Bagian 2

653 45 4
                                    

Aku tidak bisa terus menatap

Lihatlah kearah lain,Jimin.

Sakit

Lihatlah kearah lain sekarang.

Aku membuang muka saat air mata keluar tapi aku segera menyekanya. Aku mundur selangkah untuk meninggalkan ruangan tapi sepertinya Tannie menyadari kehadiranku dan mulai menggonggong ke arahku.

Hatiku luluh melihat usaha kecilnya untuk melepaskan diri dari pelukan pasangan itu agar bisa mendatangiku. Senyuman tulus muncul diwajahku saat aku berjongkok dan membuka tanganku untuknya. Pasangan itu begitu tenggelam dalam dunianya sendiri sehingga mereka bahkan tidak memperhatikan ku atau bahkan tidak mengakui upaya kecil Tannie. Aku menelan ludah dan menarik nafas dalam-dalam.

Haruskah aku pergi?

"Jiminahhh?...." aku mendengar suara berat Taehyung yang membawaku kembali ke situasi tersebut.

Aku baru saja hendak menjawab, tapi bola berbulu kecil menyerangku dan menempatkan dirinya dengan nyaman di tanganku yang sudah terbuka. Tannie membentakku untuk mendapatkan perhatianku yang berhasil dia dapatkan. Aku tersenyum cerah padanya dan menggelitik perut mungilnya yang empuk dengan tangan kananku dan sebagai balasannya dia menjilat pipiku. Aku terkikik melihat tindakannya sambil terus menggelitik dan bermain dengan bola kecil itu.

Aku begitu asyik bermain dengan Tannie sampai-sampai aku tidak menyadari saat Taehyung mendekatiku. Ketika aku menatapnya, yang pertama kali kulihat adalah matanya sangat merah dan bengkak.

Apakah dia menangis?

Aku hendak bertanya apa yang terjadi tapi aku menghentikan diriku ketika menyadari betapa tajamnya tatapan yang dia berikan padaku dengan matanya menyimpan banyak emosi.

Cinta, simpati dan rasa bersalah?

"Tae....apa yang terjadi? Kenapa matamu bengkak? Kau menangis?" Aku bertanya tapi dia tidak menjawab, dia terus menatapku dengan emosi yang sama. Aku hendak bertanya lagi padanya tapi tindakan selanjutnya menghentikan ku saat dia mendekatkan tangan kanannya pada wajahku dan membelai pipi kiriku dengan lembut dan penuh kasih sayang?

Setetes air mata keluar dari mata kanannya saat dia tersenyum sedih padaku. Itu membuatku panik, sungguh menyakitkan melihat sahabatku seperti ini, aku bisa mengorbankan apapun demi belahan jiwaku.

Apapun.

"Kim Taehyung! Ceritakan padaku sekarang apa yang terjadi? Kenapa menangis, apa kalian berdua bertengkar? Dan apa yang terjadi pada Jungkook? Apa dia sedang tidur?" Aku segera berjalan menuju tempat tidurku dimana jungkook terbaring. Aku meletakkan Tannie dengan lembut di tempat tidur saat dia memprotes tetapi aku mencium kepalanya dan membaringkannya di tempat tidur.

Ketika aku sudah cukup dekat dengan jungkook, aku mencoba mengguncang bahunya tetapi dia hanya diam tidak merespon apapun. Aku tahu dia tidak tidur karena bahunya sedikit gemetar.

Apakah dia juga menangis?

"Jungkook...?" Aku berbicara pelan namun dia tidak menjawab malah aku mendengar isak tangis yang teredam oleh bantalku. Dia berbaring tengkurap saat wajahnya dimasukkan kedalam bantalku.

"Apa yang terjadi disini? Taehyung kenapa dia menangis? Kenapa kau juga menangis? Katakan padaku sekarang juga atau aku akan memanggil hyung kesini...." aku berdiri ketika tidak ada yang menjawabku dan hendak meninggalkan ruangan untuk memanggil hyung, tapi cengkraman kuat di tanganku menghentikan ku. Saat aku menoleh ke arah Taehyung kulihat dia panik dan segera menyeka air matanya dengan tangannya yang lain.

"Jimin-ah tidak terjadi apa-apa, aku janji-"

"Lalu kenapa kalian berdua menangis? Biarkan aku menelfon hyung dan-"

"Tidak...Jiminah dengarkan aku dulu...
Kumohon..." Tae memohon padaku dengan matanya, aku menghela nafas dan mengangguk.

"Jimin-ah...Jungkook hanya merindukan kampung halaman...jungkook merindukan keluarganya terutama ibunya....makanya dia menangis." Tae menjelaskan tapi aku perhatikan dia tidak melakukan kontak mata denganku.

Dia berbohong.

"Lalu kenapa kamu menangis? Hah? Taehyung aku tau kau berbohong, katakan saja padaku apa yang mengganggu kalian berdua? Seseorang mengatakan sesuatu padamu atau sesuatu terjadi? "

"Jiminahhhh...tolong, tidak terjadi apa-apa, aku mengatakan yang sebenarnya....kau tidak percaya padaku? Kenapa kau tidak berbicara dengannya sendiri?" Ucapnya yang kini menatapku dengan tatapan menantang. Aku menelan ludah mendengar dan tatapannya.

"T-tapi kau juga menangis, kenapa kau menangis?"

"Jiminah kau tahu a-aku tidak bisa melihatnya menangis seperti ini jadi aku tidak bisa mengendalikan diriku dan mulai menangis bersamanya juga. Lagi pula dia adalah kekasihku dan aku tidak tega melihatnya seperti ini."

Sesuatu menghancurkan diriku lagi.

Kekasih?

Aku menggelengkan kepalaku sedikit dan menunduk sejenak. Aku menelan ludah lagi sebelum mempersiapkan diri untuk berbicara lagi.

Tolong tuhan jangan biarkan suaraku pecah.

Aku mencoba berbicara tetapi tidak dapat berkata-kata. Tidak ada yang keluar dari mulutku.

"Apa jimin? Pergi dan bicara padanya, aku tahu, saat ini hanya kau yang bisa menghiburnya dan membuatnya merasa lebih baik. Kau tahu betul bahwa tidak ada yang sedekat dia denganmu. Jadi tolong Jimin bicara padanya." Tae berkata sebagai sesuatu yang tercermin dalam nadanya. Aku mengabaikannya dan mengangguk dan berjalan menuju tempat tidurku.

Ketika aku sampai disisi tempat tidurku, aku duduk dan dengan ragu-ragu menyentuh rambutnya untuk membelainya. Begitu tanganku menyentuh rambutnya, dia tersentak

Dia tidak menyukai sentuhanku

Aku segera menarik kembali tanganku dan berdeham. Aku memandang ke arah Taehyung hanya untuk mengetahui bahwa dia sudah meninggalkan ruangan bersama Tannie. Aku hendak menghentikannya meninggalkan ruangan tetapi dia sudah pergi dan menutup pintu di belakangnya. Aku menghela nafas sambil melihat tanganku.

Dia hanya memeluk Tae seolah hidupnya bergantung padanya
Tapi tersentak karena sedikit sentuhanku.

Wow..

Sungguh menyedihkan.


~🌹~

Please Vote, Comment and share
-Alesha

MENGHARGAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang