14. SEMPURNA

16.7K 1.4K 44
                                    

@rahmatmendua. Sesuai janji aku update malam ini ya...

Fio POV

Dikal benar-benar membawaku pergi setelah acaranya selesai dan parahnya blitz kamera para wartawan yang meliput acara mengarah pada kami. Tapi sepertinya Dikal tidak peduli akan hal itu, dia menggenggam tanganku erat dan membawaku menuju mobilnya. Sesaat aku tidak bisa berpikir apapun aku bahkan tidak berusaha menolaknya, aku juga sudah tidak mempedulikan lagi seluruh mata tertuju pada kami.

"Masuklah cepat!" Dikal membuka pintu mobil menyuruhku masuk dan kembali menutup pintunya sebelum ia megitari mobilnya dan duduk di bangku kemudi. "Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan." Perlahan ia menjalankan mobilnya, keluar dari tempat parkir tanpa menyenggol mobil lain ataupun pembatas jalan. Sebuah rekor untuk orang seceroboh Dikal.

"Cara menyetirku sudah lebih baik sekarang. Aku janji tidak akan melukaimu sedikitpun." Jawabnya sambil tersenyum.

"Aku harap begitu." Ini pertama kalinya aku duduk berdampingan dengan Dikal dalam satu mobil, masih ada rasa was-was dalam hatiku melihat cara menyetir Dikal tapi aku harap kami baik-baik saja.

"Akan aku perlihatkan keahlianku dalam menyetir." Dikal berbelok arah menuju jalan tol tanpa meminta persetujuanku.

"Apa yang akan kamu lakukan. Bukankah kita hanya ingin bicara? Sebaiknya kita cari cafe terdekat." Aku mulai panik.

"Tenanglah, aku hanya ingin menguji mesinnya. Aku dengar mobil porsche seperti ini kecepatannya mencapai 160 km/h Aku hanya ingin membuktikannya." Terlambat, Dikal sudah masuk gerbag tol dan sedang mengambil karcis.

"Jangan main-main. Sekarang juga turunkan aku! Aku tidak ingin mati konyol." Mukaku mungkin sudah sepucat mayat sekarang ini. Dikal jelas tidak tahu trauma yang pernah aku alami yang berkaitan dengan mobil dan kecelakaan, aku pernah menabrak seorang Ibu hamil sampai meninggal dunia dan aku tidak ingin kejadian itu terulang kembali.

Dengan tenang dan tanpa mengindahkan ketakutanku Dikal mulai menginjak pedal gas dan wush... mobil melaju dengan kencang.

"BERHENTI. AKU BILANG BERHENTI!" Teriakku histeris penuh ketakutan.

"Tenanglah sayang."

"Aku mohon Dikal." Keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitku.

Dikal menatap wajah pucatku sekilas, dia mulai mengurangi kecepatan mobilnya sedikit demi sedikit.

"Kamu ketakutan, tidak sedikitpun aku berniat membuatmu takut. Maafkan aku." Dengan satu tangannya dia menggenggam jari tanganku yang dingin dan membawa ke bibirnya lalu menciuminya. "Maafkan aku sayang." Ucapnya penuh penyesalan.

Aku sedikit lebih tenang. "Peristiwa yang tidak bisa aku lupakan sampai sekarang adalah dimana aku pernah menabrak seseorang sampai meninggal dunia. Aku mohon jangan membawaku ke masalah yang sama untuk kedua kalinya. Cukup hanya Tydes yang kehilangan Ibu kandungnya jangan ada Tydes-Tydes lain karena kecerobohan kita."

Sesaat Dikal tertegun, sepertinya ada banyak sekali pertanyaan dibenaknya yang ingin dia tanyakan tapi dia tidak berkata apapun.

"Maafkan aku. Maafkan aku." Hanya kata maaf yang dia lontarkan setelah lama kami terdiam.

"Berjanjilah tidak akan pernah mengulanginya lagi."

"Demi kamu aku janji." Kubalas senyum manis Dikal yang mampu membuat keadaanku menjadi lebih tenang.

"Di depan ada rest area. Kita berhenti di sana. Kamu tidak keberatankan?" Ku jawab dengan menganggukan kepala.

Dikal POV

DIKALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang