15. Giliran

100 16 1
                                    

"Mantap! Sudah selesai. Sekarang, tinggal uji nyali pasangan dua orang. Siapa yang mau duluan?" - Tomy dengan bersemangat bertanya kepada teman-temannya.

Komentar-komentar terus bermunculan seperti ombak ketika para penonton dari platform streaming Tomy sangat penasaran dengan rencana yang akan mereka lakukan.

"Aku duluan. Ayo Tom!" Adit dengan gagah berani berjalan memasuki rusun dan berniat bereksplorasi.

"Gas, bro!" Tomy dengan senyuman lebar mengikuti Adit dibelakangnya.

"Beneran...?" Firda dengan gugup mendorong kacamatanya saat dia melihat keduanya memasuki rusun sekali lagi. Bagaimana tidak, mereka benar-benar akan melakukan uji nyali yang sebenarnya!

"Tunggu!"

Firda menghela nafas lega tapi pelan ketika dia mendengar Tomy menghentikan mereka. Dia memandang remaja itu dan terdiam saat dia menyerahkan sebuah kamera kepadanya.

"Untuk dokumentasi."

Jika bukan karena dia temannya, Firda akan benar-benar memukulnya dengan kamera itu karena terus-terusan mementingkan 'dokumentasi'.

Ayn memerintahkan salah satu anjingnya untuk mengikuti Adit dan Tomy untuk jaga-jaga. Walaupun dia sudah membersihkan lantai satu, tapi lebih baik berjaga-jaga.

Firda akhirnya membuka kamera dan menyalakannya, secara otomatis terhubung dengan platform streaming Tomy. Dia mengarahkannya ke Johan.

"Jadi gimana nanti, rencanamu?" Dia bertanya. Ayn bisa melihat kekhawatiran dari gadis itu, sementara Johan yang polos menjawab dengan semangat.

"Tentu saja, menantikan hal ini untuk terjadi." Johan menyeringai.

"Kalau begitu, ayo kita buat begini." - Ayn memutuskan untuk membuka usulan. Dengan begini, dia secara otomatis menjadi pusat perhatian teman-temannya. "Aku bakalan berpasangan sama Firda, Johan sama Nabila, Udin sama Mila."

Sebelum yang lain mengatakan sesuatu, Udin langsung menyahut. "-Aku setuju."

Bagaimanapun, Firda itu adalah yang paling rentan terhadap serangan spiritual daripada yang lain. Akan lebih aman bagi Firda untuk langsung bersama Ayn yang entah bagaimana lebih kuat secara spiritual dari siapapun di tempat itu.

"... Yah, gak masalah sih buatku." Johan berkata sebelum memandang para gadis dan bertanya. "Gimana?"

"Aku sih oke-oke saja." Nabila menjawab.

Mila juga mengangguk. "Sama Udin kupikir bakalan lebih terjamin."

"Selama Ayn gak masalah..." Firda memandang Ayn yang memberikannya anggukan singkat, dan membalas, "Lagian aku yang ngajuin idenya."

Johan, yang telah memegang kamera menggantikan Firda, memandang yang lain. "Kalau begitu, biar para cewek yang mengundi urutannya. Yang menang bisa nentuin urutannya."

Ketiga gadis itu mengangguk dan bersiap melakukan undian dengan permainan hompimpa. - pertama mereka seri, dan yang kedua mereka seri lagi. Untuk permainan yang terakhir - Nabila yang menang. Karena tersisa dua orang, Mila dan Firda melakukan suit, yang dimenangkan oleh Mila dalam satu permainan.

"Maaf, Ayn..." Firda bergumam dengan menyesal, tapi Ayn menggelengkan kepalanya dengan senyuman tipis di wajahnya. "Gak masalah, lagian, mau pertama atau terakhir, akhirnya kita tetap harus uji nyali ke dalam."

Firda mengangguk padanya. Sementara itu, yang lain sedang menentukan pilihan mereka.

"Jadi, kita pilih yang bagian mana?" Nabila bertanya kepada Johan.

"Aku mendingan yang tengah. Tidak terburu-buru tapi juga tidak terlalu cepat," jawab Johan.

"Bukannya terakhir lebih aman?"

"Ada kemungkinan kalau dikasih jebakan di jalan, jadi akan aman di bagian tengah."

"Oke deh. Kalau begitu aku sama Johan pilih giliran kedua." Nabila berkata kepada yang lain. Dan yang lain mau tidak mau menyetujuinya.

"Kalau begitu, kita yang pertama!" Mila dengan cepat membalas.

"Beneran?" Udin bertanya dengan agak ragu, tapi gadis itu mengangguk.

"Aku gak mau lama-lama. Bisa jadi ada yang nungguin aku di rumah." Mila berkata.

"Yah... kalau gitu aku hormati keputusanmu, Mil." Udin memandang Ayn dan Firda. "Jadi kalian yang terakhir, mungkin personilnya bakalan berkurang nanti."

"Okey..." Firda mengangguk. Padahal, akan lebih baik jika mereka mendapatkan yang pertama. Baginya, lebih cepat lebih baik-tetapi, sayang sekali dia sangat payah dalam permainan.

"Sambil nungguin, enaknya ngapain?" Johan bertanya kepada Ayn yang mencari tempat untuk duduk.

"Beli kopi bro. Sekalian sama yang lain." Ayn mengeluarkan uang dan menyerahkannya kepada Johan, sementara si remaja laki-laki berkacamata meringis bahagia melihat dua lembar kertas merah yang diserahkan oleh temannya.

"Widih~. Tanggal muda nih ye?" Dia tertawa kemudian. "Kalau begitu, Din, Nab, Mil, Fir? Mau apa?"

"Aku kopi hitam aja." Udin menjawab.

Nabila dan Mila saling berpandangan, sementara Firda sendiri juga bingung.

"Nah, kalau begitu, beli aja kopi dua buat aku sama Udin, terus teh anget buat Nabila, Mila, sama Firda. Terus, kacang kalau ada." Ayn berkata, menyela mereka semua.

"-Tunggu, daripada teh, boleh susu panas aja?" Firda bertanya.

"Gak masalah. Jadi dua kopi, dua teh, sama satu susu panas. - dan jangan lupa kacang. Yang penting itu. Terserah kau mau beli apa setelah itu."

"Oke bos! Secepatnya." Dengan cepat, Johan pergi dengan motornya untuk membeli minuman dan cemilan untuk teman-temannya.

###
AN: Pendek aja. Yang penting mah, Up dulu. Biar gak lupa alurnya.








Anti-Anomaly Chat GroupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang