Betulkah ada orang yang lebih takut tidak punya pasangan dan sendirian, ketimbang dipanggil petualang cinta yang dicap 'brengsek'?
Sub Genre: Romance
***
Jalanan terasa lembab. Sinar mentari yang mulai terbenam memperkuat hawa dingin. Air hujan yang masih tersisa menetes membasahi seragamku saat melaluinya.
Seperti biasa sekolah terasa begitu membosankan. Ya mungkin hal yang sedikit menarik hanya gosip mengenai anak pindahan itu. Baru sebulan menjadi siswa di sekolahku ia telah terjerat beberapa skandal.
Dari gosip yang kudengar, lelaki itu telah dicap sebagai seorang buaya. Bagaimana tidak ia mendekati banyak gadis di angkatanku. Belum lagi para adik kelas dan gadis sekolah lain.
Namun, anehnya bagaimana bisa aku pun dekat bahkan akrab dengan lelaki bernama William itu. Hingga aku menyadari setiap alasan di balik kelakuannya.
Tin tin
Seorang pengendara motor sport berhenti di dekatku. Dalam sekali lihat aku bisa tau siapa pengendara itu. "Sini sini," ucapnya sembari menepuk jok belakang motornya.
Aku pun hanya bisa berdecak melihat kelakuannya. "Gak deh, nanti aku dikira salah satu simpananmu," candaku membuatnya melepas helm yang ia kenakan.
"Wah parah, kejam banget fitnahnya. Kan kamu yang paling tau alasanku."
Dia benar. Dari seluruh gadis dan teman-temannya aku memang yang lebih mengerti dan memahami jalan pikirannya. Ya, bisa dibilang aku seperti sahabat.
Aku juga paham betul mengapa ia mendekati banyak gadis. Ia tak ingin menyendiri hingga mati. Alasan yang aneh memang. Hingga saat ini, aku pun sering bertanya-tanya. Betulkah ada orang yang lebih takut tidak punya pasangan dan sendirian, ketimbang dipanggil petualang cinta yang dicap 'brengsek'? Dan pada kenyataannya memang ada.
"Ya deh, nanti kamu jelasin sendiri ya ke cewemu kalo aku nebeng."
"Udah ku bilang 1.000 kali kalo aku gak punya cewe," bantahnya sebal.
"Lha yang kemarin itu?"
"Astaga, Ney. Dia bukan ceweku, dia tuh temenku." Aku naik tanpa membantah pernyataannya. Tak ingin membuat perdebatan ini semakin panjang.
"Pegangan Ney" Ucapannya tak kuhiraukan hingga ia memberikan perintah yang sama.
"Pegangan Ney, nanti kamu jatuh."
"Dih, emangnya aku anak-anak apa? Gak pegangan pun aku gak akan jatuh Will," bantahku.
Tampaknya ia merasa geram. William lantas mengegas motornya dan dalam sekian detik ia menekan rem dengan kuat. Ia sengaja membuatku terpaksa memeluk tubuhnya.
"Sengaja kan kamu?!" ucapku memukul punggungnya.
"Emang! Makannya yang teliti biar bisa bedain!"
Aku terdiam memikirkan kata-katanya. Aku tidak dapat menemukan jawaban dari perintahnya. Hingga suatu hari ia memperjelas segalanya. Ia menjadikanku satu-satunya ratu di dalam hidupnya. Terkadang aku pun masih tak menyangka pria yang dikenal brengsek itu tak seburuk yang dibicarakan.
***
"Cinta bagai kapal yang mengarungi samudra. Ia mungkin berlabuh di banyak pelabuhan. Namun, hanya satu yang ia kenang dan tempatnya kembali pulang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bibliotheca
RomanceRuang luas yang menyimpan kisah para manusia. Seiring berjalannya waktu kisah-kisah itu kian menumpuk, membentuk bukit yang tinggi menjulang. Dan ingatlah satu hal yang pasti, setiap manusia memiliki takdirnya masing-masing.