27

146 10 0
                                    

"bunda hari ini ga masak. Nanti kita makan malem di luar, diajak bapakmu." ucap Bunda sembari membereskan meja ruang televisi.

Devano hanya mengangguk. "oke bun."

Deya yang sedari tadi duduk di pangkuan Devano menatap Bunda. "cuma makan di luar biasa kan bun?"

Bunda mengangguk. "iya sayang."

Pasha menuruni tangga. "loh? Kalian kok belum siap siap? Ayo dong cepet siap siap." ucap Pasha yang sudah rapi menggunakan kemeja dan jasnya.

Bunda berdiri lalu menatap Devano. "pake baju yang udah bunda siapin di kasur ya." pinta bunda kepada kedua anaknya.

Devano mengangguk lalu menggendong Deya dan berjalan menuju kamarnya untuk bersiap siap.

Deya sedikit terkejut dengan baju yang di siapkan bundanya. SATU SET DRESS SELUTUT BERWARNA PUTIH?!

"bun... Aku kudu pake ini?" tanya nya kepada bundanya yang sedang menguncir rambutnya.

Bunda mengangguk. "iyalah. Udah bunda siapin dari tadi masa nggak di pake."

"tapi.. Ini feminim banget. Sumpil bun. Takut nanti aku tantrum." ucap Deya saat bunda sudah menguncir dan sepertinya menamnahkan pita ke kunciran itu. Tak lupa bunda pun sedikit mendandani wajah Deya. Dengan sedikit memberi bedak, blush dan liptint.

Bunda tersenyum senang. "masyaallah.. Cantiknya anak pak Pasha." puji bunda.

Setelah itu, Deya dan bunda keluar rumah. Diam diam. Deya menggunakan flat shoes yang berwarna abu abu.

Devano terkejut melihat penampilan adeknya. "bun? Ini Deya? Bhahahahahaha! Aneh."

Bug!

"aduuuhh!" setelah Devano mengejeknya. Deya menendang selangkangan Devano dengan sepatunya. Membuat Devano terjatuh dan meringis sakit.

"fag kata gue teh!"


                                 (•ω•)

"maaf saya terlambat pak Regar." sesal Pasha saat menghampiri bapak bapak seusianya yang juga menggunakan jas.

Regar selaku teman bisnis Pasha terkekeh. "tidak papa pak. Saya juga baru datang." lalu Regar melirik orang orang di belakang Pasha. "wah? Apakah kedua anak ini anak anakmu?"

Pasha mengangguk lalu memegang pundak Devano. "iya pak. Ini Devano. Dia anak sulung. Dan ini Deya, anak bungsu. Huh.. Anak saya cuma dua pak."

"gamau nambah satu? Cowo gitu. Biar tambah rame." sahut istri bapak Regar yang bernama Clarissa.

Winda terkekeh lalu berjabat tangan dengan Clarissa. "nggak ah. Dua aja sering ribut ampe rumah mau roboh."

"sebenernya. Saya mau nambah lagi. Tapi si bunda gamau." bisik Pasha ke Regar.

Regar tertawa sembari menepuk nepuk i pundak Pasha. "sudah sudah ayo kita kesana." ajak Regar kepada keluarga Pasha.

Saat ini mereka berada di restoran bintang lima. Restoran itu sangat megah dan pelayannya ramah ramah.

Regar menuntun keluarga Pasha untuk menuju meja makan. Di meja makan sudah ada beberapa orang yang duduk.

"pak Leon!" sapa Pasha kepada bapak bapak yang seumurannya tenah duduk di kursi meja makan.

Yang bernama Leon berdiri lalu berjabat tangan dengan Pasha sambil tersenyum. "wah. Pasha.. Kamu ini kelamaan. Saya sudah lapar tau."

Pasha menggaruk tengkuk lehernya. "hehee. Maafkan saya pak. Biasa, nunggu anak dandan." ucapnya sambil mendorong Deya untuk menyalimi Leon.

"anak ke?" tanya Leon saat melihat Deya.

"anak bungsu." jawab Pasha.

"pah. Minjem par-nah! Ini anak yang ku ceritain, yang aku suka dia pah!" tiba tiba seorang setan datang menghampiri Leon lalu menunjuk Deya dengan heboh.

Semua orang dewasa disana terkejut. Refleks Deya memukul. Wajah orang itu hingga setan itu terjatuh ke belakang.

'CANGKEM E OLO COK!' batin Deya.

"Deya!" sentak Winda yang terkejut.

Deya juga ikut terkejut dengan perilakunya langsung menghampiri orang yang dia pukul tadi. "m-maaff!"

Leon menghela nafas. "William... Kamu ini terlalu blak blakan." ucapnya.

William meringis sakit dan mengelus pantatnya. Dia terkejut melihat Deya yang sedekat ini dengannya. "waw.. Lo cantik." puji William.

JELAS DEYA MALU! DIA BLUSHING! tak lupa juga memberi bogeman penuh cinta ke wajah William lagi.

Bug!

Bug!

"E-EH! MAAAF!"



Falling in love with an upperclassman[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang