19 - Ikan Cupang

12 7 8
                                    

Hari yang cerah selalu membawa mood baik bagi Azhera. Sedari pagi Azhera disibukkan dengan kegiatannya membersihkan rumah yang dibantu oleh Arlana. Sedikit menguntungkan bagi Azhera karena ia bisa menghemat tenaganya berkat bantuan kakaknya.

Arlana sepakat mengambil bagiannya untuk membersihkan langit-langit ruangan, mengelap kaca, menyikat lantai kamar mandi, menyapu atap bagian belakang yang dipenuhi oleh daun-daun kering. Sementara sisanya Azhera yang mengerjakan.

Usai menyelesaikan kegiatan masing-masing, Arlana memutuskan untuk mencuci sepeda motornya di halaman depan. Azhera yang awalnya hanya diam menyaksikan Arlana pun berinisiatif untuk ikut mencuci sepeda hybrid-nya.

Panas matahari yang mulai terasa menyengat di kulit membuat Azhera diam-diam menyiram kepalanya sendiri dengan air yang keluar dari selang yang disalurkan ke kran air. Arlana hendak mengambil selang untuk menyemprot sepeda motornya yang sudah dipenuhi busa sabun itu pun memergoki aksi adiknya. "Kalo mau mandi di dalam aja sana!"

Azhera yang terkejut segera mendongakkan kepalanya yang tadinya tertunduk hingga membuat rambutnya menutupi wajahnya. Gadis itu kemudian menertawai kelakuannya sendiri.

"Seger tau, Bang! Nih, coba, deh!" Tanpa aba-aba Azhera mengarahkan selang yang masih mengalir itu ke Arlana. Hal itu membuat si Korban berteriak kesal kala tak berhasil menghindar. "Basah, Ale!"

"Bodoh! Yang namanya kena air, ya, basah!" Azhera semakin gencar melakukan aksinya, menyemprotkan air ke Arlana seperti saat ia memandikan sepedanya tadi.

"Ale! Jangan nyemprot ke muka, please!" pekik Arlana yang mulai terengah-engah berusaha menghalau air itu agar tidak masuk ke hidungnya. Azhera hanya tertawa puas sebelum ia kembali mengguyur kepalanya sendiri. 

Setelah selesai bermain air, keduanya segera membersihkan diri. Lalu, beberapa saat setelahnya, Azhera dan Arlana terkapar tak sadarkan diri begitu saja di lantai ruang tamu dengan kondisi televisi yang masih menyala. Hingga sore tiba, kakak beradik itu kini tengah duduk santai di teras bersama lemon tea dingin yang turut menemani keduanya.

"Tumben Harsha enggak muncul hari ini?"
Azhera menoleh ke Arlana, ia bahkan baru menyadarinya. "Kemarin, sih, Ale sempet bilang ke Harsha kalo hari ini mau bersihin rumah, mungkin dia takut ganggu." Arlana ber-oh ria.

"Paling juga sebentar lagi dia muncul.".

Tangan Azhera terulur meraih gelasnya. Lemon tea buatan Arlana memang tidak pernah gagal. Aroma asam lemon yang dipadukan dengan harumnya teh hijau itu selalu membuatnya candu. Bahkan Azhera seringkali mengeluh jika lemon tea buatannya sendiri berbeda dengan buatan Arlana, padahal takarannya pun sudah sama.

Mendadak ponsel Arlana berdering memecahkan keheningn. Laki-laki itu segera menggeser tombol hijau dan mengeraskan volumenya ketika ia melihat nama istrinya terpampang di layar ponselnya.

"Abang bisa pulang sekarang enggak?" Arlana dibuat terlonjak oleh nada bicara Dyandra yang terdengar panik.

"What happened, Kanjeng Ratu?"

"Abang pulang sekarang, deh, Bang! Tadi ibu ngabarin kalo eyang kecelakaan sampai koma!"

Azhera yang semula ikut menyimak percakapan kakaknya pun ikut terkejut mendengarnya. Ia kemudian mendekatkan diri pada Arlana guna memastikan kebenaran dari apa yang baru saja ia dengar. 

"Kamu masih di rumah, 'kan? Abang berangkat sekarang!" Tak dapat dipungkiri Arlana begitu panik setelahnya.

Laki-laki itu segera mematikan sambungan teleponnya dan bergegas masuk. Azhera yang paham pun hanya mengikutinya di belakang. Ia membantu Arlana mengemas barang-barangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He is Lying [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang