28. Rintihan di Bulan Purnama

888 126 52
                                    

Marletta terkekeh mendengar penjelasan Herion. "Iblis seperti Park Ji-bin memang luar biasa," gumam nya berdecak kagum.

"Sampai saat ini pasukan Inggris mulai berhasil memasuki Terra Aeterna Main Castle. Hanya saja prajurit Terra Aeterna masih cukup kuat untuk melindungi sayap barat istana, Tuan Marletta." Lanjut Herion menjelaskan.

Marletta mengangguk-angguk. "Aku cukup terkesan mendengarnya. Meskipun pasukan yang di pimpin Park Ji-bin berhasil membombardir Terra Aeterna namun pertahanan yang cukup bagus dari pajurit istana tersebut untuk melindungi sayap barat istana." Komentar Marletta terlihat berpikir.

"Bagian sayap barat istana Terra Aeterna merupakan ruangan pribadi Jung Yunho. Disana pusat informasi berada dan titik akhir dari pertahanan yang di perjuangkan prajurit Terra Aeterna." Jelas Herion lagi.

"Bagaimana dengan pasukan yang di pimpin oleh Namjoong Han?" Tanya Marletta memandang peta dan replika Terra Aeterna Main Castle.

"Pasukan yang di pimpin oleh Namjoong Han masih bergerak untuk melacak keberadaan para Pangeran yang kabur, Tuan. Namjoong Han sudah menelusuri pinggiran Yunani namun seperti yang di katakan oleh perdana menteri Yunani bahwa tidak ada jejak sama sekali bahwa para Pangeran singgah disana." Jawab Herion memberi penjelasan secara rinci.

Marletta terdiam sejenak. Pandangan nya mengarah ke kandang yang di dalamnya terkulai lemah Hazel yang tidak diberi makan 3 hari dan disiksa tanpa henti.

"Hanya ada satu tempat yang bisa menyembunyikan para Pangeran itu," gumam Marletta menarik napas Panjang. "Roma.."

Herion mengernyit halus. "Tuan, kita tidak mungkin menginjakkan kaki ke tanah Roma karena perselisihan antara Inggris dan Roma cukup kuat," ujar nya mengingatkan.

Marletta menghela napas pelan. Jika memang benar para Pangeran berada di Roma maka ia tidak bisa melakukan tindakan apapun. Inggris dan Roma saling mengucap sumpah untuk tidak menunjukkan diri satu sama lain dan tidak boleh menginjak wilayah antara keduanya.

"Sialan." Maki Marletta mengeraskan rahang nya. "Jika sudah seperti itu, akan sulit untuk menemukan Na Jaemin."

"Para Pangeran pasti tidak akan kembali meskipun Terra Aeterna jatuh ke tangan Inggris. Mereka bersikeras untuk hidup dan mempertahankan nama Terra Aeterna yang mereka bawa." Gumam Marletta dan berdiri, lalu berjalan mendekati kandang Hazel.

Pria tua berusia 53 tahun itu menatap datar ke arah Hazel yang terlihat sekarat. Ia menendang pintu kandang tersebut sehingga suara besi berdesing nyaring, membuat Hazel dengan susah payah membuka kedua matanya.

"Apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan Terra Aeterna dan Na Jaemin?" Seloroh Marletta melontarkan pertanyaan kepada Hazel.

Hazel terkekeh lirih, bahkan suaranya nyaris tidak terdengar namun Marletta masih bisa mendengar keangkuhan dalam sepatah kata yang di ucapkan gadis itu.

"Me..nyerah..lah.."

Marletta tertawa sarkas. Ia menundukkan tubuh untuk menyamakan posisi nya dengan Hazel. "Disaat sekarat seperti ini, kau masih bisa mencerca diriku?" Kekeh nya meludah di dekat kaki Hazel. "Kau memang keturunan Sparta."

Hazel tidak lagi menjawab. Ia kembali jatuh dalam rasa sakit nya, terlebih lagi perut nya yang terasa pedih melilit karena tidak mendapatkan makanan atau minuman sedikitpun.

Alistair Marletta menatap Hazel cukup lama, seolah memutar otaknya untuk mencari rencana dari permasalahan kali ini. Hanya dalam beberapa detik, raut wajah pria tua itu terlihat bahagia. Ia tersenyum sumringah ketika mendapatkan rencana yang sekiranya bisa menguntungkan Inggris.

[ii] The Seven Sons, D² (Delight & Dolour) || NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang