Mark melihat ke arah kompas di hadapan nya. Ia mengangguk kecil ketika memastikan arah haluan kapal telah sesuai dengan kompas.
"Apa yang harus kita lakukan saat tiba di Roma?" Gumam Chenle memandang peta besar di hadapan nya.
"Jangan melakukan kegiatan apapun," ujar Renjun dan berdiri di samping Chenle. "Roma adalah musuh Terra Aeterna namun kita terpaksa melarikan diri ke negara musuh untuk bertahan hidup."
Jisung mencebik kesal. "Bagaimana jika kita mati dan tertangkap di Roma?" Gumam nya mulai pesimis.
"Roma tidak akan mengetahui bahwa kita dari Terra Aeterna," jawab Mark dengan tangan yang sibuk di kemudi kapal. "Mereka tidak pernah mengetahui bagaimana wajah para Pangeran sehingga kita akan aman disana untuk sementara waktu," lanjut nya.
Haechan yang mendengar langsung menggeleng tegas. "Itu tidak benar, Mark." Ia berdiri di dekat Chenle, melihat peta dengan teliti. "Jika di lihat dari peta, jarak dari Roma ke Terra Aeterna sangat jauh. Butuh waktu 5 hari untuk menempuh perjalanan dengan kereta kuda."
Renjun mengernyit heran. "Lalu?" Tanya nya tidak mengerti.
"Sekitar 2 bulan yang lalu. Aku mendengar berita bahwa ada rombongan pelancong ilegal dari Roma yang mencuri 5 karung beras dan 43 kilogram gandum dari perkebunan salah satu warga di Terra Aeterna." Jelas Haechan.
Jisung yang mendengar nya langsung melotot terkejut. "Dari jalur mana para pelancong ilegal itu bisa masuk ke Terra Aeterna?" Tanya Jisung dengan raut tidak percaya.
Haechan mengendikkan bahu. "Aku juga tidak mengetahui secara pasti dari jalur mana pelancong Roma itu lewat. Namun, dari kasus ini bisa membuktikan bahwa rakyat Roma pernah berkunjung ke Terra Aeterna dan..."
"Dan tidak menutup kemungkinan bahwa pelancong ilegal itu mengetahui salah satu wajah para Pangeran yang saat itu mungkin sedang berbaur dengan masyarakat," sambung Renjun mulai memahami maksud Haechan. Lalu ia memandang ke arah Mark. "Haechan benar, Mark. Kita tidak bisa memastikan apakah kita akan aman saat di Roma," seloroh nya.
Mark menghela napas panjang. "Aku tidak mendengar berita ini," ujarnya kesal karena merasa kecolongan.
Haechan mendengus malas. "Salah kau sendiri kenapa selalu terlibat perjalanan ke luar negeri sehingga tidak bisa mengurus Terra Aeterna dengan baik," ujar Haechan sarkas.
Mark menatap tajam. "Perjalanan yang aku lakukan untuk politik Terra Aeterna. Kau tidak bisa menghakimi aku seperti itu." Balas nya datar.
"Kita disini untuk berdiskusi mengenai tujuan kita." Cegah Renjun cepat sebelum terjadi keributan. "Jangan mencari amarah satu sama lain." Tegur nya keras.
"Bagaimana dengan Yunani?" Chenle dengan cepat menunjuk ke wilayah Yunani di peta. "Jika Roma terasa tidak aman untuk tempat melarikan diri maka hanya Yunani tujuan kita satu-satunya."
Jeno yang sedari tadi menyimak akhirnya berjalan mendekati Pangeran lainnya yang melihat peta. "Yunani sangat jauh dari jarak kita saat ini, butuh waktu 2 minggu untuk perjalanan darat dan.." tangan Jeno bergerak mengikuti garis putus-putus di peta. "Butuh waktu 5 hari di perjalanan melalui jalur air."
Chenle menghela napas panjang. Ia mulai merasa bosan jika harus berada di atas kapal selama berhari-hari. Baru 1 hari saja ia sudah mati kebosanan.
"Satu-satunya jarak yang paling dekat saat ini adalah menuju Roma," gumam Renjun seraya melihat garis putus-putus di peta.
"Tetapi Roma tidak menjamin keamanan kita," gerutu Haechan kembali menolak.
"Lalu, kau kira dengan lari ke Yunani kita akan aman?" Tanya Jeno datar. "Buronan mana yang akan aman dan hidup tenang meskipun lari ke ujung dunia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] The Seven Sons, D² (Delight & Dolour) || NCT DREAM
FanfictionMasa lalu adalah bagian dari masa depan dan masa kini. Sama seperti 7 dari mereka yang masih mencari arti dari sebuah kehidupan. Bersama, dalam 7 jiwa yang hancur secara perlahan. Kita akan kembali kepada masa yang tak lekang oleh waktu. Masa yang m...