Perang Seratus Tahun, menjadi peristiwa penting dalam sejarah, yang mengubah kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya di wilayah tersebut.
Sub Genre: Historical
***
Aku membolak balik lembaran buku yang dipenuhi oleh kata-kata. Bosan rasanya harus membaca buku setebal ini. Namun, mau bagaimana lagi ini sudah masuk musim ujian. Aku tidak boleh bermalas-malasan jika tidak ingin mencicipi remidi.
"Huft... mana ada orang yang bisa mengingat buku setebal ini!" ucapku menutup buku sejarah dengan kasar.
"Ada kok" Suara berat itu membuatku menoleh. Kutatap lelaki yang kini telah menjadi teman sekelas sekaligus sahabatku itu.
"Emang iya? Di kelas kita ada?"
Lelaki itu tersenyum sembari mengangguk yakin. "Aku salah satunya," ucapnya menyombongkan diri.
Kutatap sinis sang lelaki hitam manis. Senyuman sombong yang ia berikan tampak manis di mataku. Aku pun tersadar perasaan yang telah tersimpa ini akan jatuh semakin dalam.
"Dih kaya iya aja!"
"Wah parah. Deon diremehin," ucapnya tak terima.
"Mau jelasin yang mana hm?" tanya Deon menatapku.
"Ya udah, coba jelasin perang seratus tahun!" ujarku menantangnya.
Lagi-lagi Deon kembali tersenyum sinis. Tanpa aba-aba ia menarik kursi kantin yang aku duduki. Ia memangkas jarak di anatara kami hingga tanpa ia sadari tindakannya dapat mempengaruhi jantungku.
"Dengerin ya. Awas aja kalo UAS sejarahmu masih jelek," ucapnya mulai bercerita.
Tanpa suara aku menyimak penjelasannya. Aku menatap wajahnya yang tampak bersemangat menceritakan kisah sejarah. Ia mengawali ceritanya dengan menjelaskan hal-hal yang mengakibatkan perang terjadi. Mulai dari krisis yang terjadi di Eropa pada abad ke-14 hingga perang yang pecah akibat ketegangan antara para raja Prancis dan Inggris mengenai Flandria, Skotlandia, dan masalah dinasti.
Berbagai pertempuran pun menjadi rentetan peristiwa yang tertulis dalam sejarah dunia. Pertempuran La Rochelle, Pertempuran Agincourt, Pertempuran Patay hingga Pertempuran Joan of Arc yang telah merenggut ribuan bahkan jutaan nyawa. Dampak dasyat yang dihasilkan membuat Perang Seratus Tahun menjadi peristiwa penting dalam sejarah yang mengubah kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya di wilayah tersebut.
"Paham?" tanyanya di akhir cerita.
Aku hanya bisa berkedip. Aku memang fokus mendengarkan ceritanya meskipun beberapa saat aku sempat kehilangan fokus akibat wajahnya. Namun, bagaimana mungkin aku masih tak memahami alur sejarah yang panjang ini. Dan kurasa informasi yang ku dapatkan serlalu banyak hingga otakku berasap.
"I-iya," ucapku tak ingin mendapatkan penjelasan yang sama lagi.
Deon terdiam. Tatapannya tampak meragukan ucapanku. "Baiklah aku akan mengujimu. Pertempuran apa yang terjadi pada tahun 1429?"
"Hah? Ambarawa?" jawabku panik.
Deon menatapku bingung. Ia memijat pelipisnya, seakan pusing menanggapi kebodohanku, "Astaga Lia, ini sejarah dunia bukan indonesia."
"Lha bukan? Terus apa dong??"
"Pertempuran Patay, Liaku ...," ujarnya sembari membelai lembut kepalaku.
Aku menghembuskan napas berat, "Aku sungguh tidak mengerti. Hanya beberapa hal yang menempel di otakku."
Deon terdiam, tampak memikirkan sebuah ide. Namun, kurasa ia tak akan memberikan ide yang menyesatkan mengingat ia adalah seorang siswa teladan.
"Aku bisa mengajarimu setiap saat, asal ...." Deon menggantungkan ucapannya. Membuatku merasa penasaran.
"Asal apa?!"
Deon mendekatkan wajahnya. Deru napasnya yang terasa di telingaku membuatku merasa aneh. Jantungku pun berdegup melihat posisi kita yang semakin dekat. Hingga aku kehilangan fokus akibat satu kalimat yang ia bisikkan. "Be mine."
***
"Seperti sejarah yang panjang, aku harap kisah kita akan terus terkenang"

KAMU SEDANG MEMBACA
Bibliotheca
RomanceRuang luas yang menyimpan kisah para manusia. Seiring berjalannya waktu kisah-kisah itu kian menumpuk, membentuk bukit yang tinggi menjulang. Dan ingatlah satu hal yang pasti, setiap manusia memiliki takdirnya masing-masing.