Bagian 3

594 41 4
                                    

Suara isak tangis yang menyakitkan terus terdengar dari orang yang berbaring beberapa inci dariku. Tanganku gatal untuk memeluknya dan menghilangkan rasa sakitnya, tapi aku tahu jika aku melakukan sesuatu yang diinginkan hatiku, itu hanya akan membakar bagian dalam diriku. Jadi untuk melindungi diriku dari penderitaan yang menyiksa itu, aku hanya menutup hatiku dan terus menyaksikan jiwa Malang itu menangis tersedu-sedu.

Jauh lebih menyiksa melihatnya seperti ini daripada rasa sakit yang kurasakan setiap hatiku terbakar. 

Aku bahkan tidak bisa bernafas dengan baik melihat dia dalam keadaan seperti ini.

Aku tidak bisa.

Aku merasakan sensasi terbakar di mataku saat air mata keluar dari mata kiriku, dalam beberapa detik aku mendapati diriku menangis dan menangis tanpa suara sambil terus memperhatikan punggungnya. 

"J-jung...jungk-koo...." bisikku kesakitan saat isak tangis pecah saat aku mencoba memanggil namanya.

Aku meletakkan tangan kananku di mulutku erat-erat untuk menahan tangisku yang keras dan mengangkat tangan kiriku dengan hati-hati,  takut ditolak untuk kedua kalinya. Aku dengan lembut menyentuh bahunya dan membelainya. Aku menunggu reaksinya atau haruskah aku berkata lebih seperti penolakan?

Tapi itu tidak terjadi.
Dia tidak bergeming sama sekali.

Aku menggerakkan tanganku ke punggung atasnya untuk memijatnya dengan lembut yang tentunya menenangkan nya. Aku menelan ludah lagi dan berdeham pelan sambil mencoba memanggil namanya lagi.

"Jungkook....tolong...bicara dengan hyu-" suaraku mengkhianatiku saat cegukan keluar dari mulutku.

"Jungkook tolong t-tolong ini menyakitiku." Kataku, sekarang menangis secara terbuka. Beberapa cegukan keluar dari mulutku ketika aku mencoba menyeka air mataku tetapi gagal karena air mata mengalir tak terkendali. 

Tiba-tiba tubuh bagian bawahku diliputi cengkraman yang kuat. Aku menunduk dan melihat jungkook yang menangis dan menggigil memeluk pinggangku erat-erat dengan bagian atasnya tergeletak di pangkuanku dan bagian bawahnya masih tergeletak di tempat tidurku.  Wajahnya terkubur dipahaku sambil terus menangis pelan. Aku mulai membelai rambut coklat tua lembutnya yang halus dan sedikit membungkuk untuk mencium rambutnya.

"Jungko---"

"Kookie." Ucapnya sambil memotong kalimatku.

"Apa?"

Untuk pertama kalinya dia mengangkat kepalanya dan detak jantungku berhenti. Wajahnya memerah dan basah karena menangis. Air nata masih mengalir di pipinya yang memerah. Matanya yang berkilauan begitu indah seperti bintang digalaksi. Bibirnya yang kemerahan berubah menjadi lebih merah dan cemberut yang membuatnya lebih memikat dibandingkan kelopak mawar itu sendiri. Hidung nya yang sudah memerah membuatku ingin menciumnya. Gigi kelincinya yang menggemaskan, yang mengintip dari bibirnya yang memikat.


Segala sesuatu tentang dia meneriakkan kesempurnaan 

Segala sesuatu tentang dia berteriak berharga

Segala sesuatu tentang dia menjerit....

CINTA.

itu sebabnya dia tidak bisa menjadi milikku.



Dia harus bersama orang yang sempurna. Seseorang yang menghargai keberhargaanya. Jiwa yang dengan sendirinya meneriakkan cinta yang datang ke kehidupan hanya untuk mencintai dan menghargai jodoh nya.

Dan orang itu adalah Taehyung.

Dia telah memilih Taehyung.


Jeon jungkook telah memilih Taehyung sebagai belahan jiwanya untuk dihargai selamanya.

Sebuah tangan muncul diwajahku dan menghapus air mata di wajahku yang membawaku kembali kedunia nyata. Aku melihat wajah tampannya lagi yang menenangkan diri. Tapi kata-kata selanjutnya membuatku terdiam.

"Kookie...dulu kau memanggilku kookie tapi tiba-tiba berhenti, kenapa hyung?" Aku mengalihkan pandanganku darinya dan melihat kelantai.

"Kau tidak memanggilku Kookie lagi hyung, kenapa?" Dia bertanya lagi tapi kali ini aku merasakan emosi yang tidak diketahui dalam suaranya yang membuatku melihatnya lagi.

"Aku tidak tahu" ucapku langsung menatapnya.

"Kau tahu."


Kami terus menatap mata satu sama lain saat air mata kembali mengalir di pipi kami, tetapi kami tidak memutuskan kontak mata. Tanpa sadar aku  menempelkan tangan kiriku ke pipi nya yang basah dan mengelus nya dengan lembut. Senyum kecil muncul diwajah nya saat dia menyentuh wajahnya di telapak tanganku.

"Mengapa kamu menjauhkan diri dariku?"

"Tidak." Dia menghela nafas tapi terus menyentuh telapak tanganku.

Ada keheningan menenangkan yang membuat kami berdua tenang. Setelah beberapa saat dia duduk di tempat tidurku, menghadapku sambil
Memegang kedua tanganku.

"Kau ingin tahu kenapa aku menangis, kan hyung?"

"Ya." Aku berbisik sambil menatap tangan kami, tapi dia meraih daguku dan membuatku menatap matanya lagi.

"Kau."

"Apa?"

"Kau alasannya hyung. Aku menangis karenamu."

"Mengapa?"

"Setiap kali kau menjauh dariku itu sangat menyakitkan bagiku bahkan aku bisa merasakan sakit ini secara fisik dan aku membiarkannya terjadi. Sekarang dirimu hyung, kau jauh dariku, tempat yang sulit aku jangkauan." Genggamannya pada tanganku semakin erat.

"Aku bukan jungkook... Aku disini, Aku selalu disini." Walaupun itu selalu membuatku patah hati.

"Kamu tidak dan kau mengetahui dengan baik hyung, kamu tahu." Dia mulai menangis lagi tapi kali ini dia menangis sangat keras sehingga membuatku memeluknya erat tanpa berfikir panjang.

"Tidak apa-apa Jungkook, Berhentilah menangis hyung ada disini." Aku dengan lembut menepuk punggungnya tetapi dia terus bergumam pelan. Beberapa saat kemudian aku mendengar dengkuran lembut darinya, aku dengan lembut membuatnya berbaring dalam posisi yang nyaman dan menidurkannya sehingga tertidur sepenuhnya.


Aku menyibakkan rambutnya kebelakang dan membelai kening serta pipi kirinya. Saat kufikir dia sudah tertidur lelap,  aku berjalan menuju pintu untuk meninggalkan kamar tapi tiba-tiba aku mendengar gumamannya yang membuat hatiku berdebar kencang. 

"Kau meninggalkanku hyung."








                                                    ~🌹~




Please Vote and Comment..
-Alesha

MENGHARGAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang