Mark menguap lebar sambil melakukan peregangan. Ia berjalan dengan lesu ke arah kamar yang di tempati oleh Jeno. Tangan nya menggaruk pipi sebentar lalu mengetuk pintu dengan pelan.
"HUWAA!! JENO?!"
Teriakan Jisung membuat Mark terkejut dan refleks mendorong pintu dengan kencang sehingga bunyi gebrakan terdengar ke penjuru rumah.
Renjun terlonjak dengan mata membulat. "APA?! APA YANG.." Ia terdiam sejenak untuk mengumpulkan nyawa nya. "BAJINGAN! KENAPA KAU KESETANAN SEPERTI ITU?!" Teriak Renjun murka dan melempar Mark menggunakan selimutnya.
Mark tidak menghiraukan makian Renjun, ia justru terpaku melihat keadaan Jeno yang saat ini sedang tersenyum hangat dan memeluk Jisung dengan erat. Begitu juga dengan Renjun yang mengikuti arah pandang Mark dan terpaku.
Pangeran pertama itu bergegas menghampiri Jeno. "Kau baik-baik saja? Maksudku, sejak kapan kau bangun?" Tanya Mark heboh.
Renjun bergerak mendekati Jeno dan menempelkan tangan nya di dahi Jeno. "Kau sudah tidak demam lagi." Gumam Renjun merasakan suhu tubuh Jeno yang normal.
"APA YANG TERJA -JENO?! BAJINGAN!" Pekik Haechan dan akan menerjang Jeno jika saja Chenle tidak menahan nya kerah bajunya.
"Kau ingin membuat dia tidur lagi?!" Sarkas Chenle menatap tajam.
Haechan tidak peduli. Ia beringsut ke arah Jeno dan memeluk kepala sang kembaran. "Aku kira aku telah kehilanganmu," bisik Haechan terdengar begitu sedih.
Jeno mendengus pelan. "Kau berlebihan, Haechan," ia menatap Jisung yang masih memeluknya. "Sudah, jangan menangis lagi. Aku baik-baik saja," ujar Jeno pelan.
Jisung menggeleng kencang. "Aku ti..tidak mau kau pergi.." lirih nya terisak tangisan.
Jeno melepaskan pelukan nya dengan Haechan terlebih dahulu, lalu melepaskan Jisung yang masih memeluknya dengan erat. Ia mengelus kepala Haechan dan Jisung bergantian lalu tersenyum tipis.
"Maaf karena sudah membuat kalian menangis," gumam Jeno dan menatap Chenle yang berdiri di dekat pintu. "Kemarilah, aku juga ingin memelukmu tukang judi sialan." Kekeh Jeno.
Chenle tersenyum kecil, ia mendekati Jeno dan memeluknya dengan perlahan. Pelukan yang kedua kalinya ia dapatkan dari Lee Jeno. Sangat nyaman dan penuh kehangatan.
Mark dan Renjun saling melempar pandangan di iringi senyuman tipis. Sepertinya mulai saat ini mereka akan menemukan sisi baru dari Lee Jeno.
"Aku sangat meminta maaf kepada kalian." Gumam Jeno pelan.
"Ya, kau memang harus meminta maaf karena sudah membuat air mataku keluar untuk menangisi bajingan seperti dirimu." Gerutu Haechan menikmati elusan di kepalanya.
Jeno memukul pelan dahi kembaran nya. "Kau menyebalkan." Seloroh nya tersenyum kecil.
"Dan aku akan terus menyebalkan untuk membuat kau kerepotan mengurusku," balas Haechan sinis.
"Apakah kepalamu terkena pukulan?" Tanya Mark dengan wajah khawatir.
Jeno menggeleng dengan kernyitan bingung. "Sepertinya tidak, kenapa kau bertanya hal aneh seperti itu?" Seloroh nya tidak santai.
Mark mengendikkan bahunya. "Kau terus tersenyum sedari tadi. Aku takut otakmu bergeser sehingga syaraf tersenyummu mulai muncul." Balasnya santai.
Jeno mendesis kesal. "Jangan memancing keributan, Mark." Geram nya.
Renjun tertawa pelan. "Kami akan berterimakasih kepada orang yang memukul kepalamu sehingga kau bisa tersenyum seperti orang gila saat ini." Ledek Renjun menepuk-nepuk kepala Jeno, namun Jeno dengan kasar menghempaskan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] The Seven Sons, D² (Delight & Dolour) || NCT DREAM
FanfictionMasa lalu adalah bagian dari masa depan dan masa kini. Sama seperti 7 dari mereka yang masih mencari arti dari sebuah kehidupan. Bersama, dalam 7 jiwa yang hancur secara perlahan. Kita akan kembali kepada masa yang tak lekang oleh waktu. Masa yang m...