21. Sebuah Malapetaka

314 33 2
                                    

Matahari sudah mulai meninggi, cuaca juga sangat cerah. Tapi sepasang sejoli ini masih enggan untuk membuka mata. Mereka masih larut dalam tidur lelap nya. Namun tak lama salah satu diantara keduanya, mengerjapkan kedua matanya. Saat kedua matanya bener-bener terbuka, dia tersenyum manis.

Samudra menatap lekat wajah damai Keira yang sangat ia sukai akhir-akhir ini. Tangan kanannya terulur mengelus pipi Keira lalu berpindah ke bibirnya.

"Sumpah yang. Manis banget kamu tadi malam. Ah aku jadi pengen lagi." Ujar Samudra sambil terkekeh.

Melihat wajah Keira yang lucu dan cantik itu ingin rasanya Samudra mengerjainya.

"Pengen gue isengin tapi dia marah gak ya nanti." Gumamnya pelan "kerjain deh kapan lagi liat Keira marah-marah." Samudra bangun dari duduknya dengan perlahan lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah mandi, Samudra keluar dari kamar. Sebelum keluar Samudra menaruh obat pereda sakit di nakas samping tempat tidur. Lalu ia keluar dari kamar dan pergi ke kafe untuk sarapan.

Saat disana Samudra melihat teman-temannya sedang duduk sambil memakan sarapannya.

"Hay guys." Sapa Samudra.

Semuanya hanya mengangguk, Maria nampak celingak-celinguk mencari keberadaan Keira. "Keira mana dek?." Tanya nya.

"Masih tidur kak. Oh ya nanti kalo Keira kesini dan nyariin gue. Bilang ya gue pergi gitu, balik ke Roma." Ujar Samudra tiba-tiba.

"Hah? Kenapa?." Tanya Alexa.

"Pengen ngerjain dia gue kak." Jawab Samudra.

"Jangan bilang Lo habis ninuninu sama dia." Ujar Renata.

Samudra terkekeh "gampang ke tebak ya?."

"Iyalah, gue tau banget gelagat Lo ini."

"Ya gitu deh, bilang kayak gitu ya kalian."

"Nangis loh entar dia Ra." Ujar Sonya.

"Itu rencananya, nanti gue sendiri yang bakalan bujukin."

"Yaudah kalo gitu."

Samudra mengangguk lalu pergi dari sana, dia berjalan ke tempat meja yang sulit di lihat oleh Keira nantinya. Dia duduk sambil menatap gunung Batur yang indah pada pagi itu.

"Mbak, tequila satu." Ujarnya pada waitres.

Waiters itu mengangguk lalu pergi membuatkan minuman itu. Tak lama minuman itu pun diantarkan oleh waiters. Samudra mengucapkan terimakasih dan meminum tequila itu. Rasa manis dari tequila yang di campur dengan cocktail memang pas menemani pagi Samudra kali ini.

Tak berselang lama, ponsel yang berada di meja itu berbunyi, ada notifikasi dari Keira. Samudra mengembangkan senyumnya, tapi ia langsung merubah ekspresi ketika Keira mengirim pesan jika ia membenci Samudra.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Samudra untuk Atlantika (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang