kamar diikuti Juni dibelakang. Alma menghiraukan panggilan-panggilan yang menggema dari Melinda.
"ALMAA HEHH!"
"KAMU SAMA SAJA KAYA MOMMY KAMUU!"
"SIALAN!"
"Huhh, Ah sudahlah Melinda sekarang rencanamu berhasil, rumah ini saja sudah setengahnya milikmu, saatnya menyingkirkan gadis kecil itu." Gumam Melinda disaat semua orang pergi dari hadapannya.
Makan malam pun tiba. Biasanya saat orang tua Alma masih ada semua anggota keluarga berkumpul untuk makan malam bersama, Alma pun selalu semangat untuk datang lebih awal karena Mommy Alma-Seana, pasti memasakkan makanan kesukaannya. Malam ini suasanya berbeda, bahkan sekarang Alma enggan untuk keluar kamar.
Dimeja makan terdapat Melinda yang menyantap banyak makanan seolah-olah rumah ini hanya miliknya saja. Ia tersenyum senang karena tidak ada anak kecil itu yang mengganggunya sekarang.
♡♡♡
TOK TOK TOK
"Anak sialan, bangun kau! Sudah siang gini masih belum bangun?!"
Padahal matahari saja belum menampakkan sinarnya, akan tetapi Melinda di subuh begini menggedor-gedor pintu kamar Alma. Merasa percuma dengan teriakannya Melinda mencoba membuka knop pintu, dan beruntungnya ia pintu tidak dikunci oleh sang pemilik. Dengan perasaan senang dan jengkel, senang karena ternyata kamar tidak dikunci dan ia bisa masuk kedalam, jengkel karena sedari tadi ia berteriak di kamar Alma tapi tidak di hiraukan oleh anak itu. Melinda pun menerobos pintu Masuk untuk memeriksa keadaan Alma.
Kreeett
Melinda berhasil masuk ke dalam kamar milik Alma yang dalam keadaan gelap gulita. Dicari saklar lampu disepanjang sudut kamar untuk menyalakan lampunya.
Klik
"Mommyy Daddyy tolong jangan tinggalin Alma sendiri, Alma takut,"
"Hiks, Alma ga bisa hidup sama Nenek, Nenek jahat."
"Hiks...hiks... Mom--"
Byurrr
"Huhh... hahh... Mommy!"
Alma terbangun dari mimpinya dan lebih terkejutnya ia terbangun karena ada seseorang yang menyiram wajahnya dengan air yang berada di dalam gelas. Saat ia menoleh ke arah pelaku ternyata sang Neneklah, Melinda yang menyiram Alma. Alma murka, ia terbangun dengan wajah yang merah padam, lalu ia mengepalkan tangannya mendekati Melinda. Tetapi--
PLAKK!
"Dasar anak sialan! Jam berapa ini belum bangun hah?! udah jam lima saatnya beres-beres rumah!"
Ditolehkannya wajah Alma ke arah Melinda, ia meringis sambil memegang pipi kanannya yang terkena tampar. Sudah pasti merah, batin Alma. Sebenarnya ia sudah tidak tahan dan ingin memarahi Nenek singa itu, tetapi kekuatan tenaganya sedang tidak stabil karena semalam ia menangis merindukan orang tuanya. Alma pun tidak menghiraukan perkataan Melinda.
"Jangan diam saja!" Tukas Melinda dengan sangat galak.
"Baru jam lima. Anda jangan ganggu tidur saya." Jawab Alma dengan menekan disetiap perkatannya.
"Enak yaa tuan putri. Dasar gadis manja. Cepat bangun!"
Melinda menarik tangan Alma dan menyeretnya masuk ke dalam kamar mandi. Alma memberontak tetapi kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan Nenek tua itu. Alma sungguh merasa capek, badannya sangat lemas hari ini. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Melinda.
"Nenekk mau ngapain?!"
"Diam, sini kau!"
"Akhhh, dinginn..."
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M OKAY [ON GOING]
Teen Fiction-Almara Aninditha- "Tuhan, bisakah engkau berikan aku kebahagiaan sedikit saja?" "Mommy, Daddy dan sekarang semangatku Engkau hilangkan?" "Tolong, permudahlah jalanku." -------------------------------------------------------- Ini tentang Alma yang...