38

124 10 2
                                    

Benar saja, sehabis isya, hujan turun dengan sangat deras. Untung tidak menggunakan angin dan petir. Jadi aman.

Tapi saat ini, Deya sedang melihat 'petir merah' di ruang tamu. Memang sedikit menantang maut anak ini. Untung saja, bapak Pasha dan bunda Winda masih di Bandung.

Saat sedang asyik asyiknya nonton. Tiba tiba ada yang mengetuk pintu. Jelas Deya panik, mana ada orang yang namu dengan kondosi di luar hujan deres begini? Apa ga mager coba? Namun, karena penasaran, Deya tetap berjalan kearah pintu lalu membukanya.

Alangkah terkejutnya dia melihat tubuh Farrel yang berdiri tegak di depan pintu dengan jaket yang terlihat basah kuyup sembari membekap sebuah paperbag di dadanya. Deya syoq jujur. Dia sedikit kasihan melihat wajah pucat Farrel. "horok?! Sampeyan ngopo neng kene mas?!" Deya menarik Farrel masuk dan langsung menutup pintu.

Farrel tersenyum tipis. "mau ketemu Devano." ucapnya saat melihat Deya mengulurkan handuk ke dirinya. Dia menerimanya dan melepas jaketnya. Deya mengambil alih jaket yang di copot Farrel. "tak bawak e. Mas naik ae keatas. Kayak e mas Vano bobok. Motor e dah di kunci stang tho?" tanya Deya.

Farrel mengangguk. "udah. Maaf ya ngerepotin.. Gue naik dulu." pamitnya ke Deya sebelum berjalan kearah tangga. Deya masih memegang jaket Farrel yang basah kuyup. Lalu dia membawanya ke kranjang cucian milik Devano. Setelah nya dia kembali ke acara nya sendiri. "emang ya,cinta itu bisa bikin buta." gumamnya.



                              (•ω•)


Farrel menasuki kamar Devano. Kamar Devano terasa sangat hangat. Mungkin karena Devano menghidupkan pemanas ruangannya.

Farrel melihat Devano tengah terduduk di bawah, menatap kearah balkon kamarnya yang hanya di batasi pintu kaca. Di samping Devano ada sekotak tissu dan beberapa tissu yang berserakan.

Farrel melihat punggung kecil itu terhisak. Lalu dia menghampiri nya dan merengkuh tubuh itu dari belakang. Tidak ada penolakan dari Devano.

"maaf..." bisiknya di telinga Devano.Tiba tiba Devano berbalik badan dan memeluk Farrel erat. Dia menyembunyikan wajahnya di dada Farrel. Farrel pun ikut memeluknya erat. "kok duduk di bawah hm? Apa nggak dingin?" tanyanya lembut.

Devano menjauhkan badannya lalu menatap sengit Farrel. "lo sendiri ngapain hujan hujan kesini? Kagak ada kerjaan banget." sarkasnya.

Farrel terhenyak sejenak, dia, terkekeh lalu membawa Devano ke pelukannya. "karena lo. Gue kesini..." ucapnya sebelum menggendong Devano keatas kasur. Dia mendudukkan bocah itu di kasur, sementara dia berjongkok di depannya.

Devano menatap paperbag yang di bawa Farrel. "apa itu?" tanyanya.

Farrel tersenyum tipis, lalu mengambil paperbag itu dan menyerahkan nya ke Devano. "ada coklat-gue gatau apa kesukaan lo. Kata Angga, coklat bisa ngebalikin mood. Makanya gue beli." ucap Farrel.

Devano tersenyum lebar saat melihat coklat kesukaannya ada di paperbag itu. "waah. Makasiihh." senyuman yang tak pernah di lihat siapapun selain bunda, bapak dan Deya.

"ah.. Gue mau minta maaf kalau seumpamanya, gue egois. Gue emang tsundere sih. Gue gabisa blak blak an ngasih tau perasaan gue ke orang lain. Jadi-"

"udah. Gausah di bahas kalau lo gamau gue usir." tiba tiba Devano berkata seperti itu dan memotong perkataan Farrel.

Farrel tersenyum tipis, lalu menatap Devano yang sedang memakan coklat yang dia beli. "enak?" tanyanya yang di angguki oleh Devano. Farrel tersenyum senang, lalu dia menduselkan kepalanya ke perut Devano.

"hm.. Jangan disini, nanti rambutmu kotor kena coklat." ucap Devano sembari membersihkan rambut Farrel yang terkena remahan coklat.

Farrel mendongak kan kepalanya. "ngantuk.." adunya.

Devano pun menaruh coklat itu ke kursi yang kebetulan ada disana. Lalu dia merentangkan tangannya ke Farrel. "ayo bobokk." Ajaknya yang langsung membuat Farrel memeluk Devano lalu membawa tubuh anak itu untuk berbaring di kasur.

Devano menyembunyikan wajahnya di dada bidang Farrel. Dia juga memeluk erat tubuh bongsor itu. Begitu juga dengan Farrel, dia memeluk Devano dan menciumi pucuk kepala anak itu.



Emang ya musim hujan begini enaknya tuh peluk pelukan😙🤗🤗🤗

Falling in love with an upperclassman[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang