25. Terbuka Untuk Komunikasi

1K 147 5
                                    

Bughh

Duaghh

Jisung mendengar suara pukulan yang sangat kuat dalam pelukan Chenle. Pangeran ke-6 itu melindungi si Pangeran bungsu dengan memeluk erat tubuhnya untuk meminimalisir pukulan yang di terima.

"MATILAH KALIAN BAJINGAN!"

Jisung membulat mendengar suara kencang tersebut, begitu juga dengan Chenle yang langsung membuka mata nya dan melihat Lee Jeno yang mengamuk memukuli para penjahat itu.

"JENO!" Teriak Chenle dan Jisung bersamaan.

Dengan tatapan membunuh dan dada yang naik turun, Jeno meninju dengan kuat sehingga lawan nya tumbang dengan cepat karena mengenai titik vital.

Tak jarang Jeno juga terkena pukulan balik namun dia masih sanggup untuk berdiri kokoh. Dada Jeno terasa panas dan sesak, air mata juga masih menetes saat ia memukuli lawan nya dengan brutal.

Jeno mengambil kayu di dekat nya dan memukul kencang kepala lawan di dekat nya.

"JANGAN SENTUH ADIK-ADIKKU!!!" Murka Jeno menggelegar.

"JIKA ADA.." Jeno menarik napas sesak. "YANG MENYAKITI ADIK-ADIKKU.." Ia menendang kencang leher lawan nya. "MAKA HIDUPLAH DI NERAKA!" Jerit nya benar-benar lepas kendali.

Jisung melihatnya dengan jelas. Ketika Jeno habis-habisan memukuli lawan nya dengan setiap gertakan dan makian penuh amarah, Jisung dapat melihat sosok Jeno yang sangat marah ketika adik-adiknya terluka.

"Kita harus membantu Jeno," lirih Jisung kepada Chenle yang terpaku.

Chenle menggeleng pelan. "Jeno tidak akan membiarkan siapapun untuk membantu nya saat ini," kekeh Chenle gemetar. "Black Soul." Cetus Chenle menatap nanar Jeno yang menusuk lawan nya.

Jisung mengernyit. "Apa maksudmu? Kenapa kau menyebutkan nama Black Soul?"

Meskipun Jisung tidak pernah datang ke History Club namun Jisung sangat sering mendengar tentang Black Soul yang dikatakan sebagai juara bertahan di arena gulat.

"Lee Jeno, dia adalah Black Soul." Cetus Chenle lagi. "Teknik penyerangan yang di lakukan nya sama seperti Black Soul. Dia menyerang dengan berbagai seni bela diri yang tepat. Perbedaan nya dengan Black Soul hanya satu..." ia menarik napas sesak. "Jika Black Soul dapat menyerang dengan tenang namun Lee Jeno saat ini menyerang dengan kejam."

Jisung terpaku. Ia tidak ingin saudara nya jatuh dalam dunia kelam yang dapat merenggut nyawa seperti itu namun, menyangkal pernyataan Chenle saat ini rasanya sangat sulit.

Chenle dan Jisung terkejut ketika seseorang mendarat di samping Jisung. Dia adalah pemimpin gerombolan yang sudah babak belur.

Pandangan Jisung mengarah kepada Jeno yang berlari mendekati mereka, air mata Jisung langsung turun dengan deras melihat Jeno yang tak luput dari luka dan darah.

"Jeno.." lirih Jisung tersedak tangisan nya.

"Hey, ini aku. Aku disini.." Ujar Jeno dengan tatapan khawatir yang kentara jelas di bola mata nya. "Apa kalian terluka parah? Apakah bajingan - bajingan itu melukai kalian menggunakan senjata tajam?" Tanya Jeno beruntun dan memeriksa seluruh anggota tubuh kedua adiknya.

Jeno menarik napas lega ketika kedua adiknya tidak mendapat luka yang parah. Ia memeluk Chenle dan Jisung secara bersamaaan, memeluk dengan erat dan membiarkan kedua adiknya menangis histeris di pelukan nya.

"Jeno.. maaf," rintih Chenle tersedu - sedu. "Karena aku, kau terluka.."

Jeno menggeleng kecil. "Sudah tugasku untuk melindungi kalian," balas nya pelan. "Maaf, aku terlambat datang sehingga kalian harus dipukuli seperti ini," rintih Jeno terdengar menyesal.

[ii] The Seven Sons, D² (Delight & Dolour) || NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang