44

119 7 0
                                    

Erlangga hendak menemui Farrel karna ingin memberikan titipan dari salah satu guru.

Saat hendak meraih gagang pintu. Tiba tiba pintu itu terbuka.

Clek!

Erlangga terkejut sejenak, lalu terkekeh. "Devano arutala pasha? Lo ngapain disini?" tanyanya remeh.

Devano yang terkejut melihat Erlangga, ngefreze sejenak. Lalu dia mengalihkan pandangannya.

Erlangga tertawa. "lo masih sama kayak yang dulu. Dasar Bisu."

Devano memberanikan diri untuk menatap Erlangga. "gue gabisu bangsat!" makinya untuk Erlangga.

Erlangga bertepuk tangan. "wouw! Si bisu bisa ngomong ternyata. Alhamdulillah, setelah gue hajar lo dapet hidayah ya." ucapnya sembari merangkul pundak Devano.

Devano menepis tangan Erlangga lalu pergi meninggalkan Erlangga. "buset! Sombong amat dah!" teriak Erlangga ke Devano yang berjalan membelakangi nya.

"lo ngapain?" tiba tiba Farrel datang dan membuat Erlangga terjengkit kaget. "anjing! Kaget gue..."

"gue nganterin titipan." sambung Erlangga sembari memberikan tumpukan berkas Ke Farrel.

Farrel menatap datar Erlangga sembari menerima berkas itu. Setelahnya dia berbalik badan dan menutup pintu ruang osis itu.






Bel Pulang berbunyi 5 menit yang Lalu. Farrel tengah berada di motornya. Dia ingin segera pulang. Saat Farrel hendak memakai helm. Tiba tiba bahunya di tepuk. "Devano?"

Devano menatap lesu Farrel. "habis ini tolong kerumah gue..."

Farrel mengangguk. "kenapa?"

Devano menunduk. "ada sesuatu yang mau gue obrolin.." ucapnya sebelum berjalan meninggalkan Farrel.



                                  (•ω•)



Flasback.

Seorang laki laki berbaju biru putih terduduk meringkuk di pojok wastafel. Bajunya menjadi berwarna coklat karena di siram air bekas cucian pel.

Bruak!

Pintu di buka paksa. Di susul tawa laki laki yang menggema.

"woy!" seorang laki laki menarik Devano untuk berdiri.

Devano menunduk takut.

"cih! Lo cowo kok lemes banget!" laki laki itu membanting tubuh Devano ke lantai kamar mandi.

Setelahnya teman temannya memendangi tubuh Devano. Jelas Devano mengerang kesakitan.

Erlangga menarik dagu Devano agar menatapnya.

Wajah Devano sudah babak belur. Pipinya lebam. Pojok bibirnya sobek. Bawah matanya juga ada luka. Pelipisnya berdarah.

Erlangga tersenyum meremehkan. "kasian banget sih... Sini sini ku obatin." Erlangga malah menuang isi wipol keatas kepala Devano. Jelas Devano merasa sakit saat cairan wipol itu mengenai lukanya. "argh!"

Teman teman Erlangga tertawa puas. Setelahnya, Erlangga membanting Devano ke lantai. Dia membiarkan Devano mengerang kesakitan.

"yok cabut!" ucap Erlangga mengajak teman temannya pergi dari situ. Sebelumnya dia menendang perut Devano.

Devano hanya bisa memandangi kaki kaki itu keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang mengenaskan. Setelahnya dia tidak sadarkan diri di kamar mandi.

Flashback off.

Farrel syok sejenak. Dia menatap sendu Devano.

"setelah itu, gue pindah sekolah. Lulus di sekolah baru gue. Dan di sekolah baru itu, gue ketemu Arthur. Kita temenan ampe sekarang. Pas SMA gue juga ketemu temen baru, salah satunya Daniel yang langsung merubah kehidupan gue 90°. Terus tadi pagi...gue ketemu dia lagi. Ibarat nya, lo nuang cuka ke luka lo yang belum sembuh. Kalau di tanya. 'lo masih trauma?' ya iya lah! Itu termasuk perundungan terparah yang gue alami." jelas Devano dengan mata yang berkaca kaca.

Farrel menarik Devano ke pelukannya. "terima kasih sudah bertahan sejauh ini dev..." ucapan Farrel membuat Devano menangis.

"cringe banget." Devano terkekeh sembari menatap Farrel.

"jadi... Lo trauma kalau liat Erlangga?" tanya Farrel.

Devano mengangguk.

Farrel tersenyum. Lalu merangkul pundak Devano. "gapapa. Gue bakal lindungin elo."

Devano malah menatap sengit Farrel. "bentar lagi aja lo lulus..." lirihnya.

Farrel terdiam. Benar juga ucapan Devano. Sisa waktu sekolahnya hanya sekitar 4 bulanan lagi. Setelahnya dia tidak akan masuk sekolah dan tidak bertemu Devano lagi.

Devano menatap nelangsa kenyataan ini. "udah di tinggal pacar, ketemu pembully, harus pisah ama lo.... Buset dah..." kata Devano sembari terkekeh.

"apapun yang terjadi, gue bakal lindungin lo. Setelah kelulusan, gue bakal sering main dan nginep disini..." ucap Farrel.

Devano hanya mengangguk. Dia sedikit meragukan ucapan Farrel. Tapi, untuk sekarang dia hanya bisa meniyakan. Walaupun itu belum pasti...

Falling in love with an upperclassman[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang