Pagi ini Azhera berangkat sedikit terlambat tidak seperti biasanya. Hal itu dikarenakan dirinya yang bangun terlalu siang. Terlebih seragamnya masih belum disetrika. Ia tak mau pergi ke sekolah dengan penampilan yang tidak rapi.Beberapa saat setelah Azhera sampai di sekolah, iris coklat gelapnya berhasil menangkap punggung Harsha tak jauh dari pintu masuk. Azhera bersyukur karena masih ada waktu lima menit sebelum bel masuk berbunyi.
"Harsha!" teriak Azhera.
Azhera berlari setelah Harsha berhenti dan berbalik menghadapnya. Namun, hal yang tak terduga terjadi. Mungkin ini menjadi pagi terburuk yang pernah Azhera temui.
Mendadak dirinya tersiram air dingin yang sepertinya sengaja ditumpahkan dari lantai dua oleh seseorang. Hal itu tentunya membuat rambut dan atasan seragam Azhera basah.
Harsha mendongak, tepat di atasnya sebuah ember hitam siap dijatuhkan oleh sang pelaku. Beruntung Harsha melihatnya sehingga ia sempat mengambil langkah ke samping untuk menghindarinya.
Kepala Harsha kembali mendongak. Dengan tatapan datarnya ia menatap sang pelaku yang tersenyum licik padanya. Kemudian, Harsha bergegas menghampiri Azhera yang masih terdiam di tempatnya. Gadis itu pasti tengah memproses apa yang baru saja menimpanya.
"Lo bisa pakai jaket gue sekarang. Nanti gue ambilin kaos olahraga punya gue," ucap Harsha seraya melepas jaket biru gelapnya dan menyerahkannya pada Azhera.
"Thanks," singkat Azhera. Ia masih menundukkan kepalanya. Tangannya terulur menerima jaket Harsha.
"Kita ke UKS dulu buat keringin rambut lo." Azhera hanya membalasnya dengan anggukan. Keduanya kemudian berjalan beriringan menuju UKS. Beruntung kelas 12 B 1 berhadapan dengan ruang UKS.
Mengapa Harsha memilih untuk membawanya ke UKS? Tentu karena UKS adalah ruangan terdekat dari kelasnya. Lagipula pagi hari seperti ini sudah pasti toilet dipenuhi oleh para siswi yang heboh sibuk menata penampilannya.
Sesampainya di UKS, Harsha menyuruh Azhera untuk mengganti seragamnya dengan jaket miliknya terlebih dahulu. Azhera menyesal karena seragam olahraga miliknya ia bawa pulang kemarin. Kini pemuda itu keluar entah pergi ke mana. Atau jangan-jangan dia sengaja meninggalkan Azhera begitu saja?
Terima kasih, Tuhan. Engkau masih mempertemukan hamba-Mu ini dengan seseorang yang baik, batin Azhera sembari menatap lekat jaket Harsha yang kini sudah melekat di tubuhnya.
Selang beberapa detik Harsha kembali beserta handuk kecil. Di bahu kanannya tersampir kaos olahraga yang sudah pasti itu adalah miliknya. "Keringin dulu rambutnya! Itu handuk gue yang sama sekali enggak pernah gue sentuh di loker. Lo ganti pakai kaos olahraga juga sekalian."
"Sekali lagi terima kasih, ya, Sha, udah mau bantuin gue." Lagi-lagi Azhera merasa berhutang budi pada Harsha.
•••=•••
"Liat dia! Berteman, kok, sama tukang ngobat!"
"Wah! Ternyata dia udah dapet temen baru, tuh!"
"Enggak salah dia mau temenan sama tukang nge-pil? Nanti nyesel!"
"Cocok, tuh! Dia, 'kan, enggak punya temen. Bisa sekalian ajakin dia jadi pecandu juga!"
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Lying [On Going]
Teen Fiction"Melepas apa yang udah jadi candumu memang susah, Sha. Tapi, gue yakin lo pasti bisa! Lo pasti bisa, Harsha!" -Azela Azhera "Gue nggak janji, Azela." -Zhayu Harsha Putra . . . Picture from Pinterest Edit by Fitrahul Ghani