39

142 10 0
                                    

"ketika di buka bajunya
Kelihatan bulunya
Idiihh.. Idiiihh
Terlihat pula bijinyaaaa!!" Deya bersenandung ria sembari menuruni tangga. Dia sudah mandi. Dia turun ke bawah untuk membuat sarapan.

"masak apa hari ini ges?" Deya bermonolog sendiri sembari membuka tudung saji. Ah, ternyata disana masih ada sambel buatan bunda. Disana juga ada nasi kemarin yang masih enak. Deya pun memutuskan untuk membuat nasi goreng saja. #gaisoh masak selain sego goreng.

Deya mulai menyiapkan alat dan bahan.

Saat menumis sambal, Deya terbatuk batuk akibat baunya yang menyengat. "bajingan, rasane koyo nyowone meh copot cok." desisnya sebelum kembali memasukkan sisa nasi itu dan menumisnya.

Deya mematikan kompor saat rasanya nasi goreng itu sudah matang. Deya mulai menyeduh teh di sebuah teko kecil.

"Dek?" tiba tiba Devano menghampiri Deya. Deya menoleh ke belakang. Dia terkejut melihat ada orang selain Devano disana. "loh? Mas Farrel kemaren ga pulang tho? Tak kira pulang." ucapnya.

Farrel yang baru bangun tidur tersenyum tipis sembari menggaruk tengkuk lehernya. "kemarin ketiduran..."

"nggak masuk angin kan?" tanya Deya sembari membawa teko itu ke meja makan.

"nggak. Aman.." jawab Farrel sembari duduk di samping Devano.

"yaudah. Ayo sarapan, aku bikin nasgor. Ambil sendiri noh di wajan." kata Deya yang sudah memegang sepiring nasi goreng di tangannya.

Akhirnya mereka bertiga makan bersama di meja makan. Sesekali Farrel curi curi pandang ke Devano yang tengah makan dengan lahap.

"udah baikan nih critanya?" pertanyaan Deya membuat Devano menatap Farrel. Begitu juga sebaliknya.

Farrel tersenyum tipis. "ya gitu deh.. Abangmu ini cepet di taklukin kok."

"cooming soon taklukin di ranjang ya mas." goda Deya yang langsung di hadiahi lemparan sendok makan dari Devano. Untungnya Deya langsung menghindar dengan cara berlindung di bawah meja.

"sembarangan!" Devano blushing.

Deya menyembulkan kepalanya dari bawah. "barangkali kan, la kamu gamau nyoba gitu ama mas Farrel? Kan sekali sekali lah ngerasain di...anu... Di peluk peluk maksudnya. Ku sudah berjanji untuk tidak berbicara frontal." ucap Deya.

Devano tidak menggubris, dia melanjutkan acara sarapannya daripada harus menanggapi ucapan adiknya itu.



                              (•ω•)


"cepet banget."

"nanti malem aku jemput ya? Kita nongkrong di rumahnya Arthur." ucap Farrel sembari mengusap rambut Devano.

Devano merengut kesal. "masa lo kudu pulang sih? Nggak disini aja dulu?"

Farrel menghela nafas lalu tersenyum kearah Devano. "kalau kangen, telefon aku ya? Aku juga harus mandi dulu. Masa nanti seharian ga mandi. Kamu juga loh. Jangan lupa mandi." ucapnya.

Devano masih merengut. Lalu tiba tiba Farrel mengecup pipinya. "gausah merengut gitu. Nanti sore aku kesini lagi deh. Yaudah, aku pulang dulu." Farrel berjalan menuju motornya,meninggalkan Devano yang nge freze di tempat.

Saat Farrel sudah meninggalkan pekarangan rumah. Devano memegang pipinya yang habis di kecup Farrel. "kok dia gitu sih! Bjir! Kaget gue sat!" Dia mencak mencak sendiri sembari menutup pintu.



                                (•ω•)


Saat ini, dirumah Arthur ramai teman teman Farrel yang datang. Diantaranya, Bryan, Farrel, Angga, Daniel, Devano, dan Algilga. Ah, untuk human terakhir itu, dia tidak di undang.

Bryan menghela nafas kasar. "gila! Bentar lagi udah ujian aja! Gue takut ga lulus bangsat."

Ucapan Bryan di anguki oleh Al. "bener cok. Kalau ga lulus kan malu maluin bokap ama nyokap njir. Kenapa gue gamasuk ips aja, ngapa gue masuk ke mipa?" tanyanya sembari menatap Angga.

Angga yang ditatap Al,mendengus kasar. "lo kalau nanya gue, trus gue kudu nanya siapa?!"

Al menggaruk tengkuk lehernya. "hehe..."

Bryan berdecak. "ngga! Minta sebat lo." Ucap Bryan saat melihat Angga mengeluarkan bungkus rokoknya. Angga yang di minta seperti itu langsung berdecak juga lalu melemparkan bungkus rokok itu ke Bryan.

Bryan menerimanya dengan baik, saat di buka, Bryan terkejut. "apa apaan ini?!" bukan rokok yang ada disana, malah adanya permen milkita rasa strowberry yang ada gagangnya. Bryan menatap Angga meminta penjelasan.

Angga mengeluarkan permen yang dia emut. "udah seminggu rokok gue di ganti itu." ucapannya membuat Bryan, Farrel dan Al terkejut.

"buset? Yang bener aja. Trus lo kalau stress itu ngemutin permen beginian?" tanya Al yang di angguki oleh Angga.

Farrel menahan tawanya. "siapa yang bisa ngerubah lo jadi kayak gini?" tanya nya. Sebenarnya dari dulu Farrel sudah menyuruh Angga untuk berhenti merokok. Namun anak itu masih tetap ngeyel dan tidak mengidahkan ucapan Farrel.

Angga malah mengusap pucuk kepala Daniel yang duduk di sampingnya. "ni anak yang ganti rokok gue pake gituan."

Bryan bertepuk tangan kagum. "waah.. Seorang Angga bisa di taklukin ama bocah macem Daniel."

Al juga ikut bertepuk tangan bersama Bryan. "fakta yang mengejutkan. Padahal Farrel juga sering nyuruh Angga berhenti, tapi malah berakhir di bogemin. Daniel nggak pernah di pukulin Angga kan?" tanya Al ke Daniel.

Daniel menggeleng. "enggak. Kak Angga gapernah mukulin Niel. Kak Angga sering nya meluk niel." ucapan yang keluar dari bibir polos itu membuat Angga, Bryan dan Al tersenyum gemas.

"bajirut. Kak Angga bjir?!" Al tidak percaya ini.

Bryan menatap Arthur yang duduk di samping nya. "lo juga dong panggil gue kak Bryaann dong thuur." pinta nya ke Arthur.

Artgur menatap jijik Bryan lalu memukul bibir itu. "lo lebih cocok di panggil babi daripada di panggil kakak." sarkasnya.

Devano mendekatkan dirinya ke Farrel. "emang bener pernah di gebukin rel?" bisik Devano ke Farrel.

Farrel yang melihat Devano sangat mepet dengannya terhenyak sejenak. "pernah. Dulu sih, pas dia habis di putusin cewenya,dia nyoba rokok. Eh malah ketergantungan. Trus pas dia secara terang terangan ngerokok depan gue, gue tegur dia. Tapi dianya malah ga terima. Akhirnya gebuk gebukan di garasi rumah Bryan." jelasnya sembari mengelus pucuk kepala Devano.

Devano mengangguk paham. "ooh.. Begitu... Sampe sekarang ketergantungan nya?"

Farrel mengangguk. "iya. Gue gamau negur lagi, selain gamau gebuk gebukan lagi, gue juga tau kalau semua orang pasti punya caranya sendiri untuk menenangkan dirinya." dia menatap lekat Devano.

"bjir?! Kalian udah official?!" tanya Bryan dan Arthur bersama.

Devano dan Farrel menatap Bryan dan Arthur. Lalu mereka berdua tersenyum tipis dan memilih untuk tidak menanggapi.

Sementara Al plonga plongo melihat adegan Devano dan Farrel. "official apaan dah?" tanyanya, lalu dia mendekati Devano dan membawanya ke pelukannya. "cantiik, kamu jangan deket deket Farrel. Nanti kamu masuk angin. Karna dia dingin banget." ucapnya dengan menatap sengit Farrel diakhir katanya.

Farrel berusaha menarik kembali Devano mendekat kearahnya. Namun Al malah semakin menguatkan pelukannya ke Devano. Eee...terjadi adegan tarik menarik antara Farrel dan Al.

Karena geram, Farrel menendang tubuh Al agar menjauh. Disaat Al lengah, Farrel menarik Devano ke pangkuannya lalu memeluk nya erat. "satu kosong!" ejeknya ke Al.



















Jujurly diri ini sudah greget pengen satuin Depano ama parell😙😙



Falling in love with an upperclassman[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang