Bagian 10

458 36 9
                                    

"Hyung... Pelan-pelan. Dari mana sih kamu mendapat energi sebanyak ini hari ini." Kataku sambil diseret oleh Kakek pemalas ini.

"Diam." Aku secara mental menutup wajah.

Aku melihat ke belakangku dan melihat Taehyung dan Jungkook juga mengikuti kami, bergandengan tangan, dengan Jin Hyung dan Namjoon Hyung mengikuti mereka saat kedua Hyung itu menertawakan keadaanku yang menyedihkan.

"Hyung..." rengekku.

"Anak nakal." Dia bergumam.

Ketika kami sampai di van, hyung membuka pintu dan masuk ke dalam van, membawaku bersamanya ke dalam juga. Dia menempatkan kami berdua di kursi tengah dan bersandar di kursinya saat aku hanya memandangnya.

"Aku lelah." Dia mengerang sambil melihat ke luar jendela.

"Benarkah Hyung?"

"Berhentilah menjadi anak nakal yang lancang."

"Sulit dipercaya." aku bergumam.

Kami berdua duduk di kursi kami dengan diam sambil menunggu yang lain juga duduk di dalam van. Pertama datang Namjoon Hyung dan Jin Hyung, yang sama-sama duduk di barisan depan. Aku mendengar Jin Hyung mengeluh karena tidak duduk di kursi depan tetapi berpindah di kursi belakang.

Jadi kalian bisa berpelukan di belakang.

Tapi entah kenapa Namjoon Hyung menyuruhnya duduk di kursi depan. Setelah beberapa saat, Taehyung dan Jungkook datang dan berjalan ke kursi belakang. Taehyung melewati kami sambil melontarkan senyum manisnya kepadaku yang aku balas dengan sepenuh hati. Setelahnya, Jungkook berjalan ke belakang tapi saat aku melihatnya, matanya sudah tertuju padaku. Ketika dia sudah cukup dekat dengan tempat dudukku, dia melambat, hampir berhenti berjalan dan menatap mataku secara langsung.

"Jimin Hyung, kenapa kamu tidak bergabung dengan kami di belakang. Sudah lama sekali kita, Maknae tidak menghabiskan waktu bersama. Dan untuk Yoongi Hyung, dia mungkin ingin tidur siang yang nyenyak dan nyaman. Hah, bagaimana menurutmu? " Jungkook bertanya padaku dengan suara yang begitu dalam hingga mulutku gagal mengeluarkan kata-kata. Dengan ragu-ragu, aku melihat ke arah Yoongi Hyung untuk meminta bantuan tetapi ternyata, Yoongi Hyung sudah memelototi Jungkook, keras dan aku menelan ludah.

"Jungkook, aku" aku terputus ketika Yoongi Hyung berbicara mewakiliku dan memegang tanganku erat-erat untuk menghentikanku menjawab.

"Jungkook, kamu bisa menghabiskan waktumu bersama Jimin suatu hari nanti. Untuk saat ini, kenapa kamu tidak menghabiskan waktu berkualitas bersama pacarmu sendirian, dia pasti mendambakan perhatianmu yang tidak kamu berikan padanya beberapa hari terakhir ini. Benar, Taehyung -ah?" Ucap Yoongi Hyung sambil tersenyum mengejek.

"A-Ani Hyung, ini tidak seperti itu-"

"Tidak apa-apa, Tae. Semua orang punya kebutuhan. Kamu tidak perlu mengorbankan kebahagiaanmu demi sahabatmu. Tidak semua orang setulus ini."

"Hyung tolong jangan bawa Tae dalam hal ini." Aku berbisik dan menunduk saat Yoongi hyung menghela nafas. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara.

"Jungkook, kita sudah terlambat, jadi silakan duduk sekarang agar kita bisa tiba tepat waktu." Ucapnya sambil masih tersenyum. Tapi Jungkook tidak bergerak sedikitpun. Dia menatap tajam ke arah Yoongi Hyung.

"Jungkook, silakan kembali ke tempat dudukmu." Ucap Taehyung sambil meraih tangannya untuk menyeretnya ke tempat duduknya.

"Jiminie, bergeraklah sedikit. Aku ingin berbaring sebentar. Jungkook benar, aku sangat ingin tidur siang yang nyenyak dan nyaman sebelum kita mencapai gedung dan apa yang lebih nyaman dan empuk di dunia ini daripada dirimu." Yoongi Hyung berkata sambil memberiku gummy smile-nya. Aku menjauh sedikit agar Yoongi Hyung bisa berbaring dengan nyaman tapi terkejut saat dia meletakkan kepalanya di pangkuanku dan tersenyum padaku.

MENGHARGAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang