7 - Rencana Mereka

42 29 14
                                    


Waktu berjalan begitu cepat. Agaknya dunia memang semakin tua hingga sehari-hari terasa begitu singkat. Rasanya baru saja Azhera memejamkan mata dan kini hangatnya sinar matahari pagi mulai  menerobos masuk melalui ventilasi.

Iris coklat gelapnya itu perlahan terbuka menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Ia berjalan gontai membuka pintu balkon untuk menyapa sejuknya udara pagi ini.

Rutinitas pagi tentunya selalu Azhera jalani sebagai mana mestinya anak rantau yang berstatus sebagai pelajar SMA. Melewatkan atau sarapan telat sudah biasa baginya. Itulah mengapa Azhera selalu membawa bekal makanan, entah itu untuk sarapan ataupun untuk makan siang.

Seperti saat ini, gadis pecinta lemon tea itu tengah menikmati sarapan paginya di kelas sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Azhera tidak akan melakukannya jika Harsha tidak datang terlambat hingga pemuda itu memotong waktu sarapannya.

Sebelumnya, Harsha sempat menelpon Azhera tak lama setelah gadis itu membuka matanya. Si Tampan itu mengatakan bahwa ia akan menjemputnya sekitar pukul 6.30. Hal itu tentu saja membuat Azhera yang awalnya sedang santai pun tergesa-gesa untuk segera menyiapkan diri.

Azhera adalah tipe perempuan yang tidak suka membuat seseorang menunggunya terlalu lama. Jadi, ia memutuskan untuk menunggu kawan barunya di depan gerbang rumahnya setelah dirinya benar-benar siap untuk pergi ke sekolah. Namun, apa yang kemudian terjadi? Hingga pukul 6.45 Harsha bahkan belum menampakkan batang hidungnya.

Tentu saja Azhera panik mengingat waktu yang bertambah siang dan pastinya sebentar lagi gerbang SMA Jathayu akan ditutup. Jika saja sepedanya tidak dibiarkan menginap di parkiran sekolah, Azhera sudah pasti akan berangkat menggunakannya. Sedangkan angkutan umum yang biasanya sering berseliweran di jalur menuju SMA Jathayu juga sama sekali tidak menampakkan dirinya pagi ini.

Tuhan, kenapa akhir-akhir ini musibah selalu menimpaku di pagi hari? batinnya yang berusaha untuk tetap tenang.

Sayang sekali gadis berparas cantik ini tidak menyiapkan plan B jika Harsha tidak menjemputnya. Pada akhirnya pilihan satu-satunya yang terbesit di benak Azhera adalah berlari keluar dari gang perumahannya dan rupanya tak jauh dari sana seseorang yang ia tunggu kedatangannya itu muncul. Sudah pasti pemuda itu juga terburu-buru mengingat waktu yang sudah siang. Terbukti dari raut wajah paniknya yang tampak begitu menggemaskan.

"Sorry, ya. Tadi gue sempet dorong motor gara-gara ban motornya bocor."

"Banyak omong lo! Udah ayo cepetan! Udah mau masuk tau, Sha!" Azhera rasa tidak ada waktu yang cukup untuk meluapkan sumpah serapahnya kali ini. Namun, setidaknya ia merasa sedikit lega karena tidak harus berlarian hingga ke SMA Jathayu.

Satu hal yang membuat Azhera meruntuki dirinya sendiri yaitu; mengucap kata keramat pada Harsha yang cukup membahayakan dirinya. Mendengar kata 'cepat' dari mulut Azhera membuat Harsha benar-benar melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Rasanya Azhera ingin sekali meninju wajah tampan Harsha saat itu juga. Pasalnya, saat berkendara pemuda itu seakan mengundang kedatangan malaikat pencabut nyawa padanya. Asal Harsha tahu, gadis yang diboncengnya terus mengucapkan sumpah serapah dalam hatinya sepanjang jalan menuju sekolah.

"Sha, lain kali kalo mau mati jangan ngajak-ngajak tetangga, deh! Setan lo!" oceh Azhera setelah menyelesaikan kesibukannya menikmati sarapan pagi di kelas.

"Tadi kata lo, 'kan, suruh cepet," santai Harsha. Seperti biasa, ia berbicara dengan kondisi matanya yang sudah terpejam sembari bersandar pada sandaran kursi kayu. Tidak bisakah matanya tetap terjaga saat berada di dalam kelas?

"Cepet, sih, cepet! Minimal lo sadar kalo lo lagi boncengin anak orang!" sinis Azhera dengan mulutnya yang masih dipenuhi makanan.

"Nanti pulang sama gue lagi."

He is Lying [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang