28

149 10 0
                                    

Deya meremat rok nya, dia sangat gugup. Keringat dingin mengucur dari dahinya. Saat ini, dia berada di meja makan, di sebrangnya ada Devano yang duduk di samping Farrel. Dia duduk diampit Farasya dan William.

Farasya menahan tawanya saat melihat Deya yang sangat gugup. "dey.. Kamu gapapa kan?" tanyanya.

Deya mendongak lalu menatap Farasya. "gapapa.." ucapnya sembari menyengir.

Lalu pelayan datang dan menyajikan makanan di meja bundar itu.

Ah, meja makan para orang dewasa dan anak anak di bedakan. Entah ini ide siapa.

Semua disana memakan makanannya dengan khidmat. Begitu juga dengan Devano. Dia memakan hidangan itu sembari sedikit melirik i Farrel yang duduk di samping nya.

Farrel terlihat tampan dengan balutan kemeja putih yang sedikit mencetak tubuhnya, juga 3 kancing atas yang di biarkan tidak di kancingkan. Rahangnya yang terlihat sangat tegas dan sorot matanya yang sangat tajam.

Apakah dia bisa menjadi seperti Farrel? Devano ingin jadi Kayak Farrell! Rengeknya dalam hati.

Farrel menyadari jika ada sepasang mata yang melihat dirinya. Lalu dia menatap Devano sembari menaikkan satu alisnya.

Devano yang kegep saat memperhatikan Farrel,langsung kembali keacara makannya dengan jantung yang sedang dangdutan. Sampai sampai dia tersedak daging itu.

"uhuk! Uhuuqq!"

Farrel dengan gercep mengambil gelas berisi airputih dan menepuk nepuk pundak Devano. Lalu perlahan membantu Devano untuk meminum air putih itu.

Deya menahan untuk tidak Teriak dan tantrum. Farasya juga begitu, dengan diam diam dia mengarahkan kamera ke mereka. William mah berpura pura tidak tahu saja.

Saat Devano menyandarkan punggungnya di kursi dan menatap sayu Farrel. Matanya, berair karna terbatuk batuk. Wajahnya memerah.

Farrel menelan ludahnya lalu memundurkan wajahnya dan kembali makan. Seolah olah tidak terjadi apa apa.

"jane bahaya. Tapi rapopo deh. Selama ora keselak garpune." ucap Deya yang sedang melihat hasil jepretan foto Farasya.


                                (•ω•)


Sebenarnya, ini tidak hanya acara makan malam biasa. Hello? Di belakang restoran terdapat banyak orang. Dan saat ini Devano melihat orang dewasa berlalu lalang dengan minuman berwarna di tangan mereka.

Sebenarnya bisa saja Devano mengikuti sirkel Deya. Namun, dia malu. Orang udah gede gini ngintilin Deya mulu. Jadi Devano enggan join kesana. Devano awalnya mengikuti Farrel,lalu Devano pun tersadar jika tidak ada Farrel disini. Dia celinguk an.

Lalu tiba tiba ada seorang laki laki berdiri di sampingnya. Dan menatap Devano. Devano menatap orang itu. "minum?" tawar orang itu. Devano mengiyakan. Lagipula dia haus. Setelah menerima gelas berisi minuman yang entah itu apa, Devano menegak habis air itu.

"salken. Gue Hamdan." ucap orang itu semari memberi jabat tangan. Devano menyambut jabat tangan itu dan tersenyum. "Devano."

"lo manis." ujar Hamdan.

Devano tersenyum. "thanks."

"boleh gue minta nomer lo?" tanya Hamdan yang masih menatap lekat Devano.

Devano menghadap Hamdan. "buat apa?"

Hamdan mendekat. "yaa.. Biar kita akrab ajasih..."

"nggak deh."

Alis Hamdan berkerut. "kenapa?" tanyanya dengan suara yang berat.

Devano berdoa dalam hati semoga ada keajaiban yang bisa menyelamatkannya. "nggak papa. Gamau aja."

Devano merasa tangan Hamdan akan bergerak memegang wajahnya. Lalu sekonyong konyong, dia menampar tangan itu. Saat itu juga, Farrel datang. "Devano?" panggilnya.

Devano langsung berlari menuju Farrel dan menubruk tubuh Farrel. "mass. Dia jahat. Maksa Vano buat ngasih nomerku. Dia juga mau megang mukaku" adunya.

Setelah aduan itu, Farrel menatap Hamdan. Hamdan hanya menggaruk tengkuk lehernya sembari meringis. "gue cuma mau kenalan." jawabnya.

"sorry. Dia sensitif. Lo boleh pergi." suruh Farrel. Setelah menghela nafas kasar. Hamdan pun pergi dari situ. Meninggalkan Devano yang masih memeluk Farrel.

Farrel terkejut karena Devano masih memeluknya. "ekhm." setelah itu Devano melepas pelukan itu dan mengalihkan pandangannya enggan menatap Farrel.

"m-makasih." cicit Devano sembari menatap gelas yang dia pegang.

Farrel mengerutkan dahinya. "apa? Lo bilang apa?"

"makasih!" tegas Devano yang masih enggan menatap Farrel.

Farrel bersedekap dada. "makasih ke siapa? Makasih ke dia karna mau godain lo?"

Devano melotot dan menatap nyalang Farrel. "sorry? Gue nggak se murah itu."

"trus? Lo bilang makasih ke siapa?" tanyanya.

"lo! Makasih sodara Farrello sudah menyelamatkan saya. Dah! Puas lo?!" Devano masih menatap nyalang Farrel.

Farrel terkekeh lalu mencolek hidung Devano. "biasa aja matanya. Gausah gitu." ucapnya.

Devano melotot horor. Tiba tiba tubuhnya terasa gerah. Keringat mulai mengucur deras dari dahinya. Miliknya menegang. Penglihatannya sedikit buram. Devano memegang lengan Farrel untuk bertumpu. Dia menaruh gelas itu ke meja yang ada di samping nya. Lalu melepas kancing baju atasnya dan terkekeh. "hehe. Gila. Panas bangeet.."

Farrel menatap aneh Devano. "lo kenapa?" tanyanya.

Devano terkekeh sembari mengipas kipaskan tangan nya. Dia juga mengusap keringat di dahinya, lalu Menatap Farrel. "geraah."

Farrel mengerutkan dahinya lalu mengarahkan punggung tangannya untuk memegang leher Devano.

"ngh..."

JANCOK?! MALAH NDESAH ASU!

Devano melengguh saat tangan Farrel memegang lehernya. Karena tangan Farrel terasa dingin. Dia pun menahan tangan Farrel.

Farrel terkejut. "lo kenapa Dev?!" tanyanya panik sembari menatap Devano.

Devano malah terhisak dan menggeleng. "gatauu.. Panaass ell..." Devano meremang dan hampir tersungkur jika tidak di pegangi Farrel.

Farrel berdecak. Lalu perlahan menuntun Devano untuk masuk dan duduk di salah satu kursi paling pojok. "lo habis makan apa?!"

Devano bersandar dan melepas satu kancingnya lagi. Lalu menggeleng. "enggak. Nggak makan apa apaa.."

"ell.. Panaashh.." adu Devano sembari menatap sayu Farrel.

Farrel mengambil tissu dan mengelapi keringat yang mengucur dari dahi Devano. Lalu tiba tiba Devano menangkup wajah Farrel. Posisi mereka terlalu ambigu dengan Devano yang berada di kungkungan Farrel. "ell ganteeng" rancau Devano yang sepertinya setengah sadar.

Devano menarik tubuh Farrel lalu menyembunyikan wajahnya di leher Farrel. Saat itu. Farrel menghela nafas. Dia juga ikut berkeringat. Lalu mau tidak mau dia menggendong Devano ala koala. Dan rencana, dia ingin membawa Devano pulang ke apartnya dulu.


Farrello
Asya.. Kakak pulang dulu keapart sama Devano. Nanti tolong bilang ke bunda ya

Setelah itu, Farrel bergegas keluar dari restoran.

Falling in love with an upperclassman[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang