Dua insan berbeda gender mencoba menghalangi wajahnya dari paparan sinar matahari yang begitu terik di hari ini. Suasana pagi yang seharusnya menjadi langkah awal memulai sekolah dengan baik malah berbanding terbalik dengan mereka. Percuma saja dihalangi, matahari pagi ini benar-benar bersinar lebih cerah. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain hormat di bawah tiang tinggi yang diatasnya terdapat bendera pusaka merah putih.
Bukan hanya mereka saja, terdapat kurang lebih lima anak lainnya yang dihukum karena terlambat. Sistem disekolah ini sudah berubah drastis. Biasanya anak-anak akan dibiarkan lolos dari hukuman setelah sepuluh menit berdiam hormat kearah bendera. Kali ini sudah dua puluh menit belum ada tanda-tanda bahwa mereka selesai dengan masa hukumannya.
Kedua kaki Alma sudah bergetar hebat kali ini, penderitaannya ditambah lagi setelah tadi ia berlari mengejar bus. Sekarang, Kepalanya seperti ditimbun oleh bebatuan besar. Sakit sekali. Pandangan Alma seketika mengabur, ia terjatuh mengagetkan siswa lainnya.
BRUKKK
Sontak semuanya memandang panik Alma yang sudah tergeletak di atas lantai lapangan. "Ehh dia pingsan, mana Bu Elda njir," ucap salah satu yang panik sembari mencari keberadaan Bu Elda, guru yang menghukum mereka semua.
"Woii gimana ini!"
"Anjir emang Bu Elda! biasanya dihukum sepuluh menit ini dah lebih dua puluh menit,"
"Tau! Kaki gue juga lemes banget lagi,"
"Ck, lebay lo!"
"WOIII BANTUIN DULU TU ANAK ANJAY! KENAPA JADI NGERUMPI!" ucap salah satu diantara mereka.
"Gue bawa dia ke UKS kalo ada Bu Elda bilang aja dia pingsan." Deon, pelaku yang membuat Alma jadi terlambat sekarang, sekencang apapun motor Deon melaju, kecepatannya tidak sebanding dengan waktu yang terus berjalan cepat. Apalagi jarak dari halte ke sekolah tidak dekat.
Deon mengangkat dan menggendong Alma berlari menuju ruang UKS, merasa risih dengan masker yang gadis ini pakai ia melepas masker itu dan membuangnya sembarang. Deon tidak peduli jika gadis ini akan marah nantinya.
Sampai pada UKS, ruangan itu kosong tidak ada orang satupun. Sial, Deon sangat kesal sekarang. Ada orang yang sekarat tapi tidak ada penjaga di UKS? Wkwk maaf berlebihan, masa sekarat sih Deon. Deon sungguh bingung, ia mundar-mandir kesana-kesini, apa yang harus ia lakukan sekarang?
Pandangan Deon menuju tempat P3K berada, dengan cepat ia berjalan kearah sana dan membuka kotak itu. Mencari sesuatu yang mungkin saja bisa ia pakai untuk menolong Alma. Deon mengambil satu minyak kayu putih berukuran sedang lalu menempelkannya di hidung mungil Alma. Tetapi, tidak ada reaksi apapun dari Alma. Deon mengusap prustasi wajahnya, namun sesaat kemudian ia mendengar ada seseorang yang memanggilnya, dengan cepat Deon menoleh.
"Deon," ucap Alma sadarkan diri sembari memegang kepalanya yang pening.
"Maa lo gapapa kan?"
"Masker, masker aku mana Deon?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M OKAY [ON GOING]
Teen Fiction-Almara Aninditha- "Tuhan, bisakah engkau berikan aku kebahagiaan sedikit saja?" "Mommy, Daddy dan sekarang semangatku Engkau hilangkan?" "Tolong, permudahlah jalanku." -------------------------------------------------------- Ini tentang Alma yang...