5.

263 12 0
                                    

"HAHAHAHAHAHAHAH! LO DI GODAIN BANG AL?!"
 
Devano menatap kesal kearah Leo yang menertawakannya. "anying banget! Padahal jelas jelas aura gue tuh aura aura ketua geng motor!"
 
"tapi.. Lo emang cantik sih kalau kayak gini..." ucap Arthur sembari menyodorkan ponsel nya dan menampilkan story IG Deya yang memposting foto Devano yang kemarin di make up in.
 
Devano mendengus. "anjing emang! Kalau bukan karena tugas nya dia. Gue juga nggak mau di gituin!"
 
Arthur tertawa lalu menepuk nepuk pucuk kepala Devano dengan gemas. Bay the way, mereka sudah pulang sekolah, mereka juga sedang berada di kamar Arthur. Karena Arthur sedang dalam masa pemulihan. Tangannya masih di perban.
 
  "jancuk tenan emang."
 
"tapi kayak nya, lo cocok deh make up kayak gitu sambil pake baju maid-"

Sebelum menyelesaikan perkataannya, Devano sudah lebih dulu melemparkan Bantal ke wajah Leo.
 
"berisik asu!" sarkas Devano sembari melonggarkan dasi sragamnya.

Hening 5 menit, lalu tiba tiba Devano membuka suara.
 
"cok. ini pak Rasya nyuruh kita buat promosiin ke ade kelas pas hari terakhir Mpls besok jum'at."

Daniel menatap Arthur. "lo ikut nggak thur?"
 
"besok rabu gue copot perban, dan kemungkinan bisa ikut." jawab Arthur.
 
Leo mengerutkan dahinya. "berarti kita bakal bikin jersey lagi dong?"

Devano mengangguk. "mau nggak mau sih gitu. Tapi nanti coba gue obrolin ama pak Rasya."

                               (•ω•)

Devano dan Deya sedang dalam perjalan pulang kerumah. Ingat kan? bahwa motor Devano di sita bapak Pasha? Nah, makanya dia minta jemput Deya.
 
"mas. Mampir beli bubur kacang ijo dong." ucap Deya sembari menaruh dagunya di pundak Devano yang sedang menyetir.
 
"bubur kacang ijo nya cak Sidiq ya. Aku kangen buburnya."
 
Deya mengangguk. "terserah, yang penting beliau jual bubur kacang ijo."
 
Saat sudah akan Dekat, Devano mengerem mendadak. Membuat Dahi Deya menabrak helm Devano.
 
"njir? Apaan sih mas-oh..." Deya membulatkan mulutnya saat melihat seeseorang yang sedang membeli bubur juga.
 
Deya menyipitkan matanya. "itu... Kak Farrel kan? Yang jadi Ketos itu kan mas?" tanya Deya.
 
Devano mengangguk. Dia mematikan mesin motor Deya. "itu dia sama pacarnya?" tanya Deya lagi.
 
Devano menaikkan bahunya. "nggak tau.. Iya mungkin.."
 
Devano dan Deya sama sama menyipit kan matanya sembari memperhatikan gerak gerik Farrel yang sedang membeli bubur kacang ijo bersama sang kekasih dari kejauhan.
 
Karena Farrel ini insting nya sangat kuat, dia merasa seperti ada 2 pasang mata yang menatap dirinya. Lalu dia menatap kearah motor yang berhenti tak jauh dari grobak bubur kacang ijo milik cak shidiq.
 
Spontan saja, Deya membuka handphone nya. Devano juga ikut mengecek headphone Deya, mereka berpura pura seperti tersesat.
 
"a-anu.. i-ini bener nih jalannya kesini? Nggak kesasar kita?" basa basi Devano yang sedang mengedarkan pandangannya ke sekitaran jalan yang lumayan sepi itu.
 
"iya mas. Saestu. Maps e nujukin kesini. Coba maju beberapa meter lagi." saran Deya.
 
Lalu Devano mengangguk dan menyalakan mesin motor.
 
Farrel tetap setia memperhatikan Devano dan Deya yang sedang berpura pura itu.
 
Lalu saat Devano melewati Farrel atau lebih tepatnya gerobak bubur kacang ijo cak Shidiq, Devano sedikit membungkukkan badannya sembari menatap cak shidiq dan membunyikan klakson secara pelan.
 
  "puntennn... monggo cak.. Mas.. Mbak.." ucap Devano sembari tersenyum manis kearah mereka. Diikuti dengan Deya yang juga membungkuk dan tersenyum.
 
"nggihh mas!" jawab cak Shidiq.
 
Setelah agak jauh, Devano dan Deya menghela nafas lega.

  "gajadi beli burjo..." gumam Deya.
  "besok aja ya dek.. Gaenak tau kalau mergok in ketos pacaran."

"siapa tadi? Kok bed sekolahnya sama kayak kamu? Apa dia adek kelas kamu?" tanya azza yang berstatus tengah dekat dengan es batu bernyawa itu.

"iya, dia adek kelas gw" jawab farrell yang masih fokus melihat kearah devano dan deya.

"ini mas farrell, bubur nya sudah jadi" ucap cak shidiq sambil memberikan kantong plastik kearah farrell.

"oh, iya cak, makasih ya" ucap farrell sambil menerima bubur nya tersebut.

"iya mas, sama sama. Kapan kapan kesini lagi ya bawa mbak cantik ini juga" goda cak shidiq sambil melirik kearah azza.

"bisa aja cak" jawab azza sedikit terkekeh.

"mas, mas vano. WOY DEVANO ARUTALA PASHA!" panggil deya sambil berteriak, karena sang kakak saat di panggil tidak ada respon sama sekali (kayak dia nggak pernah ngerespon).

"bisa nggak sih manggil tuh nggak usah teriak teriak, aku juga denger kali" ucap devano.

"ya habis nya kamu di panggil nggak nyaut bangsat!" ucap deya sewot.

"kamu kenapa sih, dari tadi di panggil nggak nyaut, kalo misal tadi oleng gimana? Terus kita jatoh berdarah, di rawat di rumah sakit, sampeyan mau tanggung jawab hah?!" oceh deya dari belakang.

Devano diam. Lalu menanggapi ucapan Deya dengan gelengan kepala.

Falling in love with an upperclassman[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang