43

123 9 0
                                    

"k-kak Devano?" panggilan itu membuat Deya dan Devano yang tengah berjalan menuju kantin membalikkan badan nya menatap kearah sumber suara.

Devano mengerutkan dahinya menatap siswi yang kemarin itu yang ternyata memanggilnya. "lo.. Yang kemarin itu?" tanya Devano.

Siswi mengangguk.

"nama lo siapa?" tanya Devano lagi.

Siswi itu menggaruk tengkuk lehernya. "anu.. Aku Vanya kak. 10 mipa 1."

Devano mengangguk dan ber oh ria.

"em... Ini pacar kak Devano?" tanyanya sembari menujuk Deya.

Deya yang di tunjuk pun terkejut. "enggak! Bukaann..."

"dia adek gue. Gue gapunya pacar." ucapnya sembari merangkul pundak Deya.

"o-oh.. Maaf. Kirain pacarnya, soalnya kalian kemana mana berdua mulu"

Devano smirk. "lo ngestalk kita?"

Vanya melotot, wajahnya memerah lalu menunduk. "maaf kak. Vanya ada janji. Vanya pergi dulu." ucapnya sebelum berbalik badan dan berlari meninggalkan Deya dan Devano.

Deya menatap Devano. "dia... Siapa?"

"oh. Itu yang kemarin ngasih snack box yang kamu makan kemaren itu. Dia ngasih pas aku temenin Farrel latian." jelas, Devano sembari perlahan lanjut berjalan menuju kantin.



                               (•ω•)



"Farasya!"

Farasya terjengkit kaget. Dia lalu membalikkan badannya menatap orang yang memanggilnya. "apa?"

Naren tersenyum. "lo mau kemana?"

"kantin lah."

"gue ikuut!" ucapnya sembari menggandeng tangan Farasya dan berjalan menuju kantin. Farasya menatap tangan kanannya yang di gandeng Naren.

Saat di depan kantin, tiba tiba Naren berhenti. "eh?! Bang Farrel. Apakabar bang."/Naren sok akrab.

Farrel bersedekap dada lalu berdehem sembari menatap tangan Naren yang menggandeng tangan Farasya. "ekhm. Tangan lo.."

Naren nyengir kuda. "sekali sekali lah baangg. Mumpung anaknya juga mau. Yaudah bang, kita pamit duluu." Naren langsung menarik Farasya masuk ke kantin dan meninggalkan Farrel yang masih berdiri.

"dasar Narendra! Gue tandain lo...." gumam Farrel.



                              (•ω•)



Arthur dan Daniel tengah latihan di lapangan indoor volly. Karna minggu depan sudah classmeet.

Daniel melakukan servis kearah Arthur. Namun bola itu melambung terlalu tinggi dan kejauhan. Hingga di tangkap oleh seseorang lelaki tinggi yang masuk kedalam lapangan.

"servis lo bagus juga." puji orang itu ke Daniel.

Daniel mengerutkan dahinya. "lo siapa? Gue kok gapernah liat lo?" ah, Daniel jika dengan orang asing menggunakan lo-gue.

Lelaki itu terkekeh lalu mendribel bola volly itu sembari berjalan kearah Daniel. "gue Erlangga laksmana, biasa di panggil Elang." ucapnya sembari mengoper bola itu ke Arthur.

"ooohh! Gue Daniel. Salken. Btw, lo kelas apa? Gue 11 ipa 2."

Erlangga tersenyum. "gue 11 ips 4"

Pantas tidak pernah bertemu. Orang Erlangga aja beda komplek ama niel-batin Daniel.

"gue murid pindahan sih. Baru sekitar semingguan." sambungnya

Daniel hanya mengangguk paham. "trus? Itu sirkel lo?" tanya Arthur sembari menunjuk 5 orang yang berdiri di belakang Erlangga.

Erlangga mengangguk. "iya. Kalau ini? Dia, temen lo?" tanyanya sembari menujuk Arthur.

Daniel mengangguk bangga. Lalu merangkul pundak Arthur. "iyaa, gue ama dia dah temenan dari awal MOS. Sebenernya sih kurang satu lagi, dia namanya Devano."

Mendengar nama terakhir yang di ucapkan Daniel membuat Erlangga menyeringai. "Devano? Devano arutala pasha?"

Daniel mengangguk. "iya. Lo kenal?" tanyanya.

Erlangga tersenyum. "kayaknya sih enggak, cuman gue pernah denger namanya..."







'kita bakal bertemu lagi Devano arutala pasha...'






















DUAAARRR KONPLIIKKK

Falling in love with an upperclassman[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang