Deya mengendari motornya dengan cepat menuju rumah sakit terdekat. Dibelakangnya, Devano menunduk sembari meremat kaos volly Deya.
Saat hendak berbelok, tiba tiba ada pengendara NMax menghadang motor Deya setelah menyalib Deya dari samping kanan. Jelas Deya mengerem mendadak.
"eh!" sentak Deya.
Orang itu melepas helmnya. Lalu berjalan menghampiri Deya dan Devano. Deya mencoba menggalang orang itu agar tidak mendekati Devano.
"Devano biar pulang sama aku." ucap Farrel dingin.
Deya menatap sendu Farrel. "koe nek raono hubungan opo opo ro mas Vano, tolong minggir sek,iki penting." pinta Deya.
Farrel geming, dia memegang pergelangan tangan Devano. "Devano pulang sama aku."
Deya menggeleng. "kosek... Tak gowo mas Vano neng rumah sakit sek sedurung-"
"vano gasuka keributan!" tiba tiba Devano berteriak seperti itu sembari menepis tangan Farrel.
Deya menghela nafas. "nah kan... Minggir sek mas..." Farrel menyingkir lalu membiarkan Deya lewat begitu saja.
Farrel menarik rambutnya kasar. "argh! Tai!" umpatnya.
"udah, gapapa.. Nangis aja yang kenceng, ruangan ini kedap suara."
Saat ini, Devano tengah menangis di pelukan Dokter Wisnu. Dokter pribadi Devano.
Dari kaca dekat pintu, Farrel bisa melihat dokter itu mengelus pucuk kepala Devano dengan sayang, dia juga memeluk Devano erat.
Itu membuat dirinya mengepalkan tangannya. Dia tidak suka melihat miliknya di pegang apalagi di peluk seperti itu.
(•ω•)
Devano saat ini tengah bermanja manja ke bunda. Mumpung bapak Pasha nya baru ada panggilan ke kantor.
"mas Vano capek banget ya?" tanya Bunda dengan lembut.
Devano mengangguk sembari melengkungkan bibirnya kebawah. "iya bun.. Mas vano capek..."
Bunda pun mengelus pelan surai rambut anak sulungnya itu.
Saat akan memejamkan matanya, tiba tiba ada yang mengetuk pintu.
Tok tok tok!
Devano duduk. Dia lalu berjalan menuju pintu dan membukakan nya. Namun belum genap 10 detik membuka. Devano sudah menutup pintu itu dengan keras hingga membuat bunda terkejut.
"Mas vano kenapa?" tanya Bunda sembari menatap Devano.
Devano bersandar di pintu dan mengunci pintu itu dari dalam. "gapapa bun... Gaada siapa siapa kok...." ucap Devano.
"bundaa! Farrel didepaan!" Tiba tiba Farrel berteriak dan ternyata anak itu menampilkan wajahnya di jendela samping pintu. Badannya masih mengenakan sragam osis lengkap.
"itu Farrel kan? Suruh masuk aja..." kata bunda.
Devano menggeleng ribut. "gaaa buunn! Mas sama dia baru berantem... Mas gamau liat dia." adu nya ke bunda.
Bunda mengerutkan dahinya lalu mendekat ke Devano. "gabaik berantem gitu loh mas... Buka aja gapapa, selesaiin masalahnya dengan baik, jangan marah marahan begini..." Bunda menyingkirkan Devano dari pintu. Devano pun menurut. Dia menyingkir dari pintu dan membiarkan bunda membuka pintu.
"masuk aja rel... Gapapa.." ucap bunda. Namun Farrel menggeleng.
"gausah bun.. Farrel cuma mau ngomong ke Devano... Sebentar aja kok, galama." ijin Farrel.
Bunda menatap lembut Devano. "mas.. Ini diajak ngobrol ama Farrel..."
Devano masih geming di tempat. Dan itu membuat bunda menghela nafas. "kalian katanya berantem? Selesaiin baik baik.. Bunda bikinin minum dulu.." ucap Bunda sembari meninggal kan Devano dan Farrel berdua.
Farrel menatap Devano. Lalu membuat gestur seakan akan menyuruhnya untuk mengikutinya. Devano pun pasrah dan mengikuti Farrel.
Farrel mengajak Devano untuk duduk di kursi yang ada di selasar rumah Devano.
Devano menunduk menatap lantai sembari memilin ujung kaosnya. Terdengar Farrel menghela nafas. Lalu Farrel beranjak dan duduk di bawah Devano. Menatap manik hazel itu. "aku minta maaf atas perilaku ku tadi siang.." ucap Farrel sembari menggenggam tangan Devano dan mengelusnya pelan.
Devano memilih untuk geming saja.
"em... Gue belum cerita ya.... Sebenarnya, gue mau di jodohin ama cewe itu-Yang jodohin nenek gue bangsat. Bokap, nyokap dan keluarga lainnya gasetuju. Karna ya...cewe itu perilakunya buruk. Namun pas ama nenek gue tuh sok baik banget. Kenapa gue di jodohin? Karna nenek cewek itu dah berpesan kalau besok cucu nenek gue yang cowo harus di jodohin ama cucu ceweknya. Bisa dibilang itu wasiat sih. Beliau ngomong pas mau meninggal. Berulang kali bokap,nyokap,om dan yang lainnya nyadarin nenek kalau cewe itu gabaik buat gue. Tetep aja, nenek gue ngeyel dan keukeuh pengen jodoin gue ama nenek gue." jelas Farrel.
Devano hanya menyimak saja.
Farrel menarik nafas. "gue nyoba juga buat sok baik ke dia,ya walaupun gue tau kalau dia pernah tidur ama om om disalah satu kamar di Bar tengah kota ini. Gue juga punya buktinya. Di suatu hari, gue bakal nunjukin bukti itu. Tapi gue gatau kapan harus ngasih tau nya..." Farrel bingung. Dia pun menatap Devano yang sedari tadi hanya diam saja. "ngobrol dong. Beri tanggapan tentang cerita gue."
"gue gatau harus nanggepin kayak gimana." jawab jujur Devano.
Lalu bunda datang dengan mampan berisi segelas susu putih. "asik banget kayaknya, ngobrolin apasih?" tanya bunda.
Devano menggeleng. "gaada kok bun. Anu itu noh, kucingnya Farrel warnanya kuning padahal nyokap bokapnya warna putih."
Bunda tertawa mendengar ucapan Devano. Lalu dia memukul pelan pucuk kepala anaknya dengan nampan lalu berjalan masuk.
Devano menghela nafas lalu menangkup pipi Farrel. "lo kalau punya cerita deket ama cewe lain, ngomong ke gue.. Jangan dadakan gini. Gue kan jadi insecure.." curhatnya.
Farrel terhenyak. "buat apa lo insecure?! Lo aja gakalah cantik!" terang Farrel yang terlalu terang.
Devano menggeleng. "enggak. Gue ga cantik. Gue cowo."
"lo manis banget." ucap Farrel sebelum mengecup lama bibir Devano.
Devano memundurkan kepalanya dan menatap Farrel. Jantungnya berdegup 4 kali lebih cepat dari biasanya. Hingga rasanya dia tidak bisa bernafas. Sang pelaku hanya cengar cengir.
"udah maafin aku kan? Aku juga bawa beberapa makanan buat kamu." Farrel menyerahkan sebuah paperbag besar ke Devano. Dengan begini saja, Devano luluh. Dia mengangguk mengiyakan ucapan Farrel.
Farrel mengelus pucuk kepala Devano. "aku pulang ya? Udah sore..." Farrel berdiri lalu hendak beranjak. Namun langkahnya berhenti saat tiba tiba Devano menarik tubuhnya lalu di peluk Devano dari depan. "eum... Jangan di ulangi lagi... Pano gasuka..." Devano meremat sragam bagian perut milik Farrel.
Farrel memegang tangan Devano. "iya iya.. Farrel janji gabakal gitu lagi..." ucapnya lembut.
aswsarwtauausyxwudhggswdfygyhgbhhhhhhh LUCU BANGET??! MANG BOLEH SELUCU INI??!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling in love with an upperclassman[END]
Ficção Adolescente"FARREL BANGSAATTT!!" "no. Gue masih straight bro." Bercerita tentang seorang lelaki bernama Devano arutala pasha yang tidak sengaja jatuh cinta dengan musuhnya yang bernama Michaell farrello. Bagaimana tanggapan Farrel selaku ketua osis jika dia m...