Chenle mendengus kesal ketika melihat beberapa helai pakaian nya. Tangan Pangeran ke-6 itu mencari sesuatu yang sangat penting untuk tubuh nya.
"Sial. Aku tidak memiliki pakaian dalam lagi!" Gerutu Chenle kesal dan berdiri, kemudian berjalan keluar kamar.
Pangeran ke-6 itu melihat kesana - kemari, mencari seseorang yang ia butuhkan saat ini.
"Mark!" Seru Chenle kepada Mark yang baru saja memasuki rumah sambil membawa beberapa kayu bakar.
"Ada apa?" Tanya Mark heran ketika melihat wajah masam Chenle di hadapan nya. "Kenapa wajahmu menyebalkan seperti itu?" Sinis Mark.
Chenle berdecak kesal. "Apakah sisa uang dari Taeyong masih ada? Aku membutuhkan nya.." ujar nya pelan.
Mark mengernyit dan menatap tajam. "Apa kau ingin bermain judi?" Tanya nya datar.
Chenle sontak menggeleng dengan raut panik. "Aku bahkan tidak mengetahui bahwa disini ada Club atau tidak." Sergah nya yakin.
Mark bersedekap dada, menatap Chenle dengan pandangan curiga. "Lalu, kau ingin melakukan apa dengan uang tersebut?" Tanya Mark penuh intimidasi.
Chenle terlihat gusar. Ia menatap Mark dengan tatapan kesal. "Aku membutuhkan nya, Mark. Berikan saja sedikit," gerutu nya.
Mark menggeleng tegas. "Aku harus tahu kau menggunakan uang itu untuk apa." Ujar Mark telak.
Chenle berdecak kesal. "Aku ingin membeli pakaian dalam.." cicit nya dengan wajah menunduk.
Mark mengernyit, meskipun dengan suara yang kecil namun Pangeran pertama itu bisa mendengar dengan jelas apa yang menjadi kerisauan si Pangeran ke-6.
Lantas, Mark terkekeh pelan. "Kau tidak memiliki pakaian dalam lagi?" Tanya Mark meledek.
"Sial, berikan saja sedikit uang!" Sentak Chenle yang merasa malu.
"Apakah pakaian dalam yang hanyut tadi adalah satu-satunya yang tersisa?" Ledek Jeno yang baru saja masuk ke dalam rumah, ia sempat mendengar perdebatan Mark dan Chenle.
Chenle menatap tajam ke arah Jeno. "Jangan ikut campur dasar sipit!" Sarkas Chenle penuh amarah, ia sudah cukup malu saat ini.
Jeno mengendikkan bahu acuh dan membawa sisa kayu bakar yang tersisa menuju dapur.
Mark merogoh saku nya. Mengeluarkan kantong kecil berisi uang. Lalu memberikan beberapa lembar untuk Chenle. "Belikan juga untuk yang lainnya." Pesan Mark.
Chenle mengernyit heran. "Bagaimana aku bisa tahu ukuran kalian?" Sarkas Chenle.
Mark mengendikkan bahu acuh. "Ukuran pakaian dalam kita semua seperti nya sama. Tidak ada yang berbadan besar disini," ujar Mark santai.
Chenle meringis mendengar perkataan Mark yang terkesan frontal. "Mulutmu seperti tidak pernah sekolah saja," gerutu nya dan berlalu keluar dari rumah.
Chenle menghitung beberapa lembar uang yang di berikan oleh Mark lalu memasukkan nya ke dalam saku. Ia berjalan menuruni tangga dan melihat Haechan serta Jisung yang sedang membuat jemuran dari kayu.
"Kau mau kemana tukang judi?" Tanya Haechan penasaran.
"Bukan urusanmu," balas Chenle acuh dan berlalu meninggalkan area rumah pohon.
"HATI-HATI! PULANG SEBELUM MALAM!" Teriak Jisung mengingatkan dan Chenle hanya berdehem malas.
Pangeran ke-6 itu berjalan menelusuri jalan setapak dengan hati-hati. Kaki nya masih terasa perih akibat luka pagi tadi saat tergelincir.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] The Seven Sons, D² (Delight & Dolour) || NCT DREAM
FanfictionMasa lalu adalah bagian dari masa depan dan masa kini. Sama seperti 7 dari mereka yang masih mencari arti dari sebuah kehidupan. Bersama, dalam 7 jiwa yang hancur secara perlahan. Kita akan kembali kepada masa yang tak lekang oleh waktu. Masa yang m...