Setelah berdebat perihal rokok, Azhera memutuskan untuk ikut duduk di taman belakang gudang sekolah bersama Harsha. Mereka berdua memilih duduk di bawah pohon mangga yang cukup rindang.Entah benar atau tidak ucapan Harsha mengenai bu Sena, tapi bodohnya Azhera tetap mempercayainya. Jika nantinya ia dihukum mungkin itu tidak jadi masalah karena dia tidak sendirian saat ini. Azhera bersama Harsha, teman barunya sekaligus si penyampai informasi mengenai ketidakhadiran bu Sena di kelasnya.
Kini mereka tengah membicarakan tentang segala hal yang membuat Azhera seketika melupakan perihal siapa seseorang yang menjadi bahan pembicaraan siswi di kantin tadi.
Hanya saja kali ini ada satu hal yang nampaknya membuat Azhera sedikit terkejut. Rupanya sosok Harsha ialah seorang lelaki yang pandai berbicara. Pemuda itu seakan-akan tak pernah kehilangan topik pembicaraan. Benar-benar diluar dugaan Azhera yang mengira bahwa Harsha adalah pemuda yang bersikap dingin dan irit bicara.
"Azela, lo suka pantai?"
Azhera menoleh cepat padanya. "Banget!"
"Pasti suka senja. Iya, 'kan?" tanya Harsha lagi yang kemudian disahut dengan sorakan heboh dari Azhera.
"Suka banget, banget, banget!"
"Gimana kalo kapan-kapan kita liat senja bareng?"
"Di pantai? Ayo! Asal lo tau seumur hidup gue baru pernah ke pantai sekali, Sha," ungkap Azhera sembari memasang wajah sedihnya.
"Kalo nanti gimana?"
"Se-irus?" Azhera membelalakkan matanya.
"Irus mata lo! Serius, Bodoh!"
Azhera terkekeh mendengarnya. Mulutnya memang sering kali belepotan saat berbicara. Jadi, tidak hanya ketikannya saja yang sering typo, tapi mulutnya pun sama.
"Mendadak banget! Tapi, enggak apa-apa, sih. Ayo! Pulangnya sekalian anterin gue belanja ke supermarket, ya?"Harsha manggut-manggut saja. "Beliin gue rokok sebungkus dulu." Setelahnya Harsha mendadak menampilkan senyum manisnya hingga lesung bibirnya terlihat.
"Sialan! Anak sekolah, tuh, enggak boleh ngerokok! Heran gue, bandel banget, sih, lo?" Azhera membuang pandangannya ke samping. Padahal, dalam batinnya ia tengah meruntuki dirinya yang begitu lemah menghadapi senyuman kawan sebangkunya itu. Kurang ajar! Kenapa manis banget, sih?
Namun, pikiran Azhera kembali teringat pada bola mata Harsha yang tampak memerah. Saat ia melakukan kontak mata dengan pemuda itu, Azhera benar-benar melihat netra Harsha yang memerah. Apa anak itu tengah mengalami gangguan mata?
"Sha, gue mau tanya. Lo tinggal sama siapa di rumah?"
Pertanyaan Azhera berhasil membuat Harsha menoleh kepadanya. Pemuda itu bahkan terang-terangan melakukan kontak mata pada Azhera. Seakan-akan ia sudah tahu jika Azhera pasti akan menanyakannya.
"Ayah." Azhera manggut-manggut saja.
Setelah terdiam beberapa detik dengan isi pikirannya yang berkecamuk, gadis yang kini mengenakan kaos olahraga milik Harsha itu terbangun dari duduknya. Ia teringat akan kekacauan di meja tempat duduknya yang belum sempat dibereskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Lying [On Going]
Teen Fiction"Melepas apa yang udah jadi candumu memang susah, Sha. Tapi, gue yakin lo pasti bisa! Lo pasti bisa, Harsha!" -Azela Azhera "Gue nggak janji, Azela." -Zhayu Harsha Putra . . . Picture from Pinterest Edit by Fitrahul Ghani