50

136 8 0
                                    

"ayo berangkat pagi mas! nanti ndak telat."

Devano melirik jam di tangannya. "santai ajadeh. Baru jam enam lewat 15 kok." ucap Devano yang baru memakai sepatu. Sementara Deya sudah siap dengan helm kuningnya di kepala.

Deya berjongkok di depan rumput gajah milik bunda yang di tanam di depan rumah sembari menunggu Devano siap.

Devano menghela nafas. "yaudah. Ayo berangkat." setelah mengatakan itu, Deya berdiri dan berjalan menuju motor Devano.

                                 (•ω•)

saat akan memasuki gerbang, salah satu anggota osis yang berjaga disana menarik perhatian Deya.

"turun dong! Masa mau nongkrong mulu di motor!" ucap Devano sembari melepas helmnya.

Deya turun dari motor dengan pandangan yang tidak lepas dari salah satu osis itu. Devano pun bingung melihat anak itu. "kamu kenapa sih?" tanyanya sembari ikut melihat apa yang di lihat Deya.

Deya menatap Devano dan tangannya menunjuk lelaki yang berdiri di samping Farrel. "itu ganteng. Yang sampingnya bang Farrel."

Devano menatap orang yang berdiri di samping Farrel. Dia juga ikut menunjukk orang itu. "itu? Yang rambutnya semburat coklat? Yang... Rada sipit itu?" tanyanya dengan tangan yang masih menunjuk orang itu.

Deya mengangguk. "iya itu! cakep yak! Manis..." puji Deya.

Devano menatap Deya. "kalau naksir, aku bilangin ke Farrel biar Farrel ngomong ke bocah itu."

Deya menatap Devano sembari menyengir. "hehe... Boleh kah? Aduin tentang pujianku tadi yaa."

Devano mengangguk, saat akan berjalan kedepan tiba tiba dia menabrak dada seseorang. "aduuh!"

Dua orang lelaki berdiri Didepan Deya dan Devano.

"ngapain nunjuk nunjuk?" anggota osis yang di tunjuk Deya berdiri di depan Deya dan bertanya sembari menyamakan posisi nya agar sejajar demgan Deya.

Deya blushing mode on. "eeee... Anu... Anda narik perhatian saya, makanya saya tunjuk." jujur Deya.

Lelaki itu tertawa mendengar tuturan Deya. Dia mengacak rambut Deya. "kelas apa kamu?"

"10 ips 2."

"aku kakak kelasmu. Nama ku Xiano nataprawira. Biasa di panggil Xian atau Nata. Opsional, senyamannya. Tapi jangan Sayang ya... Aku 12 mipa 1. Sekelas sama Farrelo."

Deya mengerutkan dahinya lalu menuding Xian. "olang china ya??"

Xian tergelak. Dia terkekeh. "nggak. Ini bukan sipit. Tapi cat eye."

Deya sebenarnya tidak percaya, namun dia iyakan saja agar cepat selesai.

Deya dan Xian menatap Devano dan Farrel. Namun dua anak itu menghilang begitu saja.

"loh? Mas Vano kemana?" Deya celinguk an mencari keberadaan Devano.

Xian berdiri tegak. "dah ke kelas paling. Yaudah. Mau aku anter apa sendiri aja?" tawar Xian.

Deya berpikir sejenak. "sendiri aja kak. Aku mau mampir kantin soalnya."

Xian mengangguk. "yaudah. Hati hati ya. Aku balik jaga gerbang dulu." pamitnya sebelum pergi meninggalkan Deya.

                               (•ω•)

Siswa siswi kelas 10 ips 2 tengah fokus memperhatikan guru yang tengah menerangkan materi.

"baik... Jadi, imigrasi adalah perpindah-"

'gue dulu yang dateng ya anjing!'

'nggak. Gue dulu.'

Falling in love with an upperclassman[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang