8. Rencana

268 30 0
                                    

Dengan langkah terburu-buru seorang perempuan berlari menuju ruang UGD sebuah rumah sakit. Sesekali dia meminta maaf kepada suster dan juga orang yang lalu lalang disana arena sudah membuat kegaduhan.

Begitu sampai disana ia melihat sepupunya tengah duduk sambil menyenderkan kepalanya ke kursi.

"Ara." Panggil nya.

Samudra menoleh lalu ia segera berlari pada Yunia, ia langsung memeluk tubuh sepupunya itu, Tentu Yunia langsung membalasnya.

"Kamu gapapa kan? Ada yang luka?." Ujar Yunia setelah Samudra melepas pelukannya.

"Aku gapapa, tapi Theo......" Samudra tidak bisa melanjutkan ucapannya, yunia kembali merangkul pundak Samudra dan mengelus punggungnya untuk menenangkan nya.

"Dokter belum keluar?." Samudra menggeleng.

Tak lama dokter pun keluar, lalu ia menghampiri Samudra dan Yunia. "Kalian keluarga dari pasien?." Tanyanya.

Samudra dan yunia mengangguk "gimana keadaan nya dok?." Tanya Yunia.

"Dia baik-baik saja, tusukannya tidak terlalu dalam."

"Ah syukurlah. Kami boleh masuk dok?."

Dokter itu mengangguk "boleh, pasien juga sudah sadar."

"Terimakasih dok."

"Ya sama-sama kalo begitu saya permisi." Dokter itupun pergi.

Samudra dan Yunia langsung masuk untuk mengecek kondisi Theo. Sampai didalam ternyata benar Theo sudah sadar. Dan dia sedang memainkan ponselnya.

"Astaga kau ini. Aku sudah menghawatirkan dirimu, malah kamu nya begini." Omel Yunia.

Theo hanya membalas perkataan Yunia dengan cengiran khasnya. "Aku tidak apa-apa. Hanya luka sedikit saja."

"Jika hanya luka sedikit, kamu tidak akan pingsan Theo." Ucap Samudra.

"Maaf Nona. Tadi saya hanya kelelahan saja."

"Yasudah, kamu istirahat saja. Btw jangan manggil saya Nona jika tidak bertugas. Manggil nama saja."

Theo terkejut "tidak Nona. Saya bisa dimarahi oleh tuan Sagara."

"Ah kamu memanggilnya nama juga ketika tidak bertugas. Jadi saya juga ingin begitu. Lagipula kamu usianya diatas saya."

"Apakah tidak apa-apa Nona?."

"Ya saya yang memaksa."

"Baiklah No... maksud saya, Samudra." Samudra hanya berdehem saja untuk membalas ucapan Theo.

Yunia yang tadi diam pun menatap Theo lalu ia bertanya sesuatu padanya "kak Theo. Kamu tau siapa dia?."

Samudra tentu terkejut yunia memanggil Theo dengan sebutan kakak. "Kenapa memanggil kakak?." Tanya Samudra pelan.

"Aku sudah menganggap nya kakak, jadi jika tidak bertugas aku akan memanggil nya Kakak." Jelas Yunia pelan, Samudra hanya mengangguk saja.

Theo nampak berpikir keras, ia tidak tau laki-laki tadi. "Aku juga tidak tau, aku tidak mengenalnya."

"Apa dia berasal dari keluarga Mahawira?."

Samudra menoleh pada Yunia ketika mendengar nama marga keluarga Keira. "Aku rasa bukan, Yunia. Aku mengenal betul setiap anak buah Zafran, dan yang tadi bukan."

"Kamu yakin kak? karena siapa lagi kalo bukan mereka."

"Aku tau, tapi kali ini bukan. Aku rasa ini musuh tuan Stiven di masalalu, karena orang itu mengatakan yang menyuruhnya perempuan."

Samudra untuk Atlantika (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang