27. Setitik Kepercayaan

1.1K 176 107
                                    

"Berhenti melihatnya seperti itu, Jisung!"

"Aku hanya ingin melihat apakah dia masih bernapas atau tidak."

"Yang benar saja?! Kau melotot seperti ingin mencabuli Jaemin saja!"

"Diamlah tukang judi! Aku ingin memastikan apakah Nana masih melakukan proses pernapasan."

"Hah... kau benar-benar gila."

Jaemin mengernyit pelan ketika suara keributan kecil itu memasuki gendang telinga nya. Ia membuka mata dengan perlahan dan menyipitkan pandangan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.

Pangeran ke-5 itu mengerang pelan, membuat Chenle dan Jisung yang sedari tadi bertengkar segera menoleh ke arah nya.

"Astaga, Jaemin!" Seru Chenle tertahan dan segera membantu Jaemin yang ingin bangun untuk bersandar. "Kau merasakan sakit? Apa kau butuh sesuatu?" Cecar Chenle dengan Jisung yang menatap cemas.

Jaemin memegang pelan kepala nya yang terasa sangat sakit sehingga membuat pandangan nya terasa buram. Ia menarik napas berulang kali untuk mengurangi rasa sakit nya.

"Jisung, panggilkan Renjun. Cepat!" Seloroh Chenle dan Jisung dengan tergopoh-gopoh keluar dari kamar.

Chenle memandang Jaemin yang terus berdesis lirih. Tangan Chenle dengan perlahan memijat kepala Jaemin yang menjadi sumber rasa sakit nya.

"Tidurlah kembali, rasa sakit nya mungkin akan berkurang jika kau berbaring," suruh Chenle lembut.

Jaemin tidak membantah, kali ini ia merasa sangat lemah sehingga untuk kembali tidur saja perlu bantuan Chenle.

"Apa yang terjadi?" Gumam Jaemin serak dan lirih.

Chenle memandang Jaemin. "Tunggu sebentar, Renjun akan memberikanmu teh herbal."

Bertepatan dengan itu, Renjun datang bersama Jisung yang mengikuti di belakang nya. Pangeran ke-2 itu membawa secangkir teh daun mint yang baru saja ia rebus. Hanya itu satu-satunya tumbuhan herbal yang diketahui manfaat nya oleh Renjun.

Renjun duduk di dekat Jaemin, ia tersenyum begitu hangat dan penuh kasih sayang. "Ayo, aku akan membantumu untuk duduk," ujar Renjun dan mengangkat punggung Jaemin secara perlahan untuk duduk.

Renjun menahan punggung Jaemin, ia segera menyodorkan teh panas tersebut kepada Jaemin dan Jaemin dengan segera meminum nya.

"Perlahan, Nana. Teh itu masih sangat panas," ringis Jisung yang mengelus tangan Jaemin, bermaksud untuk memberi ketenangan.

Jaemin meneguk habis teh yang dibuat oleh Renjun. Ia kembali berbaring di bantu oleh Renjun yang menahan nya secara perlahan. Memastikan bahwa Jaemin sudah nyaman dengan posisi nya, Renjun duduk bersila di dekat tangan Jaemin yang masih terdapat infus.

"Kau merasakan sakit di bagian mana?" Tanya Renjun halus.

"Kepalaku.." rintih Jaemin menutup kedua mata nya.

Tangan Renjun bergerak untuk memijat pelan kepala Jaemin. Ia dengan terlatih memberi pijatan halus untuk mengurangi rasa sakit nya.

"Chenle. Panggilkan Mark, Jeno dan Haechan di sungai. Mereka sedang mencari ikan." Titah Renjun kepada Chenle.

Chenle mendengus malas namun tetap berdiri, tak lupa ia menarik paksa Jisung yang memandang Jaemin dengan tatapan khawatir.

"Kau ikut aku, dari pada kau menangis lagi." Cetus Chenle membawa paksa Jisung yang menghela napas panjang.

Kepergian dua Pangeran termuda itu menyisakan keheningan antara Renjun dan Jaemin. Pangeran ke-5 itu membuka mata, mengerjap pelan karena rasa sakit nya masih terasa.

[ii] The Seven Sons, D² (Delight & Dolour) || NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang