15.

198 9 1
                                    

Jika Angga menyuapi Daniel dengan penuh kasih sayang. Berbeda dengan Arthur dan Devano.

"engh.. Swebentar anying. Pwenuh mwulut gueh sat!" ucap Devano dengan pipi yang mengembang akibat suapan dari Arthur yang tidak main main banyaknya.

Arthur tersenyum. "biar cepet kenyang. Aaakk. Buka mulutnyaa. Pecawat datang~ uwiwiwuuushh~"

Adrian, Deya, Farasya dan Mariska rasanya ingin muntah mendengar suara imut Arthur.

"gue juga mau disuapin thur.." ucap Bryan yang duduk di sebelah Arthur.

Arthur menatap Bryan sejenak lalu tersenyum. "boleehh.. Sini sini gabuungg." ucap Arthur.

Devano menggeleng. Lalu berkata. "gue dah kenyang.. Sana lo suapin bang Bryan."

Arthur pun menghadap Bryan, lalu menyuapinya dengan ikan bakar. Oh iya, mereka tidak hanya membakar daging, mereka, juga membakar ikan segar yang dibeli Arthur Dan Devano.

                               (•ω•)

Teman teman Deya memilih untuk menonton film bersama di kamar Farasya. Sementara bujang bujang masih duduk di kebun belakang. Padahal hari sudah semakin malam. Acara BBQ an sudah selesai.

"kak Angga ngerokok?!" tanya Daniel saat melihat Angga mengepulkan asap dari bibirnya.

Angga menatap Daniel lalu menepuk pahanya. Daniel memilih untuk berdiri di samping Angga.

Angga menghela nafas. "iya. Kenapa?"

Daniel menggeleng. "Daniel gasuka cowo perokok. Kata mommy, gaboleh temenan sama cowo perokok." ucapan Daniel membuat Angga terkekeh.

"lo sebenernya anak TK apa SMA sih? Lucu banget?" ucap Angga sembari mematikan rokoknya.

Daniel mendengus. "selalu gitu. Setiap aku ngomong mesti pada bilang gitu. Ngeselin!" geramnya.

Angga berdiri di depan Daniel lalu mendekap erat Daniel. "gemeeesss banget asuu!! Pulang sama aku yuk!"

Daniel memberontak. "kak Angga! Lepasiin niel!"

Kejadian itu membuat, Adrian, Devano, Arthur, dan Bryan tertawa.

"sudah. Semuanya, ayo masuk. Tidur." ucap Farrel.

Angga berdecak. "ah lo gaasik Rel. Besok kan minggu. Kita begadang lah."

"kata mommy gaboleh begadaang. Nanti sakittt." yang menjawab ini Daniel yang masih di dekap Angga.

Angga menunduk untuk Menatap Daniel lalu menaruh telunjuknya di ujung bibir Daniel. "hust.. Anak mommy gaboleh ikut ikutan dulu."

Farrel menyeringai. "see, jawaban gue sama kayak Daniel." jawabnya.

Devano menarik ujung kaos Arthur. "thur.. Aku gabisa tidur..."

Arthur mengangguk dan menatap Devano. "sama, aku juga.. Apa kita pulang aja? Deya gimana?"

Devano menggeleng. "ga enak ama kak Farrel thur... Deya juga nggak bakal bisa tidur karena nggak ada bonekanya." ucapnya lirih.

"di bawah ada satu kamar. Diatas ada kamar gue dan dua kamar lain. Yang satu punya Farasya. Terserah kalian mau pake yang mana, yang penting jangan sama ade gue." ucap Farrel.

Tiba tiba Bryan merangkul Arthur. "kita sekamar yak." ajaknya.

Arthur menolak dengan menatap Devano yang memegang ujung kaosnya.

Bryan menghela nafas. "dia biar sama Farrel." ucapnya.

Devano melepaskan pegangannya. Lalu membiarkan Arthur diajak masuk oleh Bryan. Diikuti Angga dan Daniel dari belakang. Adrian pulang karena ingin menemani ibunya.

Devano masih berdiri di dekat Gazebo. Menatap Farrel yang berdiri sejarak 10 meter dari posisinya. Lalu Farrel masuk dan meninggalkan Devano sendirian.

                             (•ω•)

Farrel memeriksa setiap kamar. Pertama dia memeriksa kamar adiknya. Semua sudah tertidur pulas. Lalu bergeser ke kamar bawah, Arthur dan Bryan. Mereka, berdua juga tertidur pulas di satu kasur.

Setelah itu. Farrel melihat di sofa ada Daniel yang tertidur dengan posisi tengkurap di atas Angga.

Lalu Farrel berjalan menuju kebun. Dia melihat Devano duduk sendirian di gazebo sembari melihat langit.

"ga tidur?" tanyanya.

Devano menoleh ke Farrel. "gabisa tidur." jawabnya.

Farrel menghela nafas. "masuk. Nanti masuk angin." perintahnya.

Devano menurut lalu masuk kedalam villa bersama Farrel.

"gue bikinin susu mau?" tawarnya.

Devano menatap Farrel lalu mengangguk. "boleh." setelah itu, Farrel berjalan menuju dapur dan diikuti Devano dari belakang.

"mau yang kental apa cair?" tanya Farrel yang sedikit terdengar ambigu.

Devano tercekat. "h-ha? Piye piye?!"

Farrel terkekeh lalu menyentil dahi Devano. "pikiranmu! Susunya mau yang banyak trus kental apa cair kayak biasa?"

Devano membuang muka. "terserah, ngikut."

Farrel menyeringai sejenak. Lalu membuatkan susu putih untuk Devano di gelas. Setelah jadi, dia menaruhnya di depan Devano. "habisin." perintah nya.

Susu itu hangat, sehingga enak ketika melewati tenggorokan Devano.

Suara tegukan Devano terdengar karna memang se sunyi itu rumah ini. Lalu beberapakali tegukan. Devano menghabiskan segelas susu itu. "ngh.. Sudahh." lega nya.

Farrel mengambil alih gelas itu. Lalu menaruhnya di wastafel. "ayo tidur."

"belum ngantuk." jawab Devano sembari mengucek mata.

Farrel berdecak. "la itu udah ngucek ngucek mata."

Devano melemaskan bahunya lalu merentangkan tangannya ke Farrel. "gendong..."

Farrel terkejut dengan sikap Devano. Namun dia tetap menyambut rentangan tangan Devano. Lalu menggendongnya menuju kamar atas.

Sesampai nya di kamar atas, Farrel menidurkan Devano di kasurnya. setelah itu, Farrel menatap Devano yang ternyata sudah tertidur.

Farrel menghela nafas. "ya Allah... Katanya ga ngantuk.." ucapnya sembari mencubit gemas bibir Devano yang sedikit terbuka.

Sebelum menyusul Devano kealam mimpi. Farrel melepas terlebih dahulu bajunya dan mengganti celananya menjadi celana pendek. Baru dia ikut berbaring di samping Devano.

Falling in love with an upperclassman[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang