Obsessed

17 6 1
                                    

Sisa hariku terasa begitu berat setelah aku menangani kasus pembunuhan yang menimpa keluargaku; anak satu-satunya dari kedua orang tuaku tertabrak mobil.

Sub Genre: HTM

***

Bintang malam bertaburan bersama sinar rembulan. Hawa dingin yang menyelimuti tak membuat kami lantas melangkah pergi. Pemuda itu justru semakin merengkuhku pada dekapan di dalam mantel hangatnya. Sesekali ia mencium pipiku, seakan gemas dan tak bisa melepaskanku. Hingga, membuatku semakin yakin mengatakan hal yang sudah seharusnya ia ketahui.

"Sayang...," panggilku.

Aku melepaskan pelukannya. Mencari posisi yang tepat untuk pembicaraan yang serius ini. "Aku mau bilang sesuatu."

Ia membelai rambutku, sembari memperlihatkan senyumannya. "Bilang apa hm?"

Aku terdiam sejenak. Menatap dalam matanya yang melihatku dengan penuh cinta. Keyakinan bahwa ia akan menerima semua fakta ini pun menguat.

"Sebenarnya... a-aku hamil." Dia terdiam, jelas terkejut mendengar pernyataanku. Aku pun hanya bisa menunduk menanti pendapatnya.

Ia mendongakkan kepalaku. Membuat mata kami kembali bertemu. "Anak siapa?" tanyanya dingin.

Sesaat aku merasa tertekan dengan tatapannya yang berubah. Terlebih lagi ia tak pernah menatapku seperti itu. Namun, dari pertanyaannya aku tahu dia hanya tak ingin aku mengandung anak orang lain.

"Aku tak pernah melakukannya selain denganmu."

Pemuda itu tersenyum lalu mencium bibirku sekilas. "Hari sudah larut, aku harus mengantarmu dan mutiara kecil kita ini pulang," ujarnya seraya mengusap lembut perutku.

Sudah kuduga, ia pasti akan menerimanya. Dia sangat mencintaiku. Bahkan setelah 3 tahun kami berpacaran sikap dan perlakuannya tak pernah berubah. Aku pun telah membayangkan memiliki keluarga kecil yang bahagia bersamanya.

Namun, kini aku terus merutuki hal bodoh yang pernah aku bayangkan itu. Pemuda yang aku cintai justru merenggut segalanya dariku. Ia sengaja menabrakku dan membuat anak yang ada di dalam perutku meninggal. Pemuda itu pun dengan kejamnya membunuh kedua orang tuaku hingga membuatku harus bertahan sendirian.

Di dalam ruangan serba putih ini pun petugas berseragam bergantian masuk. Mereka merasa iba pada anak semata wayang yang kehilangan kedua orang tuanya. Meski begitu mereka harus tetap melaksanakan tugas dan melemparkan beberapa pertanyaan padaku.

Namun, aku tak pernah merasa keberatan akan hal itu. Justru aku berharap pemuda brengsek itu dapat segera ditemukan. Hanya dengan begitu hari-hariku yang terasa berat mendapatkan sedikit kelegaan setelah melihat wujudnya dalam balutan baju tahanan.

"Baik, terima kasih untuk hari ini. Selamat beristirahat," ujar seorang wanita dengan seragam yang terlihat keren di tubuhnya.

Suasana kembali hening. Aku menatap ke luar jendela dengan pikiran kosong hingga seorang perawat membawakan makan siangku. Setelah perawat laki-laki itu keluar mataku tak sengaja menangkap sebuah kertas yang di letakkan pada nampan makan siangku. Merasa aneh aku lantas mengambil ketas itu. Aku terdaim menatap tulisan tangan yang tak asing lagi bagiku.

'Sayang bersabarlah, aku akan segera menjemputmu.'

***

"Seperti siang yang berubah menjadi malam, Cinta pun dapat berubah menjadi sebuah Obsesi"

BibliothecaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang