Menulis part ini benar-benar feelnya gak dapat banget. Selalu ada yang kurang bahkan sempat beberapa kali aku hapus dan aku ganti tapi masih aja sama.
Aku harap kalian semua menikmatinya.
Typo guys, mohon koreksinya
Dengan sedikit kesal karena Fio menolak untuk masuk akhirnya tubuh Fio diangkat dan di lempar ke jok belakang sampai tubuhnya membentur sesuatu atau seseorang dan rupanya Fio tidak sendiri........
Ada orang lain di dalam mobil yang kondisinya sama dengan dirinya --diborgol -- hanya saja dia di borgol dengan kedua tangan di depan dan orang lain itu adalah Dikal.
"KAMU!" Teriak Fio dan Dikal hampir berbarengan lalu keduanya sama-sama terdiam seolah-olah tidak saling kenal.
Fio menggeser duduknya lebih merapat kearah pintu, begitupun sebaliknya Dikal juga melakukan hal yang sama sampai ditengah mereka menyisakan ruang.
Tapi hanya beberapa detik saja Dikal bertahan pada posisinya selebihnya ia terus mencuri-curi pandang kearah Fio yang tampak diam melamun dengan menatap keluar jendela yang sudah tentu gelap. Sesekali Fio menarik napas berat dengan tatapan kosong,membuat Dikal mengernyitkan dahinya heran. Ada yang tidak beres, sesuatu pasti telah menimpa Fio.
Dikal mulai menggeser duduknya sedikit demi sedikit mendekati Fio yang masih betah melamun, ditatapnya wajah Fio yang datar tanpa ekspresi dari samping, Fio tidak lagi tersenyum seperti yang selama ini selalu ia lakukan. Apa karena gara-gara penculikan ini?
"Kamu kenapa diam?" Dikal berbisik berusaha menjadi teman yang baik tapi tidak ditanggapi Fio.
"Baiklah, kenapa bisa ada disini?" Tanyanya penasaran, seharusnya Fio sekarang sudah berada dirumahnya setelah mereka berdua terpisah di toko kue vanilla.
Fio melirik kearah Dikal sebentar lalu kembali menatap keluar jendela. "Kamu, kamu yang kenapa ada di sini?" Fio diam sebentar untuk berpikir kemudian menatap Dikal lekat. "Jangan-jangan ini sekenario yang kamu buat?" Ucapnya penuh selidik, lupa sudah kekecewaannya terhadap Oscar dan juga Syam. Fio sekarang mencurigai Dikal otak di balik kesialannya hari ini. Kalau di pikir-pikir semua kesialan yang ia alami adalah ulah Dikal, seandainya Dikal tidak datang dan memberikannya buku itu, ia tidak mungkin pergi ke apartement Syam dan mendapati mereka sedang berbuat di luar nalar akal sehat dan ia tidak mungkin di culik.
"A-apa. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?"
"Bisa saja ini semua sudah kamu atur, dari pertemuan pertama kita di toko buku."
"Ralat, pertemuan kedua." Dikal menyela ucapan Fio.
"Terserah. Kamu lalu mengutus dua orang itu untuk menculikku." Fio berspekulasi.
"Nih......" Dikal menunjuk tangannya yang di borgol. "Kalau aku yang buat skenarionya ngapain juga aku ikut di borgol kaya gini."
"Terus kenapa kamu bisa ada di sini?" Fio masih tetap curiga.
"Semua gara-gara kamu?" Tuduh Dikal.
"Aku? Apa gak kebalik?" Fio mulai menatap Dikal galak.
"Seandainya kamu tidak marah dan membeli buku yang menurutku tidak penting itu, aku tidak mungkin membelikannya untukmu dan mengajak kamu bertemu, aku juga tidak mungkin bertemu dengan perampok yang ingin merampok porsche silver milikku."
"Jadi ceritanya kamu di begal?"
"Tadinya, tapi daripada porsche silver menjadi korbannya lebih baik aku, mereka bisa meminta uang tebusan pada orangtuaku, lebih praktis dibanding harus menjual porsche silver yang belum tentu laku."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIKAL
RomanceDIKAL Aku bersumpah tidak akan pernah menikahi siapapun seumur hidupku tapi gara-gara perempuan itu aku melanggar sumpahku sendiri. FIORENZA Resolusi hidup yang telah aku susun sejak SMU berantakan semua, gara-gara pria itu masuk di lingkaran keluar...