"Maafkan aku Fio, bukan maksudku ingin mengtahui rahasia kamu tapi salahkanlah rasa penasaranku yang begitu besar ini." Ucap Dikal sambil menarik napas panjang.
Dengan tangan yang sedikit gemetar dan jantungnya yang berdetak lebih cepat, Dikal berhasil membuka halaman pertama buku milik Fio. Nyaris tidak ada hal menarik selain hanya nama lengkap Fio dengan tulisan tangan dan itupun tidak terlalu besar tapi cukup terlihat.
Dibukanya lagi halaman kedua yang sama kosongnya seperti halaman pertama, hanya ada tulisan 'hope' sangat kecil berada dipojok bawah. Dikal mulai tidak sabar dan semakin penasaran, ia membuka halaman ketiga yang ternyata isinya hanya harapan-harapan Fio tentang keluarganya dan sepertinya Fio menulis ini sebelum kedua orang tuanya menikah. Dikal cukup terkesan dengan harapan yang ditulis Fio.
Ia kemudian membalik lagi halaman dan kali ini senyum kecil tersungging di bibirnya, ia melihat gambar empat orang yang sedang begandengan tangan dengan tulisan dibawahnya 'wish' Fio mungkin menginginkan keluarga yang sempurna dan ia yakin, Peony pasti belum lahir ketika Fio menuliskan keinginannya.
Selanjutnya...kosong...kosong...dan kosong sampai akhirnya Dikal mengernyitkan dahinya dan melotot dengan apa yang dibacanya di beberapa lembar sebelum halaman terakhir.
'My future husband' itu yang ditulis Fio sebagai judul.
Fio menuliskan beberapa hal tentang kriteria calon suaminya kelak dan kalau melihat keinginan Fio yang cukup sederhana, Dikal yakin bisa mewujudkannya, menjadi suami sempurna bagi Fio. Meskipun ada beberapa hal yang menurut Dikal aneh.
***
DUA BULAN KEMUDIAN
Sehari setelah kepulangannya dari berbulan madu di Maroko, Dikal langsung membawa Fio pindah ke apartemen miliknya, bukan miliknya tapi milik Mas Fere kakaknya. Ia tidak ingin tinggal di rumah orang tua Fio ataupun orangtuanya, bisa panas kedua telinga Dikal mendengar nasihat demi nasihat yang dialamatkan padanya. Sebelum menikah Dikal sudah cukup kenyang dengan apa yang sampaikan mereka dan sekarang setelah menikah ia ingin hidup tenang dan tentram bersama istrinya, jauh dari kebisingan keluarga.
Dengan susah payah Fio mengeluarkan koper besar berisi pakaiannya dari dalam bagasi mobil tapi tidak berhasil, si koper tidak bergeming sedikitpun masih tetap berada di tempat yang sama tidak bergeser.
Melihat Fio yang kesusahan mengeluarkan koper, Dikal langsung menghampirinya, "biar ku bantu," dengan enteng Dikal mengangkat koper dari dalam bagasi dan meletakkannya di samping Fio. "Lain kali jangan melakukannya sendirian, ada aku. Kamu bisa menyuruhku,"
"Ok, terima kasih." Ini adalah hal kecil yang membuat Fio sedikit aneh dengan Dikal. Dikal jadi jauh lebih pengertian dalam hal apapun setelah mereka menikah. Perubahan yang baik atau malah sebaliknya?
Dan kalau di pikir-pikir Dikal yang sekarang bukan seperti Dikal yang Fio kenal selama ini. Dikal jauh lebih dewasa tidak pecicilan dan tidak pernah merajuk sekalipun. Dia juga menjadi lebih romantis dengan memberikan Fio bunga setiap hari meskipun hanya satu kuntum setiap harinya tapi itu cukup membuat Fio senang.
Dia menjadi lebih peduli terhadap orang lain dan jiwa sosialnya muncul mendadak padahal dulu Dikal sangat egois dan tidak pernah memikirkan penderitaan orang lain.
Tidak hanya itu, cara makan Dikal pun berubah seratus delapan puluh derajat, dia tidak pernah lagi makan sambil ngomong, kunyahannya pun sangat pelan dan teratur yang terkadang membuat Fio sedikit kesal karena acara makan mereka tidak selesai-selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIKAL
RomansaDIKAL Aku bersumpah tidak akan pernah menikahi siapapun seumur hidupku tapi gara-gara perempuan itu aku melanggar sumpahku sendiri. FIORENZA Resolusi hidup yang telah aku susun sejak SMU berantakan semua, gara-gara pria itu masuk di lingkaran keluar...