Di pinggiran sungai, Jaemin duduk di bebatuan dan membasuh darah yang masih mengalir di bahu kanan nya. Ia mengerutkan kening ketika mulai merasa pedih. Tidak meringis dan hanya membasuh luka dalam keadaan hening.
"Disini kau rupanya,"
Jaemin membalikkan badan untuk melihat siapa yang berani mengajak nya berbicara.
"Jisung baru saja pergi dari istana saat tidak mendapati kehadiranmu." Ujar seorang laki-laki yang membawa kotak kayu berisi obat-obatan dan perban luka. "Izinkan aku untuk mengobati lukamu, Pangeran." Ujarnya pelan.
Jaemin menggeleng tegas. "Aku bisa mengobati nya sendiri," balas Jaemin dingin. "Kembali lah ke istana, Felix."
Lee Felix -Jenderal utama Arcanum Kingdom, hanya bisa menghela napas melihat sikap keras kepala Jaemin.
"Setidaknya biarkan aku membantu, kau..."
"Kau membantahku?" Sela Jaemin tak suka. "Kembali ke posisimu Jenderal Lee Felix!" Tekan Jaemin penuh penegasan.
Felix menghela napas panjang dan mengangguk ringan. Baru saja ingin melangkah mendekati kuda yang ia ikat di batang pohon, Jaemin memanggil nya dengan lirih.
"Sebentar, Felix." Ia terdiam sejenak. "Kenapa Jisung datang mencariku?" Tanya Jaemin tanpa mau memandang Felix yang berdiri beberapa jarak di belakang nya.
"Jisung mendengar kabar pertarunganmu dengan Jeno saat berada di Terra Aeterna Main Castle. Mengetahui kau terluka, bocah itu memacu kudanya menuju istana untuk melihat dirimu." Jelas Felix. "Dia khawatir dengan keadaanmu, Jaemin."
Jaemin berdecih pelan. "Aku tidak butuh rasa simpati dari siapapun," cetus Jaemin yang mulai membalut luka di bahu kanan nya.
"Dia peduli sebagai seorang adik, Jaemin. Jangan menolak nya," ujar Felix pelan.
"Peduli?" Jaemin tertawa sinis. "Tidak ada yang peduli di dunia ini kepadaku, Felix. Mereka semua palsu."
Felix terdiam. Tidak bisa mengatakan apapun meskipun merasa tidak terima dengan perkataan Jaemin. Nyata nya, Felix selalu ada bersama Jaemin.
"Kau tahu, Jaemin..." Felix menjeda sejenak. "Semua yang terjadi, bukan kesalahanmu. Berhenti untuk menjatuhkan dirimu terus-menerus, Jaemin."
"Tahu apa kau tentang diriku, Felix?" Sarkas Jaemin dan mulai membalikkan badan untuk menatap Felix. "Sejauh apa kau mengetahui diriku? Ingat batasanmu, Felix. Jangan melewati batasan yang sudah aku ciptakan."
Felix termangu. Ia akan merasa kalah jika Jaemin sudah mengatakan batasan yang terbentang di antara mereka.
Felix hanya seorang Jenderal yang menjadi tangan kanan Jaemin dalam urusan istana, selebihnya, tentang Na Jaemin... Felix tidak berhak untuk mengetahui nya.
Felix menghela napas panjang. "Obati lukamu, Pangeran. Aku akan kembali ke istana," Felix membungkukkan badan 90 derajat, memberi hormat kepada sang Pangeran yang menatap nya dengan tatapan dingin tak tersentuh.
Tidak ada yang bisa menyentuh Arcanum Na Jaemin, bahkan Felix sekalipun.
Felix berjalan mendekati kuda yang memakai pelana khas Arcanum Kingdom dan menunggangi nya. Pelana berwarna ungu pekat dengan simbol kepala elang. Simbol yang sangat menggambarkan Arcanum Kingdom. Sendiri namun penuh keberanian.
"Kita pergi, Aquila," bisik Felix kepada kuda bernama Aquila, kuda yang menjadi teman setia Felix.
Memacu kuda dengan langkah pelan, Felix menghentikan kuda nya saat tiba di pertigaan jalan. Ia memilih turun dari kuda dan bersandar di salah satu pohon rindang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] The Seven Sons, D² (Delight & Dolour) || NCT DREAM
FanfictionMasa lalu adalah bagian dari masa depan dan masa kini. Sama seperti 7 dari mereka yang masih mencari arti dari sebuah kehidupan. Bersama, dalam 7 jiwa yang hancur secara perlahan. Kita akan kembali kepada masa yang tak lekang oleh waktu. Masa yang m...