9 - Karma?

35 23 17
                                    


Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada kembali membawa pulang sepeda kesayangannya. Pasalnya sepeda itulah yang selalu mengantarkan ke mana pun ia pergi. Arlana pernah berjanji padanya hendak membelikan sepeda motor setelah Azhera lulus nanti. Bukan tanpa alasan, jika saja nanti Azhera diterima di universitas yang cukup jauh dari rumahnya, hal itu pasti merepotkannya.

Kini Azhera berjalan menuju parkiran yang tentunya ia tidak sendirian saat ini. Masih ada Harsha yang setia membuntuti di belakangnya.

"Udah sana lo pulang! Motor lo, 'kan, di sana." Tunjuk Azhera pada lokasi Harsha memarkirkan motornya.

Harsha tetap berjalan tak mempedulikan ucapan Azhera. Itu karena Harsha sengaja memarkirkan motornya di dekat parkiran khusus sepeda dan Azhera tidak mengetahuinya.

Azhera mengambil sepedanya dan langsung menungganginya keluar dari area parkiran. Begitu pula dengan Harsha yang melajukan motornya perlahan di belakang Azhera.

Bukan tanpa tujuan, ia hanya ingin memastikan Azhera sampai di rumahnya dalam keadaan selamat. Sesampainya di depan pintu masuk taman kota, Harsha menyalakan lampu sein kanan untuk menyalip Azhera.

"Jangan lupa chat gue nanti!" teriak Harsha dan setelahnya melambaikan tangannya pada Azhera.

"Ogah!"

Tak disangka respon Azhera membuat Harsha menghentikan laju motornya beberapa meter di depan Azhera, kemudian ia merotasikan kepalanya ke belakang. Menatap Azhera dengan kedua alisnya yang menyatu.

"Eh? Ha-ha-ha, iya-iya! Nanti gue chat!" Tawanya merebak setelah melihat reaksi Harsha. Netra sayu Harsha menyipit hingga membuat ekspresinya nampak begitu menggemaskan. "Udah sana pulang!"

Mendengarnya membuat Harsha menancap gas melaju kencang meninggalkan Azhera. Ketika hendak menyeberang, Azhera teringat akan niatnya menilik stand penjual makanan di samping kiri taman kota.

Sepeda hybrid-nya ia putar balikkan untuk kembali ke sisi kiri taman kota yang menjadi lokasi para penjual makanan mendirikan stand di sana. Azhera mengamati satu persatu stand itu sembari mengayuh sepedanya pelan.

Hingga pandangannya jatuh pada stand yang menjual aneka makanan pedas. Mata Azhera hanya tertuju pada bakso bakar yang di atasnya dioleskan sambal cabai rawit dan cabai hijau yang tampak menggoda selera. Tak perlu berlama-lama ia segera memesannya dan membawanya pulang.

"Woi! Abis dari mana lo?"

Azhera yang mengenali suaranya pun hanya mendengus kasar dan menghiraukannya. Siapa tahu bukan dirinya yang orang itu panggil.

"Udah sok jadi pahlawan, tuli lagi!" Merasa diacuhkan orang di belakangnya itu melempar cup bekas minuman yang masih tersisa es batu di dalamnya ke kepala Azhera.

Sabar, Azhera. Ini taman kota, jangan sampai lo terpancing buat habisin dia di sini, batin Azhera menguatkan dirinya sendiri. Pasalnya ia tak mau membuat keributan di tempat ini. Sepedanya ia kayuh cepat. Berharap orang itu tidak mengejarnya. Tapi, harapannya 100 persen salah.

Saat hendak menyeberang menuju gang rumahnya, seseorang menabraknya dari belakang. Tubuhnya terpental jatuh ke aspal membuatnya meringis kesakitan. "Sialan!"

Beruntung jalanan kali ini tidak terlalu ramai kendaraan yang berlalu lalang. Kini sepedanya tergeletak tak jauh di depannya. Sementara dari ujung matanya Azhera berhasil menangkap seseorang yang tak lain dan bukan adalah pelaku yang menabraknya. Detik berikutnya sang pelaku berlalu meninggalkan Azhera begitu saja.

"Semoga lo dapet karma yang seimbang."

Tiga ...

Dua ...

He is Lying [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang