Part 2 - Hancur

181 128 399
                                    

"N-non

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"N-non... Non Alma harus tegar ya,"

"Hah? Ada apa Jun?! Tolong bicara yang benar! Jangan menakut-nakuti ku!"

"I-ituu, tuan... "

"Kenapa dengan Daddy?! Bicara yang benar Juni!"

"Tuan dan Nyonya meninggal dunia Non."

DEG!

Bagai disambar petir, otak Alma benar-benar tidak bisa mencerna dengan baik perkataan Juni. Bagaimana bisa orang tuanya meninggal, mereka kan ke Jepang. Bahkan Juni sendiri yang bilang tadi pagi. Ini tidak mungkin kan?

"Tidak mungkin Juni, kau sendiri yang bilang bahwa mereka ke Jepang ada urusan bisnis. Bagaimana bisa kamu berbicara seperti itu? Tidak mungkin mereka meninggal dunia!" sanggah Alma penuh keyakinan.

"B-benar Non, jenazahnya sudah ada dibawah."

Lesu, itu yang alma rasakan. Dunia Alma benar-benar hancur, sehancur-hancurnya. Alma terbengong, sebutir air mata menetes di mata indahnya. Kedua orang tuanya meninggal dirinya sendiri? Setega itu kah? Alma tidak bisa membayangkan jika hari-hari tidak bersama mereka. Mereka ke Jepang 3 hari saja Alma terkejut. Lalu, kenapa sekarang selamanya?

Momm, Dadd ini tidak mungkin kan?

Alma tersadar dari bengongnya, dengan cepat ia berlari sekencang-kencangnya ke arah bawah. Juni yang melihat itu khawatir dan langsung mengejar Alma. Malang sekali anak itu, walaupun dia membuatku jengkel tapi jika sudah begini keadaannya aku jadi merasa kasihan-batin Juni.

"Nonn!! Jangan lariii nanti jatuh!"

"Gak! Ini gak mungkin! Mommy Daddy gak mungkin meninggal!"

"Nonn!!"

"Enggak!! Mommy sama Daddy Masih hidup! Kau hanya mengada-ngada Juni!"

Sesampainya di lantai bawah, degup jatung Alma benar-benar berdegup kencang. Air mata sudah membasahi kedua pipinya sedari tadi hingga sekarang. Melihat ke kanan ke kiri mencari keberadaan orang tuanya yang di kelilingi para pegawai yang ada di rumah. Dalam hati Alma selalu berpikir bahwa semua akan baik-baik saja, pasti ini mimpi.

Degg!!

Sudahlah. Semuanya sudah berakhir. Alma melihat dua orang manusia yang dibungkus oleh kain di dalam peti mati. Ada dua peti berwarna coklat disana. Alma melihat ada banyak darah yang mencetak jelas diatas kain itu. Alma menggelengkan kepala pertanda ia belum siap menerima bahwa mereka adalah Mommy dan Daddynya. Juni memeluk erat Alma sambil mengusap punggung anak itu agar ia bisa tetap tegar. Juni tahu ini pasti berat untuk Alma.

"MOMMM... DADDDD INI BUKAN KALIAN KANN?"

"GA MUNGKINN HIKSS,"

Alma menghampiri peti mati Seana dan membuka kain yang menutupi wajah sang Mommy, "MOMMYYY HIKSS HIKSS," Setelahnya ia beralih ke peti mati sang Daddy, "Dadd ini mimpi kan?"

Juni menggeleng merespon pertanyaan Alma. Ini bukan mimpi, semuanya nyata Alma. Juni merasa sesak di dadanya bagaimana dengan Alma? Pasti anak itu benar-benar hancur.

Pemakamann pun digelar di tempat Pemakaman Umum di daerah sana. Pertama kalinya Alma menginjak dunia luar dan itu adalah pemakaman orang tuanya sendiri.

♡♡♡

Sudah empat hari semenjak kepergian orang tua Alma, dan selama itu pula Alma hanya terus didalam kamar masih merasa terpukul atas kepergian mereka. Juni sudah berusaha untuk menghiburnya, akan tetapi nihil. Sekarang pun ia sedang berusaha membujuk Alma agar ia memakan makanan yang dibawa olehnya. Juni tahu ini pasti sangat berat bagi majikannya itu, tapi bagaimana? Ini sudah takdir dan ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Non?"

"Sudah ya Non ayo kita makan, kasian ini makanannya udah dingin,"

"Non gak kasian sama Mommy dan Daddy Non diatas sana ngeliat anak cantiknya ini ga makan sama sekali selama empat hari? Ikhlaskan saja," bujuk Juni.

Juni senantiasa menemani Alma sepanjang hari, sebenarnya sifatnya tidak sesabar ini tapi ia memaklumi Alma karena tahu bagaimana rasanya ditinggal oleh orang yang kita cintai. Alma menoleh menghadap juni dengan mata sayu sehabis menangis.

"Kau gak akan tahu apa yang aku rasakan Juni!"

"Saya tahu apa yang kamu rasakan Non,"

"Saya pernah diposisi Non, ditinggal oleh orang yang kita cintai itu sakit sekali kan? Saya paham ko Non, dulu almarhum Ayah saya juga meninggalkan saya dan ibu saya saat saya usia enam tahun. Saya masih kecil Non, sepanjang malam saya pun menangis, Ibu menasehati saya untuk bisa ikhlas, doakan Ayah supaya Ayah bisa tenang disana, itu yang selalu Ibu saya katakan kepada saya. Saya akhirnya berusaha ikhlas karena saya mau Ayah saya tenang disana dan tidak ngerasa sedih saat saya menangis terus. Saya paham Non Alma sangat sedih, tapi saya mohon makan ini dulu ya sedikit, saya ga mau Non sakit."

Keterdiaman Alma membuat Juni hanya bisa pasrah, ia sudah membujuknya beberapa kali tapi tidak didengarkan oleh Alma. Helaan nafas Juni menandakan jika ia sudah capek menghadapi Alma. Ketika ia ingin berdiri membawa makanan yang ada ditangannya seketika Alma memegang tangan Juni.

"Aku akan makan Juni, ah m-mba Juni, maaf selama ini aku merepotkan mba."

Juni menyipitkan matanya, ia heran kenapa sekarang anak majikannya itu berkata lembut kepadanya, dan apa tadi? Mba? Juni terkekeh memandang Alma sambil memberikan makanan yang ada ditangannya.

"Aku akan makan, tapi bisakah mba Juni pergi dari kamarku? Aku hanya ingin sendiri. Aku janji akan menghabiskan makanan ini,"

"Baik non."

To be continue.

I'M OKAY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang