Part 16 - Realita

41 24 38
                                    

Disinilah Alma berada, di dalam rumah kayu kecil nan kumuh yang berada di ujung pedesaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disinilah Alma berada, di dalam rumah kayu kecil nan kumuh yang berada di ujung pedesaan. Mba Mela, wanita yang menyuruh Alma mengikutinya seusai tadi ia berhasil lolos dari sang peculik. Alma menatap sekeliling dengan seksama, ia berada di ruang tamu rumah itu.

"Mohon maaf dek rumahnya berantakan," ucap mba Mela tak enak hati.

Ia membereskan barang-barang yang berserakan dimana-mana, memindahkan barang itu ke tempat lain. Tak lupa mengelap bangku untuk Alma duduki.

Alma menoleh ia mengangguk pelan sambil tersenyum. "Ah i-yya mba tidak apa-apa." jujur sebenarnya Alma tidak enak jika ia bilang tidak nyaman.

Rumah ini mengingatkannya pada tempat dimana Alma di culik. Tampak kecil dan hanya beberapa perabotan barang saja. Dua bangku kayu tepat berada di ujung jendela dan dekat ruangan yang entah ruangan itu apa. Lantainya pun tanpa keramik, hanya di plester dengan semen.

Mba Mela menoleh ke arah Alma yang melihat isi rumahnya. Ia jadi tak enak hati membawa Alma ke sini. Terlebih ia melihat pakaian yang di pakai Alma sepertinya dia orang kaya. Ia tahu walaupun pakaian itu sedikit kusam.

"Adek duduk dulu aja ya disini, saya ambilin air minum dulu," kata mba Mela mengalihkan perhatian Alma.

"Iya mba."

Di tempat duduknya Alma terbengong memikirkan dimana ia berada. Dan rumah apa ini? Ia baru menemuinya sekarang. Bahkan menurut Alma sepertinya rumah ini tidak pantas di sebut rumah. Ini terlalu sempit dan kumuh. Beda sekali dengan rumahnya. Selama enam belas tahun ia dikurung dan tidak tahu keadaan luar bagaimana. Alma mengelap air mata yang tiba-tiba jatuh di atas pipi mulusnya.

Jujur Alma jadi trauma keluar rumah. Ia memegang dadanya agar tidak terisak. Kalau begini kejadiannya ia lebih baik terus di dalam rumah seumur hidup. Orang-orang luar benar-benar jahat. Ia pun tidak bisa menghubungi teman-temannya dan orang rumah. Sial Alma menyesal tak mendengar Mommy-nya dulu saat beliau meminta Alma menghafal nomor.

Flashback on

"Heii!!!" Seana mengagetkan Alma dari belakang yang sedang bermain ayunan di taman rumah.

"Mommyy!! Kaget tauu," tukasnya sembari memajukan bibirnya kesal. Sedangkan sang empu hanya membalas dengan seyuman manis. Lucu sekali putrinya ini.

"Ngapain Mommy kesini? Aku lagi pengen main sendiri!" Tanya Alma masih cemberut lalu ia turun dari ayunan menghadap sang Mommy.

"Mommy pengen kamu hapalin nomor telepon rumah ya," ucap Seana sembari mengelus surai rambut Alma.

Alma mengerutkan keningnya. Ia heran. Buat apa juga ia menghafal nomor. Alma benci dengan hafalan.

"Gak ah Momm, buat apa juga? Aku malas menghafal." Jawabnya ketus.

"Takutnya Mommy sama Daddy gak di samping kamu, atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kamu bisa meminta bantuan orang rumah sayang,"

"Ck, apaan sih! Gak akan terjadi apa-apa sama aku Momm... Mommy Daddy kan selalu disamping aku."

I'M OKAY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang