20. BIG FAMILY BIG TROUBLE

12.7K 1.2K 44
                                    

Dikal POV

'Callan tidak mau makan, itu salahmu!'

'Callan mengurung diri dikamar, semua gara-gara kamu!'

'Callan mogok bicara, hampir seharian ini dia murung, tanggung jawab kamu!

'Callan marah, dia melempar semua barang pemberianmu. Bujuk dia.'

'Callan...'

'Callan...'

'Callan...'

Dan masih banyak lagi nama Callan di ponselku yang dikirim Mas Fere. Beberapa hari ini aku hanya bisa menunggu kabar Callan dari Mas Fere karena Callan tidak ingin bertemu lagi denganku setelah kejadian di cakeshop beberapa hari yang lalu. Sempat aku datang kerumah Mas Fere dan berusaha menemui bocah keras kepala itu untuk meminta maaf, tapi dia marah dan mengancam akan membunuhku kalau aku berani menginjakkan kaki dirumahnya lagi, bahkan dengan kasar dia tega mengusirku, mengusirku keluar dari rumahnya. Bayangkan, aku orang dewasa yang fisiknya jauh lebih besar daripada Callan harus rela mengalah pada anak kecil. Dimana harga diriku?

Tapi inilah masalah terbesar yang aku hadapi saat ini, dibenci keponakanku satu-satunya tanpa ada seorangpun yang mau membantuku menyelesaikan semuanya. Callan benar-benar hebat bisa mencuri perhatian semua orang.

Jujur, masalah ini benar-benar membuatku dilema. Di satu sisi aku sangat menyayangi Callan keponakanku satu-satunya dan di sisi lain aku begitu mencintai Fio, sampai aku tidak sanggup kalau harus berpisah dengannya. Fio adalah belahan jiwaku, jantung hatiku, wanita yang aku punya saat ini, aku tidak ingin berpisah dengannya hanya gara-gara Callan, aku juga tidak rela kalau harus melepas Fio untuk Callan. Semua pasti ada jalan keluarnya. Ya, pasti ada jalan keluarnya.

Aku harus cari cara supaya bisa menikahi Fio tanpa harus menyakiti hati Callan. Aku harus bisa membujuk Callan dan memberi ia pengertian meskipun jelas itu tidak akan mudah, aku tetap harus berusaha. Dan kalaupun hasilnya nanti mengecawakan. Apa boleh buat, aku harus bisa menerimanya, meski mungkin aku tidak akan bisa sembuh dari luka hati.

***

Ini jalan terakhir untuk melakukan negosiasi dengan Callan, aku putuskan untuk menemui Callan, meski mungkin Callan akan kembali mengusirku tapi aku tidak akan menyerah begitu saja, demi Fio apapun akan aku lakukan termasuk merendahkan harga diriku, memohon pada Callan.

Tidak sampai aku memijit klakson, seseorang telah membukakan gerbang untukku, dia membungkuk hormat lalu mempersilakan mobilku untuk masuk yang aku balas dengan menganggukan kepala.

Kuparkirkan mobilku bersebelahan dengan mobil Papa. Apa mobil Papa? Sejak kapan garasi mobil Papa pindah ke rumah Mas Fere?
Dengan cepat aku keluar dari dalam mobil dan meneliti BMW hitam dengan plat nomor D1234 BG. Memastikan kalau mobil yang ada dihadapanku sekarang ini adalah benar mobil Papa. Tapi...ada perlu apa Papa datang kerumah Mas Fere? setahuku Papa paling enggan datang ke sini kalau tidak terlalu penting. Papa paling benci menginjakan kakinya di rumah Mas Fere karena katanya, ia selalu ingat kejadian tiga puluh lima tahun yang lalu dimana rumah ini pernah terbakar dan merenggut nyawa Kakak angkatnya yaitu ibunya Mas Fere.

Bergegas aku masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan beberapa orang asisten rumah tangga yang menyapaku. Seperti biasa rumah tampak sepi dan tenang tidak ada tanda-tanda Callan melancarkan aksi protesnya.

"Eh, Mas Dikal. Baru datang Mas?" Sapa Pak Usman, kepala asisten rumah tangga yang sudah mengabdi selama puluhan tahun dirumah ini.

"Orang-orang pada kemana Pak?" Tanyaku penasaran dan beberapa kali aku menatap pintu kamar Callan yang tertutup rapat.

DIKALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang